Selasa, 13 April 2010

ULANGTAHUN

Lebih dari 10 tahun lalu saya menulis untuk KABA LUHAK NAN TUO, tabloid milik Pemda Kabupaten Tanah Datar – Sumatera Barat. Aktivitas itu, saya bawa ketika pindah ke Indramayu. Sekalipun proposal yang saya ajukan dapat penolakan dan tantangan, akhirnya saya bangga ketika beberapa tahun kemudian “melihat dan dapat menjadi saksi” bahwa Pemda Kabupaten Indramayu berhasil menerbitkan tabloid yang secara fisik persis sama dengan tabloid kesayangan kami dulu …. Kaba Luhak nan Tuo !
Sebagian tulisan penuh kenangan itu saya coba nukil di sini, mohon maaf kalau masih banyak menggunakan koso-kata urang awak alias dialek Minang. Selamat turut mengenang ….

ULANGTAHUN
Sebahagian orang mengatakan bahwa ulangtahun merupakan hal yang menakutkan, karena kedatangannya identik dengan berkurangnya jatah menikmati keindahan ala mini. Namun, tidak sedikit yang menyambutnya dengan penuh kemeriahan.
“Selamat ulangtahun” atau “Happy birthday to you” telah menjadi lagi wajib balita jauh sebelum mereka bisa mengeja apalagi membaca atau bahkan mengerti makna yang tersirat dalam dendang yang dilantunkan.
Belum lama berselang, ketika kemerdekaan Indonesia menjelang setengah abad. Kemeriahan menghiasi seantero negeri. Ulangtahun emas, kita sepakat menyebutnya. Tidak mengherankan kalau pada saat itu emas di puncak monas pun turut berbinar dalam gemerlap tarian kembang api sumbangan dari luar negeri. (catatan : betapa tulisan ini sudah berulangkali berulangtahun ya ….).
Ulangtahun emas yang sebenarnya telah mengurangi jatah mengarungi kehidupan selama setengah abad menghadirkan kebahagiaan tersendiri, mungkin karena jarang yang dapat mencapainya. Apalagi ulangtahun emas dari saat yang datang ketika usia mulai larut, pernikahan misalnya.
Tetapi, kebahagiaan kakek-nenek menyambut ulangtahun emas pernikahan sering membuat ahli matematika bingung, mungkin karena ketularan mereka yang punya hajat. Pada 25 tahun sebelumnya pasangan tersebut hidup dengan penu gairah menyambut ulangtahun perak, memeriahkan seperempat abad baralek gadang-nya. Bukankah kalau 25 tahun pertama adalah perak maka 25 tahun berikutnya juga perak lagi sehingga menjadi 2 perak, sama sekali tidak berubah menjadi emas !
Kaba Luhak Nan Tuo yang kita cintai bulan ini kehadiran tamu bernama ulangtahun. Ketiga, masih balita yang manja kalau manusia. Tetapi untuk sebuah penerbitan yang di saat kelahirannya harus melewati saat krisis dengan eksis adalah hal yang luar biasa. Saat itu, semua media massa di negeri ini memilih mengurangi ketebalannya atau merubah warna tampilannya daripada harus gulung tikar untk sementara atau sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan.
Ulangtahun akan berlalu begitu saja dan akan pergi sia-sia tak berbekas tanpa introspeksi terhadap perjalanan panjang yang telah dilalui. Romantika kehidupan yang tidak selalu nyaman, jalan lurus yang tidak selalu dapat dilalui dengan mulus.
Kaba Luhak Nan Tuo pun demikian, koreksi terhadap segala yang terjadi di masa lalu untuk perbaikan di masa yang akan datang sangat diperlukan. Menengok balik ke tahun 1998/1999 dari September 1998 sampai Agustus 1999 yang lengkap 12 bulan ini, Kaba Luhak nan Tuo beberapa kali tidak menjumpai pembaca. Di usia ketiga ini hendaknya tidak perlu lagi terjadi gerhana bulan. Untuk mencapai itu semua tentu perlu penjadwalan terbit yang ketat, deadline yang jelas dan tidak lupa peran dari semua pengisi dan pembaca. Tidak lupa kerja keras dan tekad untuk menjadi media yang layak dibaca !
Kalau begitu bagaimana dengan honornya ? Memang untuk mengatasi permasalahan kurangnya bahan tulisan yang berkualits diperlukan perangsang yang wajar bagi karya seorang penulis. Sebenarnya bukan hanya Kaba Luhak Nan Tuo tetapi hampir semua media cetak di Sumatera barat belum melakukannya. Bahkan ada koran yang mengaku sebagai harian nasional, tidak menghargai sebuah artikel politik di kolom Opini-nya. Sekedar kata terimakasih pun tidak terucap.
Tidak ada salahnya Kaba Luhak Nan Tuo tampil beda untuk yang satu ini, tidak perlu meniru gaya orang lain, menjadi lebih menghargai gemulai ajojing sebelas jari dalam irama mesin tik. Bukankah kalau dibandingkan dengan tampilan media cetak lain, kaba Luhak Nan Tuo adalah yang terbaik di Sumatera Barat ? Dengan kata lain, mengutip gaya seorang pejabat, “Imbalan yang diberlakukan saat ini perlu ditinjau kembali.”
Masalah imbalan pula yang menyebabkan adanya berita tanpa sedikit perbedaan dalam redaksi kalimatnya dengan media cetak lain masih suka menghiasi Kaba Luhak Nan Tuo. Padahal sebagai media bulanan, hal ini tidak perlu terjadi kecuali mau menghidangkan santapan basi kepada pembaca. Kalau masalah ini masih terus terjadi maka bukan tidak mungkin kaba Luhak nan Tuo yang terbit dengan anggaran yang tidak sedikit ini hanya menjadi rebutan karyawan hanya sebatas sebagai pembungkus pakaian.
Memang tulisan copy-paste itu berangsur berkurang dan saat ini menjadi sangat sedikit. Tetapi jauh-jauh hari nenek-moyang telah mengingatkan, “karena nila setitik, rusak susu sebelanga.”
Jeda yang relative lama antar penerbitan juga memungkinkan Kaba Luhak Nan Tuo tampil lebih sempurna. Selain bisa menyeleksi berita dan artikel yang memenuhi syarat juga penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar lebih mungkin diterapkan. Bukan berarti bahasa daerah tidak boleh dipakai, tetapi dengan dicetak miring seprti halnya istilah asing.
Kalau ditilik kepada media local yang lain, harus diakui bahwa penggunaan bahasa Indonesia memang sangat rendah kualitasnya. Susunan kata yang sering membingungkan pembaca masih kelewat banyak, apalagi pemenggalan kata yang asal potong. Kaba luhak Nan Tuo pun karena masih sangat tergantung kepada tim dari percetakan melakukan hal yang sama.
Padahal sebagai media dengan ongkos cetak sangat tinggi, redaktur Kaba Luhak Nan Tuo bisa saj mendapatkan out-line dari setiap penerbitannya untuk dikoreksi ulang, baru kemudian dicetak dalam jumlah banyak. Atau dengan sedikit anggaran tambahan untuk membeli perangkat keras,sehingga semua kegiatan pra-cetak dapat dilakukan sendiri. Bukan hanay bisa menghemat bias cetak tetapi juga kualitas bahasa yang lebih baik.
Penggunaan bahasa yang benar akan sangat baik untuk bacaan anak sekolah. Tetapi selama bahasanya masih belang-bentong, cukuplah menjadi pajangandaripada turut berperan merendahan nilai Bahasa Indonesia mereka.
Terbit bulanan pula yang menyebabkan tampilan Kaba Luhak Nan Tuo harus berbeda dari yang lain. Berita-berita yang selama ini mendominasi akan sangat terasa basi kalau penyajiannya seperti suratkabar harian. Diperlukan cara penyajian yang dapat membuat berita menjadi menarik untuk dibaca, sekalipun sesungguhnya pembaca sudah terlebih dahulu tahu dari media lain. Menyajikan sebuah berita dalam rangkaian cerita akan membuat ke-basi-an berita terbias dalam buaian kata. (catatan : hal ini mengingatkan saya, betapa tingginya daya-baca masyarakat Kabupaten Tanah Datar khususnya dan Provinsi Sumatera Barat pada umunya).
Untuk mewujudkan semua itu tidaklah mudah, tetapi akan dapat dilakukan apabila terus berusaha. Salah satu yang teramat penting adalah peningkatan kemampuan sumberdaya manusia yang ada. Tidak dapat dipungkiri kalau sebagian besar pengelola Kaba Luhak Nan Tuo adalah pemegang Kartu PWI, tetapi apakah itu menjamin untuk membidangi media bulanan yang jelas-jelas sangat berbeda dengan media harian ?
Oleh karena itu diperlukan tambahan pengetahuan, misalnya dengan mengikuti kursus jurnalistik yang salah satu materinya mengupas manajemen terbitan berkala. Selain itu, pengadaan seperangkat computer lengkap sudah sangat mendesak karena sangat dibutuhkan saat ini.
Dalam setiap kelahiran bayi pertama dan kedua seorang PNS, segeralah orangtuanya mengurus Akta Kelahiran agar bisa diurus untuk mendapat tunjangan keluarga. Namun balita bernama Kaba Luhak Nan Tuo seakan dilupakan orangtuanya yang notabene PNS. Sekalipun sudah menginjak 3 tahun, belum juga memiliki identitas diri, sampai sekarang SIUPP-nya belum nongol.
Padahal di era kran kebebasan pers dibuka lebar-lebar seperti sekarang ini, banyak sekali media cetak yang SIUPP-nya sudah ada sekalipun ayah dan ibunya masih dalam tahap rencana melahirkan media cetak.
Terlepas dari anggapan bahwa terbitnya SIUPP akan mengurangi tunjangan (berkebalikan dengan Akta Kelahiran anak seorang PNS), dengan adanya SIUPP berarti pembaca yang dapat menikmati Kaba Luhak Nan Tuo makin terbuka lebar. Bisa dipasarkan berjejer dengan berbagai terbitan nasional. Masyarakat Luhak Nan Tuo pun akan mendapatkan informasi yang seimbang diantara maraknya serbuan berita nasional dari media terbitan Ibukota. Pembaca lokal butuh pegangan diantara saling-silang yang tidak jarang mendiskreditkan.
Masih banyak hal lain yang perlu dikoreksi tanpa melupakan karunia-Nya, beberapa kelebihkan telah dilimpahkan. Semua bukanlah untuk dibanggakan, apalagi jika keunggulan di tangan itu bisa membuat lupa daratan.
Korek dan koreksi diri sangatlah terus diperlukan selama hayat dikandung badan ….

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH