Senin, 19 Juli 2010

TUHAN SETENGAH SENTI SAJA

Berita harian tak bosan bertutur :
Elpiji 3 kg meledak,
Korban berjatuhan akibat elpiji meledak,
Ledakan hebat akibat tabung gas 12 kg
.....
Gas meledek !

Mohon maaf kalau judul yang digunakan disini terinspirasi dari Tuhan Sembilan Sentimeter-nya Uda Taufik Ismail. Keduanya samasama telah menjadi bagian dari masyarakat, juga akan dapat mencabut nyawa sebagian dari mereka.

Benda kecil itu terbuat dari karet, hitam, kenyal dan berbentuk silinder dengan tinggi kurang dari satu sentimeter, tidak jauh dari setengah sentimeter saja. Tempatnya yang pas di muara keluarnya gas alam dari tabung gas program konversi minyak tanah dan sejenisnya.

Tetapi jangan disangka, karet kecil itu sanggup mencabut puluhan nyawa yang mengabaikan tugas dan fungsinya, yaitu menyambung-rapatkan antara tabung gas dengan kompor melalui regulator dan selang.

Bukankah pengalaman menunjukkan penggunaan kompor gas sangat selain nyaman juga aman ? Itu masa lalu, ketika kompor gas masih jadi barang langka. Pemakainya relatif terbatas pada kalangan tertentu, paling tidak mereka yang berpendidikan atau pengalaman. Saat itu sebagian besar masyarakat Indonesia masih bergaul dengan tungku atau paling banternya kepulan kompor minyak tanah.

Sekarang, kompor gas sudah menjadi bagian yang terpaksa harus ada di setiap rumah tangga. Produksi massal ini bukan hanya menghadapi kendala internal institusi penghasilnya tetapi juga masyarakat awam belum siap dengan bahan mudah terbakar ini. Kebanyakan mereka beralih ke gas karena terpaksa, terpaksa karena tidak ada lagi minyak tanah setelah terpaksa menerima pemberian gratis dari pemerintah.

Tidak mengherankan, baru beberapa hari tabung gas 3 kg dibagikan sudah ada berita tentang meledaknya satu-dua kompor gas. Korban jiwa dan harta tak terhindarkan. Siapa yang bertanggungjawab?

Pertamina melalui beberapa iklannya terkesan membela diri, penggunaan gas bukan hanya aman tetapi juga lebih hemat daripada menggunakan kompor minyak tanah. Bukan hanya itu, perabotan memasak juga jadi bersih dan lingkungan bebas dari jelaga. Itu, kalau diiringi dengan pendidikan yang baik kepada masyarakat. Pertamina dan stasiun pengisian gas juga harus mau dikoreksi untuk perbaikan terhadap pelayanan. Kalau tidak maka kejadian yang menelan korban tidak akan berhenti.

Tanpa bermaksud menyudutkan pihak tertentu, kami belum 2 bulan menggunakan tabung gas 3 kg, sudah beberapa kali mengalami hal yang tidak diinginkan, yaitu :
1. Ketika regulator dipasangkan maka terdengar suara gas dengan kencangnya. Bau gas begitu menyengat memenuhi ruang dapur. Kejadian ini sudah 2 kali terjadi.
2. Kompor gas tidak menyala padahal tabung gas yang dipakai baru saja dibuka segelnya.

Menghadapi kejadian pertama, kami sangat kaget. Beruntung kompor tidak terus dinyalakan dan ventilasi udara dapur menggunakan exchaust sehingga bau gas segera hilang. Lebih beruntung lagi, kami punya 2 tabung sehingga ketika salah satunya mengalami kendala seperti ini dapat melihat apa gerangan penyebabnya. Ternyata ada karet, kemungkinan dari situlah permasalahan. Ternyata benar, setelah karetnya ditukar, suara gas tidak muncul lagi.

Ternyata hal ini tidak hanya dialami kami, teman di kantor juga mengalami hal yang sama. Dia panik sehingga memanggil beberapa tetangga. Kejadian ini juga terulang dua minggu kemudian. Karetnya ternyata sudah agak encer melekat di dalam mulut tabung.

Kalau saja saat itu kompor gas dibiarkan menyala, ledakan tak akan terhindarkan. Mungkin beberapa kasus meledaknya tabung gas yang terjadi disebabkan oleh tidak rapatnya karet dengan regulator, ditunjang oleh tidak adanya batas antara tabung gas dengan letak kompor.

Kasus tidak keluarnya gas dari tabung juga ternyata tidak sendiri. Ketika kami hendak mengembalikan tabung yang masih penu itu kepada penjualnya, ternyata sudah ada 2 orang ibu yang juga kebingungan karena kompor gasnya tidak mau menyala padahal tabung gasnya yang masih penuh.

Penjual yang kebetulan menyediakan kelengkapan kompor gas, dengan semangat menawarkan regulator yang terbaik. Tetapi si ibu tidak langsung menerima karena sudah 2 regulator tetangganya dicoba tetapi tidak juga menyala. Namun akhirnya mengalah juga, membeli regulator merek terkenal.

Kamipun dikecoh dengan anggapan kemungkinan kendala berasal dari regulator. Tetapi segera kami sanggah, kompor dan regulator yang kami pakai adalah merek terkenal dengan garansi seumur hidup. Penjual terkejut, sehingga dia segera mengambil tabung gas kami dan menusukan obeng. Gas menyembur keras, bau menyengat. Setelah itu dicobanya ke kompor miliknya.
“Sudah beres, pak!”

Mudah saja. Dia menjelaskan kalau terjadi kasus gas macet seperti itu, tusuk saja jalan keluar gas dengan obeng. Katanya, suka ada penyumbatan di pintu keluar. Jangan sampai mengarah ke badan karena tekanan sangat kuat.

Sampai di rumah, ketika diterapkan ternyata kompor gas tidak juga menyala. Maka kami melakukan saran penjual. Menyemburkan gas beberapa detik. Menyalalah kompor sekalipun beberapa menit tetap tidak normal, satu jam kemudia menyala sebgaimana mestinya.

Kejadian-kejadian di atas sudah pasti merupakan kendala dan solusinya harus diketahui oleh masyarakat. Pertamina dan para mitranya juga semestinya berusaha memberikan pelayanan terbaik.

Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka kami sarankan :
1. Masyarakat komsumen hendaknya mempunyai tabung gas lebih dari satu. Minimal 2, sehingga ketika satu tabung kosong maka yang satunya bisa segera mengganti. Atau kalau yang satu misalnya karetnya rusak, maka dapat digunakan karet dari tabung gas satunya lagi. Dengan demikian kegiatan di dapur tidak terganggu apabila di tengah aktivitas, gas tiba-tiba habis.
2. Ketika gas sudah kosong, maka dengan bantuan obeng kecil, keluarkan karet penyumbat. Disimpan untuk pengganti kalau-kalau suatu saat kebagian tabung gas yang sumbat karetnya rusak yang ditandai dengan suara desis gas dari ujung bawah regulator. Hal ini juga dimaksudkan agar stasiun pengisi gas menggunakan sumbat karet yang selalu baru. Dengan mencabut sumbat karet ini berarti kita telah menyelamatkan beberapa nyawa yang suatu saat akan kegiliran menggunakan tabung gas yang pernah kita gunakan.
3. Tempatkan tabung gas dengan jarak maksimal, tergantung panjang selang. Kalau bisas ada pembatas antara tabung gas dengan kompor. Sehingga apabila terjadi gas nyasar tidak langsung disambar api.
4. Ventilasi dapur diusahakan sebaik mungkin. Udara bersih setelah menggunakan kompor gas seiring dengan tingkat bahaya yang tingg apabila ventilasi diabaikan. Bila masih ada bau gas di ruangan, jangan sekali-sekali menyalakan api, termasuk kompor gas.

Demikian beberapa pengalaman yang kiranya dapat menjadi pelajaran berharga bagi para pemakai tabung gas. Tentu saja masih banyak persoalan lain yang akan dihadapi masyarakat pengguna kompor gas program konversi, misalnya ketersediaan gas yang suka tiba-tiba lenyap dari pasaran. Jangan disangka, kami yang tinggal 5 km saja dari pengolahan minyak dan gas tidak lepas dari permasalahan ini.

Selain itu, dengan adanya pembagian tabung gas, kompor dan regulator gratis dari pemerintah ternyata menyebabkan beberapa perusahaan yang selama ini menjadi penyedia perlengkapan itu sedikit gerah. Sehingga, kebijakan yang seharusnya dipandang sebagai potensi (masyarakat menjadi terbiasa dengan kompor gas) dianggap sebagai ancaman.

Oknum pemasar yang demikian, dengan otak liciknya mendatangi pengguna dengan berbagai motif, mulai dari sebagai petugas pertamina atau lainnya. Mereka mencoba mengotak-atik regulator yang terpasang, sampai akhirnya dicobakan regulator yang dibawanya dan pengguna dipaksa membeli regulator tersebut dengan harga yang relatif tinggi.

Sungguh banyak tantangan masyarakat obyek konversi minyak tanah ke gas ini dan menjadi tugas kita semua untuk tidak membiarkan masyarakat menjadi korban secara terus-terusan.

Selasa, 29 Juni 2010

KITA SEMUA KORUPTOR ?

Lebih dari dua dasa warsa yang lalu kami turut menulis di Majalah Islam Mingguan KIBLAT tentang korupsi yang mulai dilirik. Berbagai pihak mulai sadar bahwa kebobrokan mental yang sudah sekian lama mencengkeram perlu segera dibuka dan diatasi sedini mungkin.
Berbagai resep dikemukakan, mulai dari segi penegakan hukum sampai nilai spiritual. Namun hasilnya, seperti biasa, semua lenyap begitu saja.
Pada masa kejayaan Orde Baru, upaya penjagalan koruptor sering sekedar opini atau bahkan menjadi anekdot yang menggelikan. Apalagi masih sangat sedikit yang berani mengungkapkannya sebagai konsumsi publik sekalipun.
Maklum, korupsi identik dengan pemerintahan khususnya pegawai negeri. Jaring korupsi meniti mulai dari jajaran tukang sapu dan pengibas debu, barisan birokrasi terendah sampai puncak eselonering. Pada akhirnya menuju ke pusat pemerintahan, Istana Negara. Saat itu, kalau ada pegawai negeri yang tidak ikut menikmati manisnya korupsi adalah oknum. Namun kekuatan pusat kekuasaan menyebabkan mereka aman-aman saja.
Lima tahun kemudian, sorotan terhadap korupsi semakin gencar. Seperti bisa diduga, para kroco mulai dikambing-hitamkan. Lagi-lagi pihak teratas tetap aman dan kembali terlena dalam persembunyiannya di balik kursi jabatan. Lupa bahwa ketika Pak Balok menyantap rel keretaapi maka Sang Jenderal Kancil pun pasti dapat cemilan baja. Tidak juga ingat kalau pada akhirnya para bawahan tidak akan tinggal diam, terutama setelah tahu penderitaan disihir menjadi kambing-hitam.
Pada tahun 1997, sepuluh tahun setelah tulisan kami berlalu, krisis ekonomi membuat pucuk pimpinan mulai digoyang. Korupsi menjadi isyu sentral terdepan dengan mengajak kedua saudara kandungnya, kolusi dan nepotisme. Mahasiswa dan LSM yang dari semula menjadikan korupsi sebagai wacana mulai berani merubahnya menjadi pencongkel. Tidak tanggung-tanggung, pada akhirnya penguasa Orde Baru yang tiga puluhan tahun bercokol di Istana Negara harus rela pergi dengan tidak terhormat.
Lenyapnya kekuasaan Orde Baru ternyata tidak identik dengan hilangnya kasus korupsi. Krisis kepercayaan terhadap penguasa malah berbuah berbagai krisis yang lain. Krisis ekonomi pun makin menjepit di bawah timbunan krisis baru yang menguntit.
Penderitaan masyarakat diiklankan dan masuk bursa saham. Bank Dunia pun dengan senang hati melegonya dengan harga murah meriah. Kemudian lahir berbagai program dengan tujuan yang amat mulia untuk dikatakan produk manusia, namanya Jaring Pengaman Sosial (JPS) atawa dalam bahasa nenek moyang mereka Social Safety Net (SSN). Saku dan kantong mulai tertolong. Penduduk miskin dapat tetesan sebagai haknya. LSM dan mahasiswa yang dulu nyeruduk dan vokal memperoleh bagian sebagai Tenaga Pendamping atau Konsultan Manajemen atau Tenaga Ahli atau sebutan intelek lainnya. Ekonomi membaik dalam batas diantara dua tanda kutip (ditulis : “Ekonomi Membaik”).
Pertanyaan yang masih terus menggelayut adalah, “Sudahkah korupsi berakhir ?”
Ternyata tidak, Indonesia makin kokoh pada posisinya sebagai negara terkorup. Melebihi India, dan di atas negara paling korup yang lain. Teratas dalam kuanitas dan jauh meningkat dari sisi kualitas. Para penggusur penguasa lama yang dinilainya korup pun turut menikmati renyahnya kue korupsi. Sedangkan mantan pejabat yang kelewat korup menjadi sangat aman setelah menutupi celanya dengan taburan ang paw berdalih uang saku dari hasil korupsi yang baru.
Korupsi bukan lagi milik pegawai negeri, tetapi juga masyarakat luas termasuk komponen mahasiswa sekalipun. Mereka bisa tertawa berbahak-bahak setelah aktif atau mendirikan LSM dengan kegiatan utama mesam-mesem.
Namun demikian, upaya peneriakan korupsi terus berlanjut. Banyak maling yang teriak maling, lebih banyak lagi yang menjerit karena tidak kebagian. Hasilnya tidak terlalu mengecewakan, sampai tahun 2002 ini beberapa dedengkot koruptor mulai dicongkel. Bukan hanya karena status kepegawai-negerian mereka, pengusaha dan politisi yang sering andil juga mulai diciduk. Koruptor kelas kakap lain, kasak-kusuk menghindari giliran.
Hasilnya tidak tanggung-tanggung, setelah mengitari rumitnya rimba raya, akhirnya rakit kayu gelondongan yang membawa Menteri Kehutanan Bagian Lapangan Haji Muhammad Bob Hassan terombang-ambing arus ganas Laut Selatan sebelum nyangsang (terdampar) di Pulau Nusa Kambangan. Dalam kasus yang lain, kepiawaian Abdul Gaffur main Tarzan-tarzanan bergelayutan dari satu akar beringin ke lain pohon pun pernah nyangkut di Rumah Tahanan. Sementara Rahardi Ramelan pun tidak mau sendirian menghitung hari di balik jeruji.
Makin jelas harapan bahwa segala jenis korupsi harus berakhir tahun 2003 ! Berbagai upaya sudah dirintis, Undang-undang Anti Korupsi digelindingkan. Pemberantasan korupsi akan makin cepat membuahkan hasil. Jangankan korupsi yang bernilai milyaran rupiah, korupsi waktu pun akan segera sirna dari negeri ini.
Namun sesungguhnya pada tahun 2003 itu, generasi muda dan sebagian besar masyarakat Nusantara adalah mereka para alumni pendidikan dasar dengan guru yang berperan ganda sebagai penjaja Lembaran Kerja Siswa (LKS). Tamat SLTP dan SLTA dengan sukses berkat staf pengajar memberikan les dan bimbingan tes. Di perguruan tinggi favorit mereka belajar dari para intelektual yang kemana-mana menjual nama almamaternya. Lingkungan masyarakat tempat mereka habiskan waktu terbanyak pun mengajarkan untuk terbiasa menyabet secepat mungkin setiap peluang mendapatkan dana tanpa harus berpikir penggunaannya, apalagi tanggungjawab pengembalian.
Sementara birokrasi jalan di tempat atau berjalan mundur ke belakang dari masa lalu, sehingga bahan bacaan wajib di sekolah saja merupakan keluaran para penerbit yang sanggup menembus lorong gelap untuk memperoleh stempel “Bacaan Wajib” dari pejabat yang berwenang. Sedangkan media massa baik cetak maupun elektronik, mengajari mereka untuk korupsi kecil-kecilan dengan cara membiarkan para modelnya yang sudah berumur mengenakan pakaian yang kekecilan atau bahkan berpose seperti ketika dilahirkan ibunya.
Awal tahun 2003 seharusnya adalah akhir dari pembantaian terhadap pelaku korupsi. Tidak perlu undang-undang dan berbagai peraturan yang membatasi. Hakim dan Jaksa tidak akan disibukan lagi dengan tindak pidana korupsi. Korupsi secara alami akan lenyap dengan sendirinya.
Sejak saat itu, kita semua sudah korup ! Na ‘udzu bika min dzalik ….
Angin segar muncul lagi dengan lahirnya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Namun perjalanan hidupnya tidaklah mudah, banyak tantangan dan hambatan termasuk dari dalam diri komisi itu sendiri.
Semoga komisi yang dalam umur-jagung-nya penuh tantangan berat ini tetap bisa menjadi pembeda antara koruptor dengan yang tidak korup.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

KETIKA PENDIDIKAN JADI AJANG BISNIS

Ada sebuah anekdot yang selalu dikupas oleh setiap mentor kepada kandidat pengikut barunya, bahwa ada 99 aliran dalam agama Islam. 98 adalah produk pembual yang menyesatkan, sedangkan jalan yang lurus hanya satu. “Yang satu itulah jalan yang sedang kita rintis sekarang. Jalan yang banyak ditentang orang, karena hanya segelintir orang saja yang tahu dan tertarik kepada kebenaran. Sebab kebenaran selalu identik dengan kepahitan, penderitaan dan berbagai cobaan !”
Entah sudah berapa banyak mentor yang menyatakan bahwa formula yang mereka bawakan adalah aliran kyu-kyu yang akan membawa para pengikutnya meniti jalan ke syurga. Sudah berbilang puluhan atau bahkan ratusan gaya dari semenjak mereka yang pertama menyatakan sebagai aliran ke-99 dicanangkan, tetapi jumlah itu tetap 99 ! Tidak pernah lebih, apalagi kurang.
Bagi masyarakat China ataupun pemerhati shio, angka 99 adalah tanda keberuntungan. Tetapi bagi ummat Islam, ternyata angka tersebut kerap menjadi penyulut pertentangan yang berkepanjangan. Semua menyatakan yang berhak atas angka itu dan menganggap sesat yang lainnya. Sehingga jadilah ummat Islam sebagai penghuni alam fana yang sangat mudah diadu-domba. Ironisnya, pengadu-domba itu tidak jarang ummat Islam itu sendiri.
Oleh karena itu tidak mengherankan apabila terjadi suatu perubahan ke arah kemajuan dari suatu kelompok ummat, maka yang lain segera memotong kompas atau bahkan berusaha mematahkannya. Ketika kekuatannya tidak mampu menandingi maka membentuk kelompok sesama rekan sependeritaan. Atau tidak jarang ummat Islam yang tidak tahu menahu dan tidak punya hubungan apa-apa dengan mereka (kecuali sebagai saudara sesama muslim) dipinjam namanya.
Agama yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w. itu, khususnya di Indonesia, sekarang sering identik dengan perpecahan. Ummat di akar terbawah gontok-gontokan sesuai dengan imam-nya. Pengikut Ahmadiyah tidak akan shalat berjamaah di belakang sembarang imam, jamaah LDII memandang keliru para pengikut aliran lain, generasi muda Persis menentang keras wong tua yang tradisional NU dan sebagainya. Di tingkat yang lebih tinggi, para kiyai dan ulama bergerombol sesuai kepentingan. Bahkan banyak berubah menjadi politisi yang sikut sana- jendong sini berebut kursi.
Sehingga sebenarnya bukanlah barang aneh ketika ribut-ribut pun terjadi begitu muncul sebuah pesantren ultra modern di antara maraknya pertumbuhan pesantren modern yang bukan hanya sangat efektif sebagai tempat pembinaan keagamaan di zaman modern tetapi juga mendatangkan banyak keuntungan dari segi finansial. Tetapi kebiasaan mengadu-domba dan diadu-domba menyebabkan hal seperti ini menjadi perdebatan panjang yang tidak pernah berujung.
Adalah Mahad Al-Zaytun, sebuah pesantren yang berada di tengah bentangan luas sawah di perbatasan Kecamatan Kroya dan Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu. Kemegahannya tiada tertandingi di negeri ini baik oleh sesama lembaga pesantren ataupun lembaga pendidikan lainnya. Kemasyurannya mengguncang dunia ! Ketika orang Cirebon mendengar kata “Indramayu” maka di benaknya ada pertanyaan tentang Al-Zaitun. Saat bertemu orang Jawa Barat, urang awak bertanya gambaran kemegahan Al-Zaytun. Penghuni negeri jiran pun bertanya kepada TKI tentang Al-Zaytun. Dan bukan mustahil kalau suatu saat kepopuleran Al-Zaytun seperti halnya Bali, lebih dikenal masyarakat luas daripada Indonesia itu sendiri.
Seperti biasa dan sudah diulas dimuka, hal semacam ini bukannya menjadikan ummat Islam Indonesia berdecak kagum dan bangga tetapi malah meneriakan kebencian. Mungkin mereka tidak tahu kalau hal ini menyebabkan pihak lain tertawa geli, “Ummat Islam tidak pernah jauh dari zaman kelam !”
Ada saja celah yang dijadikan pemicu. Aliran sesat, adalah sebuah isyu laten yang paling populer dan sangat besar efeknya terhadap ukuwah. Berbagai upaya dilakukan, tidak kuat sendiri membentuk koalisi, akhirnya nama besar ulama dan daulah ummat dipinjam dan digembosi.
Sebuah pertanyaan yang sampai sekarang belum terjawab tentang benar tidaknya Al-Zaytun mengajarkan aliran sesat, adalah sikap diam para pesantren tradisional. Demikian juga para pengikut pemurni ajaran Islam seperti Muhammadiyah, Persis, Al-Irsyad dan lain-lain. Mengapa mereka diam ? Mengapa mereka yang menamakan diri sebagai bagian dari masyarakat intelek modern yang mengajarkan Islam dengan teknik modern dengan alam pola pikir modern di dalam gedung plus fasilitas modern, justeru yang seperti kebakaran jenggot ? Disisi lain, Pondok Pesantren Modern Gontor yang menjadi pioneer pesantren modern dan sudah sangat mapan bersikap lain. Ternyata tidak ada hubungan antara Pesantren Gontor itu dengan Pesantren Gantar tersebut kecuali secara individu, seperti kata seorang pengasuhnya.
Alasan yang sangat mudah dijawab adalah karena pangsa pasar yang berbeda. Kemegahan Al-Zaytun tidak menggimingkan para santri pondok pesantren tradisional yang umumnya dari keluarga pas-pasan. Mereka yang agak berada lebih mempercayakan pendidikan anaknya ke Gontor dan sekitarnya. Pengikut A. Hassan pun tidak akan tergoda karena yakin lebih baik memasukan anaknya ke Pesantren Persis. Demikian juga pengikut aliran tertentu lainnya.
Jadi sebenarnya siapa yang kebakaran jenggot dengan berdirinya Mahad Al-Zaytun ? Sebuah pesantren ultra megah dengan fasilitas pendidikan dan peribadatan yang sangat lengkap dan maju. Satu keunggulan lain adalah, di balik keserba-lebihannya itu ternyata Mahad Al-Zaytun adalah sebuah pesantren yang murah meriah !
Bila seorang santri dikenakan biaya Rp. 20.000.000,- untuk pendidikannya selama 6 tahun maka biaya per-tahunnya adalah sekitar 3.333.000,- atau perbulannya Rp. 277.000,- atau Rp. 9.000,-an saja setiap harinya. Bila melihat langsung makanan yang dikonsumsi para santri Al-Zaytun, maka sangat tidak mungkin harganya cukup dengan Rp. 3.000,- per-porsi ! Padahal sebagaimana tujuan para orangtua santri, di pesantren tersebut mereka bukan hanya belajar yang sangat lengkap tetapi juga mendapatkan segala sarana yang ada termasuk penginapan.
Adakah pesantren modern lain yang mampu menekan biaya sedemikian rendah, sehingga akan hilang kesan bahwa sebuah pesantren modern lahir bagai jamur dimusim hujan sejalan dengan makin butuhnya masyarakat khususnya perkotaan akan pengasuh anak-anak yang bersambut dengan makin meningkatnya kebutuhan ekonomi para pengasuhnya.
Persaingan dalam hal efisiensi dan kualitas itulah yang seharusnya terjadi bukan dengan meniupkan isyu sentral yang sama sekali tidak sehat. Apalagi sampai sekarang tidak pernah terbukti kebenarannya.
Masyarakat awam dan para intelektual yang mengenal kekonsekuenan Al-Chaidar dalam dalam islam dan aktivitasnya mengusung NII, tentu yakin akan benarnya kesaksian yang diberikan tentang berbagai kesesatan di balik kemegahan yang dimotori Panji Gumilang itu. Tapi hendaknya ulama bersikap sebagai buffer yang menjembatani antara ummat islam Indonesia yang rata-rata awam terhadap agama yang tertera di KTP-nya itu dengan aliran ke-99 yang mudah-mudahan terakhir itu. Bukan menjadi katalisator yang menyulut sebuah reaksi dari balik gelar ulama, apalagi menjual nama ummatnya.
Sudah terlalu banyak dana yang dikeluarkan untuk menghembuskan isyu kesesatan Al-Zaytun itu, mulai dari tabligh akbar dengan materi yang sudah diarahkan yang bukan hanya perlu dana untuk penceramahnya tetapi juga panitia penyelenggara, penggembosan instansi pemerintah sampai wakil rakyat yang juga tidak akan begitu saja terjun langsung tanpa adanya sumber dana dan juga penerbitan buku maupun compact-disk dengan rupiah tidak sedikit.
Satu hasil yang dapat dipastikan dari pengeluaran yang sedemikian besar adalah timbulnya pertentangan dan fitnah diantara ummat islam. Penganut agama lain bisa tertawa geli melihat semua ini terjadi. Pertentangan dan kekisruhan intern tidak pernah selesai. Bahkan sekarang memunculkan pertanyaan baru, “Pertentangan aliran atau pergulatan uang ?”
Akan lebih bermanfaat apabila dana yang sedemikian besar ini digunakan untuk menyelamatkan nyawa para penyeser di sepanjang jalur tengkorak Pantura Jawa Barat yang menadah rupiah untuk berdirinya mesjid dengan taruhan nyawa. Atau menyelamatkan muka seluruh ummat islam sebagai ummat yang mendirikan sarana peribadatan saja harus dengan mengemis-ngemis. Walaupun tentu tidak akan bisa seperti ummat Hindu yang mengharamkan berdirinya suatu tempat ibadah dengan jalan meminta-minta dana dari ummatnya.
Setelah sekian banyak kelompok ummat yang menyatakan diri sebagai penganut aliran yang ke-99, maka sudah saatnya ummat islam berbenah diri. Meredam anekdot, bahwa kalau akan membuat keributan maka hasutlah ummat islam. Dalam waktu singkat wilayah itu berantakan. Sedangkan jika hendak menghancurkan ukuwah islamiyah, susupi mereka dan porak-porandalah persaudaraan itu.
Pertentangan-pertentangan yang sering terjadi adalah sekolah terbaik untuk introspeksi dan berbenah diri untuk secara bersama-sama membangun kembali kejayaan ukuwah yang telah lama hanya ada dalam impian.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

VALENTINE = HARI KASIH SAYANG ?

…. tulisan ini ada dalam sebuah buku tulis tua, ditulis sekitar 1983 waktu kelas I SMA, sudah sangat tua, tetapi prinsip yang tertulis adalah yang saya yakini sampai sekarang …..
Belum lama Children of God (COG) menjadi bagian dari bahasan pelajaran agama Islam di kelas. COG dengan kehidupan free sex-nya tentu sangat menarik bagi sebagian orang kemudian mengamininya. Untung saja aliran ini tidak sempat tersebar luas, hanya sekitar Yogyakarta, kota pelajar itu dan dapat dibrangus segera.
Sekarang ada lagi yang baru, (bagi teman-teman lain bukan barang baru lho!), Valentine ! Hari kasih sayang, katanya. Acara ini dilarang untuk dilakukan, kata Bu Khapsah, salah satu guru agama Islam kami.
Saya tidak sependapat dengan guru agama itu bahwa Valentine merupakan ajaran agama tertentu. Dari beberapa tulisan yang say a baca, justeru tindakan Pendeta Valentino menikahkan anak di bawah umur di Filipina justeru mendapat tantangan dari pendeta lainnya. Jadi sama sekali bukan ajaran agama Kristen. Keberanian Valentino inilah yang kemudian dirayakan kemenangannya, sebagai pahlawan.
Jadi, Valentine adalah perayaan kemenangan Pendeta Valentino diantara kehidupan Kristen yang membelenggu, khususnya melarang pernikahan usia dini.
Valentine dan COG, keduanya adalah bentuk pemberontakan terhadap keterkungkungan kehidupan beragama. Tetapi nasibnya sungguh berbeda, COG yang dibrangus pemerintah juga dihancurkan media massa, sementara perayaan Valentine malah diiklankan sehingga menjadi sangat menarik.
Kalau saya tidak ikut merayakan, bukan karena Bu Khapsah melarang dengan alasan merupakan ajaran agama orang lain, sama sekali bukan. Saya masih terlalu jauh untuk mengikuti pahlawan agama lain. Sangat banyak keteladan para sahabat nabi yang ditulis dalam cerita yang belum bisa saya ikuti. Mereka adalah para pahlawan agama Islam yang dari lahir saya berada di dalamnya.
Saya tidak ingin menghiasi kebelang-bentongan shalat saya dengan ritual agama lain, saya tidak mau mencampuradukan apa yang dicontohkan nabi dan sahabatnya dengan keteladanan pimpinan agama lain, saya tidak mau melengkapi kekurangan saya dengan mengikuti sebuah anjuran yang ditentang oleh para penganjur agama yang sama sekalipun.
Yang paling penting, saya adalah orang yang haus akan kasih sayang. Kasih sayang bukanlah barang langka yang hanya setahun sekali saja harus dinikmati, tetapi harus sepanjang tahun, sepanjang hari, sepanjang kehidupan yang tidak abadi ini. Semoga saya termasuk orang yang akan mendapatkannya. Amien.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

Selasa, 01 Juni 2010

MEMBUAT TELUR ASIN TANPA BAU ANYIR

Sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya telah akrab dengan telur asin. yaitu berupa telur rebus yang tanpa penambahan garam lagi telah berasa asin, aroma dan teksturnya khas, kuning telurnya masir dan sedikit berminyak. Telur asin yang banyak beredar di masyarakat adalah telur itik yang diasin.

Nilai tambah yang dimiliki oleh telur asin ini telah banyak dirusak oleh oknum yang berpikiran terlalu praktis sehinngga muncul-lah telur asing hasil suntikan atau lebih parah lagi bukan hanya hasil suntikan tetapi juga bahannya dari telur ayam yang diupayakan sedemikian rupa sehingga warnanya menjadi mirip dengan warna telur itik. Telur asin semacam ini sekalipun berasa asin tetapi kuning telurnya masih tetap seperti telur segar.

Dan tidak dapat dipungkiri bahwa pembuatan telur asin juga dapat dijadikan suatu alternatif usaha untuk menambah penghasilan keluarga.

Cara Pembuatan Telur Asin
Telur asin yang dikehenndaki oleh masyarakat umumnya adalah memiliki rasa asin sedang (relatif), tidak berbau anyir dan kalau di Jawa Barat dan Jawa Tengah-kunin telur yang masih dan sedikit berminyak merupakan daya tarik selera tersendiri.
Kualitas telur asin yang di hasilkan sangat tergantung pada proses pembuatan telur itu sendiri. Oleh karena itu perlu diperhatikan dengan baik mulai dari bahan yang digunakan sebagai pembalutnya maupun perbandingannya, demikian pula lama penyimpanansampai dengan cara perebusannya.

Itulah sebabnya telur asin yang dijual di Lubuk Alung akan berbeda rasanya dengan yang dijajakan pedagangan asongandi Terminal Lintas Andalas. Apalagi dibandingkan dengan telur asin selera mas Tarzan yang oleh ibu-ibu di Batusangkar dianggap sebagai telur busuk karena rasa asinnya yang luar biasa.

Terlepas dari perbedaan selera antar daerah ataupun hal-hal lain yang menyangkut telur asin, pada dasarnya konsumen sangat menghendaki telur asin yang bebas dari bau anyir, bau khas telur itikyang diwarisinya turun temurun.

Oleh karena itu dalam JK kali ini penulis tampilkan dua cara pembuatan telur asin yang telah diterapkan oleh masyarakat Jawa Barat dan Jawa Tengah yang Insya Allah menghasilkan telur asin yang bebas bau anyir.

Pengalaman yang banyak diterapkan masyarakata Cirebon Jawa Barat dan Brebes Jawa Tengah, ada baiknya diambil dan disesuaikan dengan selera konsumen Sumatra Barat yang agak kurang doyan asin sehingga lama penyimpanannya dikurangi, misalnya seminggu saja, tidak dua minggu seperti yang diterapkan di Jawa. Kekuranglamaan menyimpan ini akan berpengaruh juga terhadap kemasyiran telur itu sendiri. Biasanya penyimpanan selama seminggu belum menyebabkan berminyaknya kuning telur. Tetapi itukan kan tergantung selera.

1. Ala Cirebon
Untuk membuat 100 butir telur asin Ala Cirebon diperlukan 100 butir telur itik segar yang masih baru dan tidak cacat, sedangkan bahan-bahan yang diperlukan adalah :
1 ember abu gosok
1 ember tumbukan bata
2 kg garam dapur
2 siung bawang putih sebesar ibu jari

Cara membuatnya adalah sebagai berikut:
a. Telur segar yang telah diseleksi di cuci dengan air bersih dan di gosok dengan sabut kelapa dan sabun colek.
b. Dibilasa dengan air bersih dan ditiriskan dan dibilas lagi sampai bau sabunnya hilang, kemudian ditiriskan dan di jemur sampai kulit telurnya kering.
c. Disamping itu disiapkan adonan berupa campuran abu gosok, tumbukan batu-batu merah dan garam dapur masing-masing 1 ember, dan 2 kg serta air bersih secukupnya sehingga terbentuk adonan yang tidak terlalu encer tetapi juga mudah dibentuk. Dua siung bawang putih digerus halus dan di campurkan kedalam adonan.
d. Telur segar yang sudah bersih dan telah kering kulitnya dibalut dengan adonan di atas dan disusun dalam paso plastik. Disimpan ditempat yang lembab selama 10 sampai 15 hari. Lama penyimpanan ini sangat berpengaruh terhadap rasa asin telur asin yang dihasilkan. Untuk menyesuaikan dengan selera masyarakat Minangkabau yang kurang suka asin tentu cukup menyimpannya selama satu minggu misalnya.
e. Bulatan adonan dilepasakan, telur dicuci bersih dan ditiriskan.
f. Baru kemudian direbus daalam panci terbuka (tidak ditutup) dengan api yang tidak terlalu besaruntuk menghindari retaknya telur yang direbus selama lebih kurang 4 jam.
g. Telur yang sudah matang diangkat dan ditiriskan.

2. Ala Brebes
Tidak berbeda dengan cara pembuatan telur asin Ala Cirebon, untuk menghasilkan telur asin dengan metode ini sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukan telur itik yang masih baru dan tidak cacat. Untuk pembuatan 100 butir telur asin maka bahan bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut :
3 kg tumbukan batu-batu merah
1 kg garam
3 liter ciu/arak
25 gr sendawa
50 gr gula merah

Sedangkan cara pembuatannya adalah sebagai berikut :
a. Telur itik digosok dengan hampelas halus, kemudian dicuci dengan air kapur dan dikeringkan.
b. Adonan dari bahan-bahan diatas disiapkan dan diusahakan berbentuk pasta.
c. Telur yang sudah kering kulitnya satu persatu dibungkus dengan adonan setebal 0,2 sampai 0,3 cm. Disimpan dalam tempayan yang terbuat dari tanah liat, setiap hari bagian luar tempayan diperciki air untuk menjaga kelembaban telur dalam tempayan.
d. Telur yang telah disimpan selama 15 hari dikeluarkan dan dibuka balutannya dengan cara meredamnya dalam air kemudian direbus dengan api yang tidak terlalu besar dan tidak ditutup selama 4 jam. Tentu saja telur asin yang dihasilkan sangat asin, oleh karena itu lama penyimapnan dapat saja diperpendek menjadi satu minggu misalnya. Proses selanjutanya sama dengan Ala Cirebon diatas.

Kedua cara tersebut diatas menghasilkan telur asin yang tidak berbau anyir. Mudah-mudahan bermanfaat dan selamat mencoba.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

MENGURANGI KEMATIAN BROILER DENGAN GULA PASIR

Setiap peternak ayam broiler tentu amat mendambakan lancarnya jalan usaha peternakannya, selain tidak adanyahambatan dan rintangan dalam melaksanakan pemeliharaan juga mulusnya jalur pemasaran yang menjadi kunci utama keberhasilan usahanya, peterna (terutama peternak kecil) tidak jarang harus berjuang keras untuk tetap dapat terus hidup dalam gelimangan tantangan dan hambatan.

Hal ini terjadi karena peternak ayam potong umumnya sangat tinggi ketergantungannya terhadap pihak lain, anak ayam umur sehari yang biasanya disebut bibit atau DOC, pakan komplit atau ransum lengkap, obat-obatan dan sarana produksi ternak (sapronak) yang lain harus didapatkan dari agen atau penyalur atau toko sapronak (Poultry Shop) Biasanya diantara kedua belah pihak telah terjalin kerjasama yang sangat baik terutama dalam hal hutang piutang yang dari satu sisi saling menguntungkan keduanya dan sisi lain menjepit ruang gerak peternak, demikian juga dalam hal pemasaran hasil pemeliharaannya, tidak jarang sangat tergantung pada tengkulak yang tentu saja tidak akan menjadi tengkulak kalau tidak menguntungkan.

Dalam dilema keterjepitan inilah peternak ayam pedaging harus dapat berbuat maksimal sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang optimal sesuai dengan jerih payahnya.

Kematian pada Minggu Pertama
Seperti disebutkan diatas peternak sangat bergantung kepada Poultry Shop misalnya akan pakan, bibit, obat-obatan dan sapronak lainnya. Hal ini berarti harga yang berlaku di pasaran tidak dapat diganggu gugat kecuali mungkin bagi peternak yang lebih besar atau langganan khusus ada sedikit discount tambahan. Demikian juga harga ayam hidup yang dihasilkan, sebagai pemilik tunggal sekalipun peternak tidak dapat menentukan harga sendiri. Harga pasaran yang berlaku. Bahkan terkadang peternak ayam pedaging dihadapkan pada dilema yang makin mencekam terjepit diantara dua pilihan, meneruskan memelihara dengan resiko menambah biaya pakan atau menjual dengan harga pasaran? Pada pilihan yang pertama tersembunyi juga macam kerugian yang siap menerkam. “Apakah akan ada pasarannya kalau ayam terus dipelihara? “karena hanya konsumen tertentu saja yang mau menerima ayam besar.

Oleh kerena itu agar dapat sedikit bernafas lega diantara himpitan kedua dilema yang menghimpit dan terkaman harimau kerugian yang selalu mengintai maka peternak ayam broiler harus dapat mengelola peternakannya semaksimal mungkin. Merencanakan usaha ternaknya dengan jeli, memilih strain ayam potong yang paling sesuai dengan kondisi alam sekitarnya, menggunakan pakan ternak yang berkualitas, melakukan pemeliharaan yang sebaik-baiknya dan tidak melupakan aspek pasar yang menguntungkan. Dan pada tulisan ini akan dibahas lebih lanjut tentang pemeliharaan khususnya mengenai perlakuan sederhana yang ternyata dapat mengurangi kematian anak ayam pada minggu pertama pemeliharaan.

Terlepas dari adanya wabah penyakit maka umur 1 sampai 7 hari bagi ayam broiler merupakan suatu saat yang sangat rawan terhadap kematian. Bukan hanya karena kondisi bawaan anak ayam yang relatif lemah begitu keluar daricengkeraman kulit telurnya tetapi kondisi ini juga diperparah lagi dengan perlakuan selanjutnya baik pada saat di hatchery, gudang, perjalanan, agen lainnya yang tidak sedikit mengurus waktu dan energi anak ayam yang lebih banyak tidak lagi tepat disebut DOC pada saat diterima peternak dikandangnya. Keadaan makin parah apabila perlakuan dari peternak dan lingkungan barunya yang tidak mendukung. Hal ini tidak mengherankan apabila kematian pada minggu pertama biasanya selalu lebih besar dari pada minggu-minggu berikutnya. Tentu saja terlepas dari adanya serangan penyakit dan bencana yang lainnya.

Air Gula dan Kematian
Pada saat datng ke lokasi peternakan kondisi DOC sedemikian stres-nya (terutama untuk DOC yang bukan grade I) sehingga perlu perlakuan khusus untuk menyambut kehadirannya. Suhu brooder house yang dihangatkan, pemberian air vitamin, antibiotika dan gula pasir sangat diperlukan untuk mengembalikan bahkan meningkatkan kondisi tubuhnya.

Bagi peternak yang sudah berpengalaman tentu perlakuan istimewa ini bukanlah hal yang san aneh, sudah tentu biasa. Kecuali pemberian gula dalam campuran vitamin dan antibiotik banyak yang melupakan atau mengabaikannya. Padahal peran energi yang dikandung dalam pasir putih itu sangat berarti bagi kelangsungan hidup anak ayam.
Dari pengamatan terhadap peternakan ayam potong di sebuah farm di daerah Bekasi – Jawa Barat yang DOC-nya didatangkan dari sebuah Breeding Farm di Bekasi-juga Jawa Barat yang dapat ditempuh dengan jalan dart seitar 6 jam perjalanan ternyata penambahan 3 kg gula pasir dalam larutan vitamin dan antibiotika dalam250 liter air yang cukup untuk 10.000 ekor sangat besar pengaruhnya dalam mengurangi kematian pada minggu pertama. (Tabel)

Tabel 1 : Pengaruh pemberian gula pasir terhadap kematian anak ayam pada minggu pertama
Perlakuan Kematian (ekor) Keterangan
1. Diberi gula pasir 57 Populasi masing-masing 10.000 ekor dengan DOC
2. Tanpa diberi gula pasir 101 Grade I pemberian vitamin dan antibiotika sesuai dengan dosis yang dianjurkan

Dari tabel dapat dilihat kematian anak ayam yang tanpa diberi gula pasir dalam campuran antibiotika dan vitaminnya hampir 2 kali lipat lebih banyak. Hal ini tentu saja akan sangat merugikan peternak.

Kerugian yang diderita peternak bukan hanya karena uang pembelian DOC yang amblas tetapi biaya pembelian pakan yang sangat mahal juga lenyap mengikuti kematian anak ayam demikian juga biaya-biaya lainnya yang tidak dikeluarkan. Padahal kematian yang fantastis ini dapat dicegah dengan cara yang sederhana dan mudah serta murah. Cuma dengan pemberian gula pasir yang sangat sedikit, 3 kg untuk 10.000 ekor!

Yang lebih penting dari berkurangnya kematian anak ayam pada minggu pertama adalah semangat beternak dari peternak dalam menggeluti usaha ternaknya. Itulah yang lebih mahal dan tidak dapat dibeli karena tidak ada yang menjual!

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

FLU BABI

“Tiga jenis babi yang akrab dekat dengan masyarakat :
Babi Lu, Lu Babi dab Flu Babi.”

Rangkaian kata pada jenis babi yang pertama dengan segala variannya memang sudah tak asing lagi. Sajian khusus koki caci dan maki menjadi santapan lawan bicara berbumbu ekspresi penuh kemarahan yang sulit disembunyikan.
Sebaliknya kemarahan lebih besar terpendam dalam hati ketika mengucap kalimat kedua. Intonasi rendah tidak menyurutkan anggapan bahwa lawan bicara adalah tertuduh.

Ada yang mengatakan bahwa dua kalimat pertama memang sudah sedemikian dekat dengan masyarakat Indonesia yang dikenal sopan dan santun. Ditakuti untuk diterima telinga tetapi sulit dihindarkan akibat dari sedemikian dekatnya dengan bibir. Tentu tidak semua pembaca setuju. Tetapi bisa dibuktikan bahwa “babi” dengan “bibir” bukan hanya dekat tetapi juga menyatu, misalnya dalam rangkaian kata “bibir babi”.
Berbicara soal kedekatan, telinga masyarakat Indonesia tiba-tiba harus akrab dengan Flu Babi. Sebuah hubungan yang unik, dekat tetapi ditakuti. Penyakit mematikan ini seakan menjadi momok yang menggantikan posisi saudara lain ibunya (apalagi ayah-nya!), Flu Burung.

Banyak pendapat tentang isyu besar yang mendunia tersebut, pro dan kontra. Antara yang percaya dan menganggapnya sebagai isyu belaka. Sebagian setuju wabah mematikan itu harus dicegah sedini mungkin jangan sampai masuk nusantara. Salut dengan petugas yang segera tanggap di setiap pintu masuk dengan masker sampai baju astronot mempraktekan keahlian barunya, mendeteksi gejala flu dengan cepat. Sementara yang lain hanya tersenyum geli dan berdo’a, “Semoga mereka kelihatan lebih ramah dengan mulut tertutup. Amien!”

Tidak sedikit kernyitan dahi menggantikan segala daya upaya dan kerja keras yang sangat terencana itu dengan kata “Politis!” Sekali lagi, alasan yang terlontar sebagian diakibatkan kejadian sebelumnya, Flu Burung.

Masih terngiang di telinga pemberitaan berbagai media ketika seorang penghuni perumahan mewah menjadi korban flu burung pertama di Indonesia maka tumbalnya adalah babi-babi tak berdosa milik penghuni bantaran Sungai Citarum. Peternak babi hanya bisa mengelus dada melepas peliharaan yang sudah sedemikian lama menjadi teman se-gubuk-nya untuk dimusnahkan. Protes pun percuma, tidak akan mengembalikan peliharaan mereka karena babi-babi itu telah disulap para aparat menjadi “kambing hitam”.

Gejolak jutaan tanya membuat hati peternak babi semakin bingung akibat makin banyaknya pendapat para ahli yang berbanding lurus dengan jumlah korban yang berjatuhan akibat penyakit ini, baik manusia maupun unggas. Kebingunan pun akhirnya lenyap ketika ada asumsi yang mendukung pendapat mereka bahwa tindakan tidak berperike-babi-an itu seharusnya tidak perlu dilakukan sebab jika dugaan aparat itu benar maka korban pertama adalah mereka. Sebab keduanya bukan semata-mata sa-udara tetapi juga sudah se-nafas.

Oleh karena itu, agar tidak mau salah untuk yang kedua kali maka mereka mengambil sikap sebagai politisi dadakan, “Jangan-jangan sebutan Flu Babi yang sekarang gencar menyerang pun suatu saat dianggap salah, karena korban flu tersebut lebih banyak manusia daripada babi itu sendiri. Sehingga lebih tepat kalau namanya berubah menjadi Flu Insan atau Flu Man atau Flu Wong dan sejenisnya.”

Terlepas dari dua kutub yang saling menjauhkan diri, pengetahuan tentang Flu Babi tentu akan sangat berguna untuk diketahui. Adegium lama mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Diharapkan dengan mengenal tentang Flu Babi maka masyarakat akan makin sayang dengan perilaku hidup sehatnya.

Flu Babi yang sungguh menakutkan ini merupakan penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia ataupun sebaliknya. Uniknya, sekalipun dapat menyebabkan tingkat kesakitan yang sangat banyak kepada babi tetapi tingkat kematiannya sedikit saja, berkisar 1 sampai 4 prosen saja. Atau bahkan ada yang mengatakan dibawah satu prosen. Sebaliknya terjadi apabila biang flu ini menyerang manusia.

Namun demikian ada khabar gembira bagi penggemar dading yang satu ini, bibit penyakitnya mudah sekali mati. Dalam pemanasan 80º C selama 1 menit saja virus H1N1 sudah keok. Apalagi kalau digodog dalam air mendidih (100º C) atau digoreng dengan titik didih minyak lebih tinggi lagi.

Sekalipun banyak sosialisasi telah dilakukan untuk mengabarkan bahwa penyakit ini tidak dapat ditularkan melalui makanan namun tak urung pasar daging babi sempat sepi. Kenapa harus takut, sepanjang sesuai dengan kaidah agama yang dianut, dimasak dengan benar dan anda suka menyantapnya. Tetapi sekedar catatan, kehigienisan dan kehati-hatian sangat perlu diperhatikan pada saat mengolah daging babi mentah.

Kembali kepada Flu Babi, babi yang terserang penyakit ini menunjukkan beberapa gejala yang umum seperti nafsu makan menurun, malas bergerak akibat otot yang kaku dan nyeri, demam sampai hampir 42º C, batuk dan bersin bahkan memuntahkan eksudat lendir jika cukup parah. Gejala lainnya adalah mata kemerahan dan mengeluarkan cairan, pernafasan perut dan keluar leleran dari hidung.

Sekali lagi, angka kesakitannya sangat tinggi tetapi kematian yang ditimbulkan relatif rendah. Pada banyak kasus, babi sembuh dengan sendirinya pada hari ke-5 sampai ke-7 setelah terlihat tanda klinis.

Sementara maunusia yang terserang Flu Babi menunjukkan gejala demam, lsu, kurang semangat, keluar lendir dari hidung, sakit tenggorokan, mual dan muntah, diare, sesak nafas dan dapat menimbulkan kematian.

Sebuah keyakinan yang sudah sangat melekat di masyarakat adalah bahwa penyakit apapun yang diturunkan kepada manusia sesungguhnya Tuhan telah menyertakan obatnya. Paling tidak, Dia telah memberikan alternatif pencegahannya. Pepatah nenek-moyang menuntun, “Mencegah lebih baik daripada mengobati.” Tukang dagang berbagi resep, “Mencegah relatif mudah dan murah, sementara sakit sangatlah menderita dan berbiaya.”
Cara mencegah yang murah meriah adalah dengan membiasakan berperilaku hidup bersih dan sehat selaras dengan lingkungan dan alam. Bersih diri dan lingkungan.
Bersih diri terkadang gampang-gampang susah bahkan rutinitas pun sering keliru.

Misalnya kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sesudah makan yang bertujuan menghapus semua bau tak sedap dan kotoran yang tersisa. Kebiasaan ini tentu akan lebih banyak manfaatnya jika dilakukan sebelum makan, aneka bau hilang juga bibit penyakit yang menempel. Di mata umum kebiasaan kedua yang sebenarnya lebih baik adalah suatu kejanggalan.

Bersih lingkungan tentu jauh lebih sulit karena banyak yang faktor yang mempengaruhi, termasuk empati sebagai bagian dari makhluk Tuhan yang paling sempurna. Khusus lingkungan ber-babi, maka kesehatan piaraan dan kebersihan kandangnya sangatlah vital.

Nah, kalau bersih dan sehat sudah menjadi perilaku yang melekat di masyarat, kenapa harus takut dengan berbagai penyakit yang menghendaki kita sakit ?

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

FLU BURUNG DAN BURUNG PELUH

Kalau ditanyakan kepada sekumpulan orang tentang penyakit yang paling menakutkan mereka saat ini, tentu sebagian akan menjawab flu burung. Tetapi jangan sangka, ternyata tidak sedikit yang jauh lebih ketakutan kalau burung peluh yang menyerang.

Burung peluh bukan hanya berarti burung yang berkeringat kecapaian, tetapi bagi beberapa daerah artinya lebih parah dan sangat pribadi. Bahasa asingnya mah impoten alias tidak berdaya.

Impoten dan flu burung sekalipun dapat dikemas dalam judul di atas menjadi kaitan yang sangat mirip, sebenarnya merupakan dua hal yang sangat berbeda. Tetapi, jangan kaget kalau menurut pendapatku ternyata keduanya memang sangat dekat, dekat sekali kaitannya.

Soal flu burung yang jadi makanan harianku saat ini pun, aku tidak pernah mau bergiming dari pola pikir sendiri. Tahun sembilan puluhan, ketika wabah ini merebak di asia daratan, ada berita Indonesia mengimpor ribuan DOC (day old chicken) bibit ayam dari Thailand melalui pelabuhan udara Kota Medan. Waktu itu aku yang masih bertugas di BAPPEDA Kabupaten Tanah Datar, pernah berkomentar bahwa kegiatan itu sama dengan kita sedang berbaik hati membagi derita para korban di daratan Asia. Saking berjiwa sosialnya!

Selang beberapa tahun, ayam petelur pamanku di kampung, Desa Sumbon Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu diberitakan mati mendadak dengan ciri-ciri mengarah ke flu burung. Aku yang sudah pindah ke BAPEDA Kabupaten Indramayu tak dapat berkomentar banyak, apalagi menurut teman dari Dinas Pertanian dan Peternakan belum ada kejadian avian influenza pada unggas di Inonesia.

Tapi aku sama yakinnya dengan penduduk kampungku, bahwa flu burung sudah menyerang ayam-ayam itu. Dua tahun kemudian, pengumuman resmi adanya wabah flu burung pada unggas akhirnya ada juga dari Menteri Pertanian. Menurutku, sudah sangat terlambat.

Selain soal waktu, aku pun tidak sependapat dengan kebijakan pemerintah yang mengkambinghitamkan ayam kampung milik masyarakat sebagai penyebab merebaknya flu burung di Indonesia. Pemeliharaan ayam unggas di masyarakat kita memang sangat sederhana, untuk makan saja sering harus berkeliaran mencari sendiri. Dengan kandang masih sederhana atau bahkan cukup tidur di pepohonan.

Saat aku alih tugas ke Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, kebetulan pada posisi yang paling dekat dengan flu burung, tim kami bukan hanya aktif menjalankan program pemerintah dengan obyek utama ayam kampung milik masyarakat tetapi juga merambah ke broiler yang dipelihara dengan lebih baik. Tidak meleset anggapanku selama ini, setelah banyak diskusi dengan masyarakat pemelihara dan juga Technical Service dari perusahaan inti maka terkuaklah berbagai informasi yang selama ini sangat dirahasiakan dan bagaimana mereka menutup rapat informasi itu.

Kematian broiler sudah sejak tahun 2002 terjadi, tetapi begitu ada kematian dengan gejala mengarah ke flu burung maka pihak perusahaan melarang peternak membuang bangkainya sembarangan atau bahkan menjual bangkai ke peternak lele, apalagi menjual ayam yang sakit ataupun sehat untuk dikonsumsi masyarakat sekitar. Perusahaan akan menanggung kerugian yang diderita, kecuali untuk upah tenaga kerja.

Tetapi yang namanya masyarakat awam, tumpukan ayam yang mati akan membuat kerepotan baru apabila dikubur. Mengali lubang besar bukan biaya yang murah. Dibuang ke kali adalah salah satu alternatif paling mudah dan murah, dijual ke peternak lele yang sudah menunggu di pinggir kandang tentu lebih menguntungkan !

Tidak berapa lama, penyakit yang sangat mudah menular pun berjangkit menjadi wabah bagi ayam kampung dan beberapa jenis unggas yang dipeliharan masyarakat. Mungkin karena sangat percaya dengan sistem sanitasi dan kesehatan hewan di peternakan besar, maka pemerintah begitu saja memvonis bahwa unggas masyarakat ini sebagai kambing hitam wabah flu burung di Indonesia.

Setelah hampir lima tahun penanganan flu burung pada unggas terus dilaksanakan tanpa penyelesaian yang pasti, barulah pada akhirnya kecurigaan terhadap peternak besar diakui. Unggas milik masyarakat kecil yang selama ini naik kelas menjadi kambing hitam dan jutaan diantaranya harus dikurbankan tidak pada “Hari Raya Qurban dan Hari Tasyrik”.

Belum terlambat untuk mengubah keputusan.... Daripada terus menerus bertindak dalam kesalahan.

Soal penularan flu burung dari unggas kepada manusia yang membuat Menteri Kesehatan dan jajarannya ngotot membumihanguskan unggas, secara pribadi aku menolak. Bahkan sampai sekarang pun aku tetap tidak percaya datang dari unggas yang dipelihara masyarakat. Kalau ada kasus kematian manusia, aku selalu melihat ada kejanggalan yang lebih sering cukup disimpan dalam hati. Namun tentu aku sangat menghargai pendapat itu, bahkan menjalankan kebijakan yang ditempuh pemerintah.

Pertengahan Januari 2006, pemusnahan massal (stamping out) unggas yang ada di dua blok di Desa Cipedang Kecamatan Bongas Kabupaten Indramayu harus terjadi. Ribuan unggas yang terdiri dari ayam kampung, itik, entog, angsa dan burung disembelih sebelum akhirnya masuk ke dalam lubang untuk dibumihanguskan. Aku adalah salah satu penanggung-dosa dari kegiatan yang menunjukkan ke-impotenan bangsa merdeka ini dalam menghadapi tekanan pihak luar.

Perwakilan badan dunia datang, WHO dan FAO, bahkan NAMRU yang pernah bersitegang dengan Ibu Menteri Kesehatan juga. Apa yang dilakukan mereka ?

Aku merasa benar-benar impoten ketika dapat telepon dari rekan di luar Jawa tentang kebenaran bahwa kucing dari Indramayu ada yang mengindap H5N1. Barulah ingat, bahwa staf NAMRU itu ketika di Bongas menangkap kucing dan mengambil darahnya.

Soal NAMRU ini, jangankan orang kecil kaya aku, Bu Menteri Kesehatan pun sebenarnya hanya menunjukkan ke-impotenannya ketika gembar-gembor soal sample darah penderita flu burung dari Indonesia yang harus menjadi milik kita. Buktinya, sekarang beberapa produsen vaksin flu burung yang sesuai dengan strain di Indonesia sudah siap beredar. Salah satu diantaranya, bahkan mau memberi ribuan sample secara gratis.

Percaya kan, kalau flu burung dengan burung peluh ternyata sangat dekat?

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

BAHAYA UREA UNTUK TERNAK

Tahun 1980-an, ketika pemerintah mengimpor sapi perah secara besar-besaran, negeri subur makmur gemah ripah loh jinawi ini pun merasa kekurangan rumput berkualitas. Alternatif termudah yang ditempuh saat itu adalah “meningkatkan” kualitas jerami padi yang secara kuantitas ketersediaannya tidak pernah kekurangan, dengan teknologi yang dikenal sebagai urease ataupun amoniase.

Penulis lebih memilih istilah urease karena di Indonesia, untuk melakukan amoniase pun cara mendapatkan amoniak yang paling mudah adalah dengan memperlakukan panas dan tekanan tertentu terhadap larutan urea sebagaimana ditemukan nutrisionis Jerman Bergner (1974) ataupun yang dilakukan Van der Merme (1976) di Afrika Selatan.

Urease yang diperkenalkan merupakan proses pengolahan jerami padi menjadi hijauan berkualitas untuk pakan sapi perah dengan menggunakan urea (yang oleh kebanyakan masyarakat Indonesia hanya digunakan untuk tanaman). Urea dicampur air dengan perbandingan tertentu, disiramkan ke jerami yang sudah disusun kemudian ditutup plastik kedap udara selama waktu tertentu (metode Dolberg, 1981). Alternatif lain adalah dengan memberi panas dan tekanan tertentu sehingga larutan urea menguapkan gas amoniak, uapnya yang berbau sengak diserap oleh tumpukan jerami padi di sekelilngnya. Proses ini dilakukan dalam kontainer kedap udara (metode yang dilakukan Bergner dan Van der Merme serta diperbaiki pada tahun 1981 oleh Coredesse).

Peternak sapi perah pun dibekali ilmu “ghaib” untuk menyulap jerami padi yang semula hanya hangus dibakar di pesawahan menjadi pengganti rumput hijau yang semakin sulit diperoleh. Tidak lupa kontainer pun dikirimkan kepada koperasi peternak sapi perah. Dengan berbagai upaya tersebut, kiranya pemerintah makin optimis bahwa dalam beberapa tahun setelah itu imbangan antara susu impor dan produk dalam negeri mencapai 50 : 50.

Para peternak sapi perah sangat antusias mempraktekan ilmu barunya. Pakan hijauan tidak akan ada masalah lagi ketersediaannya sepanjang musim. Namun, ketika hijauan berkualitas hasil urease ini diberikan kepada sapi yang sedang laktasi maka produksi susunya tiba-tiba berkurang. Makin hari makin sedikit sampai beberapa dinataranya harus berhenti sebelum masa kering tiba.

Jerami padi berkualitas tinggi juga dengan bangga mereka diberikan kepada sapi jantan yang sedang digemukan (fattening). Sapi-sapi jantan FH yang sedang dalam proses akhir pemeliharaan penggemukan pun beberapa diantaranya menemui ajal setelah beberapa hari urinenya kuning kemerahan sampai benar-benar keluar darah segar.

H. Abdoeri (almarhum) yang waktu itu menjabat sebagai ketua GKSI Cirebon pun segera menghentikan penerapan teknologi baru tersebut. Urease ternyata tidak seindah hasil penelitian Dr. Ir. Abdel Komar di Perancis. Bagusnya kesimpulan hasil riset di laboratorium ternyata berakibat fatal setelah diterapkan begitu saja di lapangan.

Atep, seorang peternak sapi perah di Desa Sukasari Kecamatan Pangalengan pun mengalami nasib serupa. Pada awal tahun 1990-an, anggota KPBS tersebut hanya bisa mengurut dada ketika beberapa ekor sapi laktasi andalannnya tiba-tiba produksi susunya turun drastis. Salah satunya bahkan sakit-sakitan dan terpaksa ditolong Pak Jagal. Saat itu, sapi perahnya mendapatkan awetan hijauan berprotein tinggi, silase jagung yang dibuat dengan tambahan larutan urea.

Kejadian belum lama pun terjadi di peternakan domba milik pesantren, Peternakan Domba Al-Mustaghfirun Desa Jatimulya Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu. Lebih dari 35 % domba yang dipeliharanya terkapar secara bertahap setelah penggunaan UMB selama 2 – 6 bulan, 75 ekor harus menemui ajal dari total populasi 200 ekor. Ahmad Syifa, teknisi yang menangani peternakan tersebut mengatakan bahwa gejala yang muncul diare akut, bahkan disertai dengan perdarahan. Kalau sudah demikian, maka paling lambat 4 hari kemudian harus dikebumikan di liang lahat masal.

Jauh-jauh sebelum praktek-praktek mematikan itu berlangsung menelan banyak korban, para mahasiswa Fakultas Peternakan IPB selalu mendapat perhatian agar terjebak dalam masalah karena tertipu oleh nutrisi semu. Hasil penelitian laboratorium, selalu dan akan selalu menghasilkan adanya perbaikan nitrisi terhadap bahan makanan ternak yang diberi larutan urea.

Protein, nutrisi terpenting dan relatif mahal ini menjadi begitu murah dan mudah didapat dengan pemberian urea. Bahan pakan pun secara laboratorium menunjukkan berbagai perbaikan. Serat kasar yang sulit dicerna rumen pun menjadi lebih bisa bermanfaat setelah melalui proses urease.

Hasil penelitian pengolahan jerami padi IR 38 dengan pemberian urea 4 % bukan hanya meningkatkan protein kasar secara drastis tetapi juga meningkatkan daya cernanya 50 % lebih baik, serat kasar bahkan menunjukan perbaikan daya cernanya lebih dari itu. Perbaikan juga terjadi pada daya cerna bahan kering dan bahan organik. (Komar, A, 1984 : 51).

Sekali lagi, mahasiswa mendapatkan amanat yang harus dipegang teguh bahwa sekalipun hasil kerja di laboratorium menunjukkan berbagai keindahan tetapi harus hati-hati dalam penerapannya di lapangan. Penggunaan protein semu tersebut telah menunjukkan berbagai bahaya. Misalnya, sapi laktasi tiba-tiba turun drastis produksinya, menyebabkan kemandulan, dan lain-lainnya. Masalah sosial-budaya peternak yang tidak setinggi manusia laboratorium memperparah keadaan, angka kematian tidak dapat dihindarkan.

Sejalan dengan bekal dari Kampus Rakyat, seorang nutrisionit dari Kansas University, Profesor Keith Bolsen, pada awal tahun 1990-an mengatakan bahwa, “Penggunaan urea untuk ternak, dengan metode dan cara apapun, lebih banyak kerugiannya daripada manfaatnya.”

Bila ditarik garis merah ke masa lalu, Penulis menemukan sebuah buku kecil yang sangat berharga tentang penggunaan urea pada peternakan di Amerika Serikat. Tidak tanggung-tanggung, terbitan 1918, sama dengan terjadinya Perang Dunia Pertama. Ternyata, sejak awal abad ke-20 atau bahkan abad sebelumnya, urea sudah lazim digunakan disana sebagai bagian penting dalam proses pengawetan hijauan, khususnya silase.

Buku kuno itu menjelaskan tentang berbagai aplikasi pengunaan urea dalam berbagai kadar terhadap berat badan sapi potong penggemukan. Juga terdapat berbagai informasi lain yang masih mengagungkan penghematan biaya produksi yang diperoleh dengan pemberian hasil urease ini.

Dikaitkan dengan pendapat Profesor Keith Bolsen di atas, maka diantara awal abad dan menjelang akhir abad ke-20 ini tentu ada perkembangan hasil penelitian dan penerepan penggunaan urea dalam pakan ternak di Negeri Paman Sam. Dapat dipastikan bahwa perkembangannya negatif, oleh karena itu di sana tidak lagi disarankan.

Ironisnya, banyak ahli nutrisi Indonesia, yang menggembar-gemborkan kehebatan urea sebagai sumber nutrisi dan bahkan bisa memperbaiki nutrisi pakan ternak. Para ahli lulusan dalam dan luar negeri itu tetap pada pendiriannya sekalipun di hadapan matanya banyak korban bergelimpangan. Mungkin mereka tidak menyadari bahwa ternak yang meregang nyawa tesebut adalah efek negatif dari formula yang di benaknya akan melejitkan pertumbuhan dan produksi ternak yang mengkonsumsinya. Kejadian ini bukan hanya terjadi pada ternak milik masyarakat awan tetapi juga terjadi di berbagai balai penelitian yang semestinya menjadi tempat berguru masyarakat dan praktisi serta ahli.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

ANJING MONYET DAN KUCING

Kalau berprikemanusiaan plus perikehewanan
Waspada terhadap hewan peliharaan
Pendahuluan

Dua diantara ketiga nama hewan di atas lebih diingat orang sebagai makian dari pada bahaya yang mengintai yang dapat ditimbulkan olehketiga hewan yang sangat dekat bahkan terlalu dekat dengan manusia itu.

Siapapun akan marah apabila dirinya diumpat dengan “Anjing” atau kata lain yang sepadan, asu di Jepara, Kirik di Cirebon atau yang lain-lain. Demikian juga darah akan cepat merambah keubun-ubun mendengar kata “Monyet” diarahkan. Yang berbeda mungkin kucing, yang menurut kebiasaan masyarakat umumnya memppunyai nilai dan arti tersendiri.

Antara Kegemaran dan Kewaspadaan
Lain di mulut, lain dihati. Demikian juga dengan makhluk yang bernama anjing, di Sumatera Barat misalnya, hewan ini dapat menghipnotis pemiliknya -terutama penggemar berburu fanatik- sehingga tiba-tiba dapat dengan tega mengumpat istri tersayangnya karena alpa memberikan hidangan khusus atau tak sempat mengajak jalan-jalan pagi koleganya itu di pagi dan sore hari. Atau mereka lebih baik menahan lapar dari pada teman berkaki empat-nya kelaparan. Bahkan sang bapak yang sama sekali tidak pernah memandikan anaknya seumur dia bergelar ayah akan dengan sangat tekun dan teliti, sabar plus telaten dan penuh sukacita membersihkan setiap celah dan sela sampai cakar peliharaannya dengan bersih dengan sabun wangi yang boleh jadi hanya sekedar dikenal oleh istrinya, entahlah kalau anaknya. Yang lebih dari itu, mudah-mudahan tidak pernah terjadi.

Monyet dipiara orang bukan hanya sebagai peracik hiburan tetapi juga sekaligus merupakan sumber penghasilan. Di beberapa daerah sering ada pertunjukan Doger Monyet, anjing dan monyet yang menunjukan kelihaiannya menari-nari dengan iringan musik dog-dog-cer, dari rumah kerumah dipandu tuannya yang sekaligus merupakan manajer merangkap bendahara yang juga menjadi asisten pribadinya. Demikian juga banyak Monyet yang telah bersosialisasi sehingga dapat menghibur penggunaan lika-liku dan naik turun jalan di Lembah Anai di Ranah Minang. Kejadiian serupa terdapat juga di Bulak Indramayu dan Plangon Cirebon. Saudara-saudaranya banyak dimanfaatkan orang untuk memanjat ketinggian pohon kelapa untuk menghidupi ribuan kepala manusia.

Lagi-lagi kucing nasibnya berbeda. Sekalipun sering dijadikan mascot yang selalu dengan gagah dan dengan penuh keberanian menantang lawan, tetapi lebih banyak dikaitkan dengan nasib sial. Bila pengendara mobil yang sedang asyk tancap gas kemudian di depannya berlalu kucing akan menafsirkan sebagai gagalnya mencapai tujuan. Raja jalanan sekalipun akan menjadi sangat ketakutan begitu rodanya menggilas seekor kucing. Dan sekali lagi, maknanya sama, sial! Dalam mendapat kasih sayang manusia, kucing sendiri sebenarnya yang menimpa nasib sial. Dia tidak boleh iri mendapat perlakuan yang berbeda dengan dua tetangganya terdahulu yang dibelikan kalung pengikat yang tidak murah. Namun dalamkesialannya kucing menjadi menjadi lebih bebas berlalu lalang di dalam rumah sampai di tempat tidur sekalipun.

Terlepas dari mudahnya ketiga kolega menuai itu bersosialisasi, bahaya yang dapat ditimbulkan tetap mengintai dan tidak sedikit. Kucing dan anjing merupakan tempat suburnya bakteri yang merupakan biang kerok sulitnya seorang wanita mendapatkan keturunan itu langsung kesalahannya dituduhkan kepada pihak istri. Sekalipun pada kenyataannya, survey membuktikan bahwa 65 prosen kasus keluarga tanpa anak merupakan dampak dari kelemahan di pihak suami!

Prof. Woodruf dari inggris mengemukakan bahwa virus-virus anjing dapat menyebabkan penyakit serius dan infeksi mematikan seperti lever, paru-paru, penyakit otak melalui kulit dan virus tersebut akan tetap aktif selama 4 tahun sejak dikeluarkan anjing. Beliau sampai pada satu kesimpulan, “ Anjing peliharaan mendatangkanbahaya yang sangat luar biasa”.

Kucing juga merupakan induk semang sejati dalam siklus hidup protozoa toxoplasma yang dapat menyebar kejaringan otak manusia sehingga bisa menimbulkan kelumpuhan dan keterbelakangan pada anak-anak.

Bahaya Rabies
Demikian juga penularan rabies dapat terjangkit dari ketiganya. Rabies memang bukan penyakit yang sempat menghantui kehidupan manusia seperti AIDS akhir- akhir ini sekalipun kedahsyatannya mengantar kematian penderitanya lebih hebat. Bukan perlahan-lahan dan sangat halus serta lemah gemulai mencabut nyawa penuh sopan santun_permisi terlebih dahulu_seperti AIDS, tetapi langsug tancap gas! Menurut Shadily dkk, jarang sekali penderita sembuh dari rabies.

Lebih lanjut shadily dkk menggambarkan kesadisan virus rabies memancing nyawa yang tetap berusaha bertahan dan gejala klinisnya digambarkan dalam tiga fase :
a. Fase Pertama, menunjukan gejala sakit kepala, mata berkunang dan rasa panas atau dingin pada luka dan sepanjang syaraf yang diserang. Gangguan rangsang ringan dan peka, mengeluarkan air liur, air mata, keringat, sukar tidur dan depresi.
b. Fase kedua, gangguan rangsangan bertambah sering dan timbul cemas serta ketakutan. Leher kaku dan kejang-kejang ringan, ditambah kerutan pada tenggorokan yang disertai rasa nyeri dan kesukaran menelan dengan rasa tercekik setiap kali penderita ingin menelan makanan bahkan jika melihatnya sekalipun. Jika terjadi kejang tonik dan kesukaran bernafas, maka pada fase ini sudah bisa timbul kematian. Suhu badanbiasanya meningkat tinggi dan dalam jangka waktu satu atau dau hari penderita memasuki Tahap Ketiga.
c. Tahap Ketiga, terjadi kelumpuhan berat, kejang-kejang hilang dan koma, lalu meninggal dalam jangka waktu satu atau dua hari.
Dari ketiga gambaran yang gamblang diatasdapat diambil hikmah, bahwa betapa kejinya rabies dalam berusaha menggapai nyawa manusia. Namun demikian bukan tidak bisa diobati, pencegahan pada manusia yang telah digigit binatang yang terkena rabies dapat dilakukan dengan penyuntikan vaksin rabies, sekalipun relatif mahal biaya yang harus dikeluarkan.

Cara yang paling murah dan efektif adalah tentu saja pencegahan, sebelum ada korban dan ada yang harus dikorbankan yaitu dengan cara vaksinasi binatang peliharaan itu sendiri. Tentu saja hewan yang sehat sebab vaksin yang akan disuntikan pada dasarnya adalah bibit penyakit juga sekalipun telah dilemahkan. Kalau yang divaksin anjing sakit misalnya malah bisa tumbuh hal-hal yang tidak diharapkan.

Dengan vaksinasi hewan peliharaan maka sebenarnya bukan hanya melindungi dari virus rabies tetapi juga menghemat biaya ratusan ribu atau bahkan jutaan rupiah plus penderitaan dan pertaruhan nyawa bila hal yang tidak diinginkan terjadi. Sebab jangan dianggap bahwa anjing yang dapat bermain dengan akrab bersama anak-anak adalah aman-aman saja. Virus rabies terus mengintai, beterbangan diudara dan siap hingga. Mereka dapat bertahan hidup di tubuh sisa hewan ataupun manusia yang pernah jadi korbannya sekalipun telah dikubur puluhan tahun sampai seratus tahun lalu. Kecuali yang dibakar terlebih dahulu sebelum disemayamkan.

Hewan yang sudah terinfeksi rabies juga tidak selalu galak dalammenunjukkan gejala- gejalanya . bisa juga justrua makin akrab dan mudah diajak bercengkrama sebelum akhirnya membuktikan keganasannya. Itulah yang disebut silent rabies.

Penutup
Kalau kita sayang hewan peliharaan tentu harus lebih cinta kesehatan serta keselamatan kita dan keluarga manusia pada umumnya. Pengorbanan sedikit waktu dan dana untuk memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan dan hewan peliharaan, termasuk memvaksin rabies secara teratur serta menjaga jarak (terutama anak-anak) dengan mereka tanpa harus mengurangi rasa perikehewanan merupakan solusi terbaik.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

KESEIMBANGAN KALSIUM DAN FOSFOR DALAM RANSUM

Dalam penyusunan ransum ternak, banyak hal yang perlu diperhatikan. Terutama zat makanan yang dikandungnya, karena akan menentukan kuantitas dan kualitas produksi ternak yang di hasilkan. Tentunya dengan tidak mengabaikan faktor yang lain, misalnya palatabilitas ransum.

Kandungan protein dan energi kerap dijadikan pertimbangan utama dalam penyusunan ransum. Walaupun demikian, tidak boleh mengabaikan zat makanan yang lain, misalnya mineral.

Mineral yang terbanyak dalam tubuh adalah kalsium (Ca) dan fosfor (P). Lebih dari 70 persen abu tubuh adalah Ca dan P. Sebagian besar Ca dan P terdapat dalam tulang (Peeler,1972).
Sekitar 99 persen Ca dan 80 persen P terdapat dalam tulang dan gigi (Mynard dan Loosly, 1956). Kedua mineral inilah yang selanjutnya kita bicarakan.

Kalsium (Ca)
Kalsium terdapat dalam tubuh lebih banyakdari pada mineral yang lain, merupakan 1,5 sampai 2,0 persen dari berat badan (Davies,1982). 99 persen Ca terdapat dalam tulang dan gigi. Sedangkan yang satu persen tersebar luas keseluruh organ dan jaringan sebagai unsur esensisal bagi sel dan cairan jaringan (Benerjee, 1982; Maynard dan Loosly, 1956).

Menurut Benerjee (1982), fungsi Ca adalah :
1. Merupakan penyusun tulang, termasuk gigi dan pertumbuhan.
2. Pembekuan darah.
3. Mengukur denyut jantung dan kerja otat.
4. Mengontrol sistem syaraf otot.
5. Memelihara keseimbangan asam basa.
6. Memelihara membran sel permeabel.

Fosfor (P)
Fosfor terdapat dalam semua sel tubuh. Banyak sekitar stu persen dari total berat badan (Dafies,1982). Sekitar 80persen P bergabung dengan Ca dalam tulang dan gigi. Kurang lebih 10 persen berkombinasi dengan protein, lemak dan karbohidrat, dan pada komponen lain dalam darah dan otot. 10 persen sisanya tersebar luas dalam berbagai senyawa kimia (Benerjee,1982).

Menurut Davies (1972), fungsi P adalah :
1. Esensial untuk pembentukan tulang.
2. Penting untuk pertumbihan tulang.
3. Esensial untuk pembentukan jaringan otot dan telur.
4. Esensial untuk esksresi susu secara normal.
5. Penting untuk mengaktifkan mikroba rumen.
6. Merupakan komponen asam nukleat.
7. Menjaga keseimbangan asam-basa.
8. Metabolisme protein, energi dan lemak.
9. Merupakan komponen danaktifator enzim.

Keseimbangan Kalsium dan Fosfor
Mengingat sangat pentingnya Ca dan P dalam metabolisme, maka dalam penyusunan ransum hendaknya benar-benar diperhatikan. Sehingga tidak terjadi kekurangan salah satu atau keduanya yang dapat menyebabkan tidak tercapainya produksi maksimal, tentunya sedapat mungkin optimal seperti yang diharpkan.

Kecukupan Ca dan P tergantung pada 3 faktor : (1) kecukupan kedua mineral dalam ransum, (2) kesesuaian perbandingan keduanya dan (3) ketersediaan vitamin D. Ketiga faktor ini saling berhubungan (Maynard dan Loosly, 1956).

Dari ketiga faktor tersebut, kesesuaian keseimbangan antara Ca dan P yang jarang diperhatikan. Masih banyak menyusun ransum tanpa memperhatikan keseimbangan Ca dan P. Asal sudah lebih dari yang dibutuhkan, dianggap cukup. Padahal keseimbangan kedua mineral ini sangat penting untuk diperhatikan. Perbandingan Ca dan P dalam ransum merupakan hal yang penting dalam absorpsi dan kadar Ca dan P darah (Benerjee,1982).

Anggorodi (1985) menyatakan bila penggunaan Ca lebih banyak dari pada P, maka kelebihan Ca tidak akan diserap tubuh. Kelebihan Ca tersebut akan bergabung dengan P membentuk trikalsium fosfat yang tidak larut. Sebaliknya, kebanyakan P akan mengurangi penyerapan Ca dan P. Terlalu kecilnya perbandingan Ca dan P (kurang dari 0,5 :1) dapat menyebabkan defisiensi Ca, demikian juga jika terlalu tinggi (lebih dari 5:1),adalah berbahaya (Davies, 1972).

Sebagai aplikasi, kami mencoba mengajak pembaca supaya mudah melihat ransum yang sudah ada disususn oleh saudara Wahyono, A (SPI Feb. 1990, hal 31). Untuk mempermudah kami cantumkan kembali (mohon izin dari saudara Wahyono):
Apabila diamati dengan teliti, banyak hal yang menarik dari ransum ini. Kejelian penyusun dalam menyesuaikan antara kebutuhan BK,DE dan Pr dd patut dapat acungan jempol, walupun masih ada sedikit kekurangan Pr dd. Yang kita lihat lebih teliti lagi adalah Ca dan P ransum. Kelebihan P akan tetapi kekurangan Ca.

Kekurangan 4.535 g Ca dan kelebihan 14,67 g P. Inilah yang akan kita bahas. Bagaimana menyeimbangkan keduanya agar sesuai dengan kebutuhan ternak.

Yang harus diketahui terlebih dahulu adalah :
1. Perbandingan Ca : P yang dibutuhkan ternak Ca : P = 17.4 : 10.9 = 1.6 : 1
2. Kandungan mineral dari sumber mineral yang digunakan. Dalam hal ini yang kekurangan adalah Ca dan sumber Ca yang digunakan misalnya CaCO3, 40% Ca (bukan 36 % Ca, karena Ba adalah 40 dan BM CaCO3 adalah 100).

Dari (1) dapat dilihat bahwa perbandingan Ca dan P yang dibutuhkan adalah sekitar 1.60 : 1. Ini harus jadi pegangan. Sehingga kalau disini terdapat 25.57 g p, maka agar terjadi keseimbangan 1.6 : 1 total Ca yang harus 25.57 X 1.6 = 40.912 g.

Ternyata jauh sekali dari Ca yang telah ada, yaitu kekurangan 40.912 – 12.865 = 28.047 g Ca lagi.
(28.407 + 12.865) : 25.57 = 1.6 : 1. Tercapailah keseimbangan yang diinginkan.

Sekarang tinggal hitung berapa banyak CaCO3 yang dibutuhkan untuk mengimpaskan kekurangan tadi (28.407 g Ca).

Banyak CaCO3 40% Ca yang dibutuhkan adalah : 28.407 X 100/40 = 71.018 gram
Jadi ransum tadi harus ditambah 71.018 gram CaCO3
Tiada salahnya perhitungan yang digunakan penulis terdahulu, sehingga Ca : P mendekati 1:1, yang diperoleh dari :

CaCO3 yang dibutuhkan 35.3 g, sehingga kandungan Ca nya : 35.5 X 36/100 = 12.708 g (CaCO3 nya 36% Ca) Ca yang sudah ada 12.865 sehingga setelah ditambah CaCO3, total Ca-nya menjadi :12.865 + 12.708 = 25.535 dan Ca : P menjadi 25.573 : 25.570 = 1:1.

Perbandingan Ca dan P, 1:1 masih masuk dalam jangkauan seperti yang dinyatakan Benerjee (1982) bahwa pada batas 1:2 sampai 2:1 memberikan daya guna optimum kedua mineral.

Sebagaimana penutup tulisan ini, bolehlah kita simak pesan parakkasi (1980), kedua mineral tersebut sama pentignya, akan tetapi P relatif lebih mahal (P merupakan mineral termahal bagi monogastri umumnya). Oleh karena itu usahakan agar P jangan sampai terbung atau penggunaannya kurang efisien.

Suatu tentang bagi nutritionist!

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

KING GRASS ALIAS RUMPUT RAJA

Dua dekade lebih masa itu berlalu. Tetapi kenangan tinggal serta diskusi banyak tentang rumput dan peternakan bersama bule Australia (Christopher Gardener) selama lebih dari 9 bulan di JASTRU (Jonggol Animal Science and Research Unit) tetap terkenang. Lahan bergunung seluas 369 Ha yang semula tandus itu menghampar begitu hijau dan terlalu indah untuk dilupakan. Sebagian hasil riset disana saya tuangkan di sini ....


Salah satu daya tarik untuk dibudidayakan adalah produksinya yang tinggi. Rumput yang berproduksi tinggi atau rumput unggul telah banyak dienal masyarakat. Salah satu diantaranya rumput raja atau yang lebih dikenal dengan sebutan King grass, suatu jenis rumput unggul yang diintroduksikan ke Indonesia menyusul rumput gajah cv Hawaii dan cv Afrika yang telah masuk terlebih dahulu.

Sepintas, secara visual hampir tidak ada perbedaan antara ketiga jenis rumput yang tumbuh tegak seperti tebu atau kaso tersebut. Salah satu cara yang mudah untuk membedakannya ketiganya mudah saja, ambil daunnya dan amati. Rumput raja daunnya dipenuhi bulu, sedangkan rumput gajah cv Hawaii hanya terdapat pada bagian tepi daun dan tidak terdapat bulu pada rumput gajah cv Afrika.


Produksi Bahan Segar
Penelitian yang dilakukan oleh BPT Ciawi pernah membuat tercengang beberapa pakar hijauan dari Australia,sehingga mengatakan “It’s Impossible!’. Adalah terlalu berat untuk memvonis tidak mungkin hasil penelitian orang lain bagi penulis, walaupun penulis sendiri sebenarnya ragu-ragu untuk membenarkan 100%. Hal ini berhubung ada dua sumber yang dihasilkan oleh orang yang sama, dilokasi yang sama dengan produksi yang sama tetapi dengan jarak tanam dosis pemupukannya berbeda!.

Bisa pembaca bandingkan brosur “Apa itu KING GRASS?”” dengan produksi hijauan dan nilai nutrisi tiga jenis rumput pannisetum dengan sistem potong angkut “ yang dimuat di proceedings seminar ruminansia besar, keduanya dikeluarkan BPT Ciawi. Dapat dilihat dibrosur tersebut jarak tanamnya 100x100 cm, sedangkan pada procinding 50x50 cm. Pupuk yang digunakan kalau di proceending tercantum 30 ton pupuk kandang, 900 kg urea, 450 kg KCl dan 450 kg TSP per ha per tahun, maka di brosur tertulis 10 ton pupuk kandang, 50 kg TSP dan 50 kg KCl per ha yang diberikan tiga kali panen sekali dan pupuk urea sebanyak 50 kg per ha diberikan setiap habis panen dan ketika tanaman berumur dua minggu.

Apabila dihitung matematis, maka kebutuhan per tahun yang tercantum di brosur adalah :
Misalkan dalam setahun 9 kali panen (interval devoliasi 6 minggu).
Maka akan diberikan pupuk kandang, TSP dan KCl sebanyak 9:3=3 kali.
Jadi sebanyak :
Pupuk kandang : 3x10 ton/ha = 30 ton/ha/tahun.
TSP : 3x50 kg/ha = 150 kg/ha/tahun.
KCL : 3x50 kg/ha = 150 kg/ha/tahun.
Sedangkan pupuk urea yang diperlukan selama setahun sebanyak :
(*1+9)50 kg/ha = 500 kg/ha/tahun. *) 1 diperoleh dari pemberian pupuk urea pada saat rumput raja berumur dua minggu.

Jadi, kecuali pupuk kandang maka ketiga jenis pupuk yang lain lebih randah dosisnya dari pada yang tertulis di proceedings. Perlu dipertimbangkan juga adalah interval pemotongan, dalam setahun bisa saja 9 kali, (365:7):6 = kurang lebih 9. Tetapi apakah tidak terdapat perbedaan antara musim hujan dan kemarau? Biasanya musim kemarau lebih lama.

Alasan penulis keberatan setuju dengan “ Its imposibble”-nya ilmuwan dari Negri Kanguru adalah mungkin kalau di brosur hanya merupakan anjuran pada masyarakat sedangkan yang tertera di proceeding ‘asli’ sesuai dengan penelitian. Hal yang penting lagi adalah bahwa rumput raja merupakan rumput unggul yang kemungkinan mempunyai potensi genetik tinggi. Sehingga mungkin saja dapat berproduksi sangat tinggi apabila ditanam dilahan yang sesuia, misalnya pada lahan-lahan dengan kesuburan tinggi yang diimbangi dengan pemupukan yang sesuai.

Mungkin pembaca dapat mem -perbandingkan nya dengan ayam broiler. Ayam yang dapat mencapai berat 2 kg dalam waktu 2 bulan ini hanya dapat mencapai beberapa ratu gram saja apabila dibiarkan berkeliaran seperi ayam kampung (ekstensif) selama 2 bulan jadi perlu lingkungan yang sesuai untuk berkembang individu.
Lebih jelasnya mari kita bandingkan dengan hasil penelitian pada ilmuan dilokasi yang beda. (tabel)

Penulis sendiri mendapatkan produksi bahan segar rumput raja yang sangat bervariasi tergantung perlakuan pemupukan dan periode pemupukannya (gambar). Penelitian ini dilakukan dilahan marginal, sehingga kemungkinan produksinya akan lebih tinggi apabila digunakan lahan yang subur.

Terlihat bahwa makin tinggi dosis pupuk kandang yang diberikan (dosis KO
Umur juga berpengaruh terhadap produksi bahan segar, makin tua produksi bahan segarnya makin tinggi. Tetapi perlu diingat bahwa makin tua serat kasarnya makin tinggi. Pada tabel 1 misalny, BPT Ciawi, Natarajan et al. dan Muthuswami et al. masing-masing dengan interval devoliasi 6 minggu, 20 hari dan 40 hari.

Jadi produksi rumput raja sangat tergantung pada kondisi lahan tempat tumbuhnya. Sehingga penulis sarankan untuk budidaya rumput raja bukan hanya diberikan pupuk anorganik (urea, TSP dan KCl) tetapi perlu diberikan pupuk organik (pupuk kandang). Semoga bermanfaat.

PEMALSUAN DEDAK HALUS DENGAN KAPUR

Perusahaan pakan ternak, terutama yang produksinya tidak bisa hanya mengan dalkan pada satu pemasok, bahkan tidak harus mendatangkan dari beberapa daerah untuk memenuhi kebutuhannya demi kelancaran prduksi.
Dibalik itu, untuk menjaga mutu kualitas ransum yang dihasilkannya, suatu perusahaan makanan ternak hanya akan menerima bahan baku yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Misalkan jagung, sebelum diputuskan untuk diterima maka dianalisa dulu kadar airnya, aflatokxyn, prosentase biji kroposdan biji matinya juga diperhitungkan. Dedak halus yang merupakan bahan baku yang kebutuhannya relatif tinggi, khususnya ransum unggas, sering berasal dari berbagai pemasok yang sudah tentu bervariasi kualitasnya, bukan tidak mungkin ada oknum pemasok yang ingi mengeruk keininan tinggi tanpa memperhitungkan akibatnya. Dengan demikian dedak halus pun harus dianalisa sebelum diterima, antara lain kadar airnya , bau, warna, kekasaran, kadar menir dan juga kemungkinan tercampurnya dengan benda lain seperti kapur yang biasanya sengaja dicampurkan sehingga secara fisik mutunya terlihat lebih baik. Bahan baku yang lain juga seharusnya tidak lepas dari pengawasan qualiti control sebelum diputuskan untuk diterima.

Pemalsuan Bahan Baku

Dengan tujuan tertentu, biasanya berkaitan dengan membaiknya harga, bahan baku sering dicampur dengan bahan lainnya. Misalnya tepung ikan yang harganya makin membaik dengan meningkatnya kadar protein, tidak sedikit yang mencoba mencampurinya dengan tepung darah ataupun tepung bulu yang kadar proteinnya lebih tinggi, masing-masing 80 dan 84 persen (Wahju,1985).
Perusahaan makanan ternak yang selalu memperhatikan kepentingan konsumennya tentu tetap waspada akan hal ini, sebab walaupun bahan kedua terakhir kadar proteinnya lebih tinggi tapi daya cerna proteinnya rendah, terutama untuk monogastrik . pembaca juga tentu sudah tahu bahwa urea kadar proteinnya tinggi, bila demikian kenapa tepung ikan untuk ransum unggas tidak digantikan dengan urea saja, sehingga tidak perlu impor tepung ikan dan harga per-Kgnya juga lebih murah yang berarti juga harga ransum lebih terjangkau. Kerancuan ini terjadi karena kadar protein yang didapatkan dari analisa proksimat adalah kadar protein kasar yaitu banyaknya kandungan nitrogen, bukan kadar protein yang dapat dicerna yang dapat dimanfaatkan oleh ternak.
Adanya oknum perusahaan pemasok tidak segan-segan mencampurkan atau menggantikannya dengan bahan lain untuk meningkatkan keuntungan seharusnya membuat pihak quality control semakin dan selalu waspada. Mereka tidak menyadari bahwa kepercayaan adalah keuntungan plus, keuntungan yang berpengaruh terhadap keuntungan lainnya.

Percampuran Dedak Halus Dan Kapur

Orang awam sering menganggap bahwa dedak halus yang warnanya keputihan kualitasnya sangat baik. Alasannya cukup dapat diterima, berwarna keputihan karena banyak mengandung menir.
Pendapat yang tidak selalu keliru tetapi sangat mudah dipahami ini banyak dimanfaatkan oknum tertentu untuk meraup keuntungan yang berlebihan, yaitu mencampuri dedak halus dengan kapur sehingga secara visual lebih bermutu.
Uji physik yang biasa dilakukan seperti texture, bau dan warna sering terkelabui oleh kelihaian sang oknum. Oleh karena pengujian harus lebih seksama.

Pengujian Sederhana
Cara sederhana yang dapat dilakukan untuk menguji adanya kapur dalam dedak halus dengan memasukkan sampel kedalam air. Diaduk dan kemudian dibiarkan mengendap, endapan yang dapat berwarna keputihan (biasanya menir) diletakkan dialas kertas atau tangan dan ditekan dengan jari. Apabila padatan itu mudah sekali tertekan dan hancur perlu dicurigai sebagai kapur.
Akan tetapi secara sederhana ini sulit mendeteksi apabila kapur yang dicampurkan benar-benar halus sehingga tidak meninggalkan butiran padatan. Namun sangat mudah dilaksanakan, tidak terbatas oleh tempat dan waktu.

Analisa Kimia
Dilaboratorium biasanya dilakukan pengujian kimiawi. Selain cepat juga akurat. Caranya sangat sederhana, yaitu dengan menetesi sampel dengan larutan asam klorida (HC1) 10%. Apabila timbul gelembung-gelembung busa maka positif tercampur kapur, sederhana bukan?


Penutup
Keteledoran yang menyebabkan lolosanya dedak halus bercampur kapur sehingga menjadikan bahan baku ransum akan menyebabkan ransum yang dibuat tidak sesuai dengan formula yang diharapkan atau bahkan bisa fatal bagi ternak yang mengonsumsinya.
Semoga bermanfaat***

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH