Kamis, 27 Mei 2010

KIAT TENANG MENGHADAPI PLAGIATOR

Sungguh suatu hal yang sangat mengejutkan, ketika kami membaca sebuah koran nasional, pada kolom artikel muncul sebuah tulisan dengan judul yang sangat akrab di benak. Era .... ! Tercatat sebagai penulis adalah Dr. X, M. Pd.

Lebih sulit dimengerti lagi adalah, bahwa ketika kami baca setiap kata yang tertuang dari awal paragraf pertama sampai tanda baca terakhir, maka hampir semuanya adalah kata-kata yang pernah kami tuangkan dalam tulisan yang dikirim ke beberapa media 5 tahun sebelumnya.

Perasaan gundah gulana menyodok dada. Tentu saja ! Dan puncaknya adalah ketika mengobrak-abrik arsip, maka dari disket tua muncul sebuah tulisan yang persis sama.

Ketika ngobrol kiri-kanan, sebagian orang menyarankan untuk maju ke jalur formal. Mulai menuntut ganti rugi sampai lewat hukum karena kelakuan Sang Intelek itu melanggar hak cipta.

Namun demikian, saran dan pendapat itu hanyalah angin lalu. Karena dalam benak sudah tertanam sebuah pendapat seorang calon pendeta yang masih sangat belia. Pada suatu kesempatan Pelatihan Menulis Buku Ilmiah di ITB, anak muda itu menggugah para hadirin yang umumnya penulis senior untuk mencoba bersyukur atas karunia Tuhan.

“Dari awal pembicaraan, hampir semua hadirin dan pembicara membicarakan soal hubungan isi buku dan isi perut.” Katanya memulai pembicaraan. “Seolah-olah itulah puncak segalanya. Tulisan berarti uang, hak cipta pun ujung-ujungnya tuntutan uang.”

“Tidak kah ada sedikit tersisa dalam hati Saudara-saudara keinginan untuk bersyukur ?” Hadirin senyap. “Bukankah wajar kalau kita bersyukur bahwa kita dikaruniai kemampuan untuk menulis. Ribuan orang tidak memiliki kemampuan itu.”

“Tidak adakah keinginan dalam benak Saudara mencoba untuk bersyukur dan ikhlas kalau orang lain dapat dengan bebas menikmati apa yang Saudara bisa perbuat ?”

Sungguh sulit dipercaya kalau rangkaian kata anak muda itu merupakan karunia bagi kami pribadi, yang saat itu sedang gundah gulana akibat salah satu konsep perencanaan pembangunan untuk Kabupaten Indramayu yang kami buat ternyata di-ekspose orang lain.

Itulah awal bangkitnya kembali perasaan untuk menulis. Tetapi ternyata sulit. Sangat sulit sekali. Berbekal modal ikhlas dan niat baik, alhamdulillah, secara bertahap jari-jemari ini kembali bisa menuangkan isi otak secara bertahap.

Hanya Allah subhana wa taala yang mengakaruniakannya. Terimakasih sahabat, calon pendeta yang tidak pernah saya kenal sebelum dan sesudahnya.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

SARJANA MEMBANGUN DESA (SMD) DEPARTEMEN PERTANIAN

LOWONGAN KERJA

DIBUTUHKAN RIBUAN ORANG
SARJANA PETERNAKAN,
DOKTER HEWAN,
DIPLOMA III ILMU-ILMU PETERNAKAN DAN
KEDOKTERAN HEWAN
UNTUK DITEMPATKAN DI DAERAH MASING-MASING.

HUBUNGI PERGURUAN TINGGI NEGERI TERDEKAT !


Dulu, tidak mungkin ada lowongan kerja seperti di atas. Sekarang, dengan adanya program Sarjana Membangun Desa (SMD), iklan lowongan kerja seperti di atas mungkin saja terpampang di media cetak atau bahkan situs pertemanan dunia maya sekalipun.
Program yang sudah berjalan 3 tahun ini memang bukan hanya membantu para lulusan Fakultas Peternakan dan Kedokteran Hewan dalam mengamalkan ilmu yang telah dipelajarinya tetapi juga terbukti memberikan nilai tambah tersendiri bagi masyarakat peternak. Transfer teknologi berjalan reversible, pengetahuan teoritik dari kampus sampai kepada peternak dan sebaliknya pengalaman praktek menjadi bahan pelajaran berharga bagi SMD.
Sebuah pelajaran yang sangat berharga adalah pembelajaran jiwa enterpreunership yang dimiliki peternak. Keterbatasan ilmu, kesempatan belajar, pola pikir, pergaulan dan berbagai halangan lainnya tidak menyebabkan jiwa kewirausahaan masyarakat terhambat. Hal inilah yang dapat dipetik oleh seorang SMD yang pada beberapa sisi memiliki banyak kelebihan untuk tertantang menjadi lebih bisa mandiri.
Oleh karena itu, dengan dana bantuan dari Departemen Pertanian yang besarnya berkisar antara 70 juta sampai ratusan juta rupiah ini, diharapkan seorang SMD bukan hanya menghantar anggota kelompok ternak yang dibinanya maju dan mandiri tetapi yang lebih penting lagi adalah bahwa SMD yang bersangkutan dapat membina dan mengentaskan dirinya sendiri.
Untuk mencapai tujuan tersebut tentu bukanlah hal yang mudah, banyak kendala yang dihadapi, mulai dari diri SMD itu sendiri, lingkungan da berbagai factor lainnya. Bahkan, setelah program ini berjalan beberapa tahun, para nyamuk pers pun sudah mulai mengintainya sebagai sasaran gigitan.
Namun demikian, berbagai kendala itu sesungguhnya tidaklah terlalu perlu dirisaukan apabila semua pihak berpedoman pada ketentuan yang sama, yaitu Pedoman Pelaksanaan Program Sarjana Membangun Desa (SMD) yang diterbitkan Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Sebab buku kecil inilah kitab yang membeberkan keleluasaan dan sekaligus membatasi gerak orang-orang yang terlibat dalam program ini serta tanggungjawab dan hak masing-masing.
Beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari pelaksanaan program SMD tiga tahun berjalan adalah sebagai berikut :
1. Panitia dan peserta, baca dan patuhi pedoman !
Mungkin ini adalah sesuatu yang sangat tidak patut terjadi dan bagi beberapa program hal semacam ini tidak perlu terjadi. Tetapi di program SMD, benar-benar terjadi.
Sebagai contoh adalah dalam hal penerimaan SMD, perguruan tinggi dan wilayah kerjanya sudah diatur dan jelas sekali tertera pada halaman 33-34 (untuk tahun 2009). IPB dalam hal ini membina wilayah DKI, Propinsi Banten dan beberapa kabupaten/kota di Jawa Barat (Boogor, Bekasi, Cianjur, Cirebon, garut, Indramayu, Depok, Kuningan, Sukabumi dan Karawang). Sementara Unpad membina sebagian kabupaten/kota, yaitu Majalengka, Purwakarta, Subang, Sumedang, Ciamis, Tasikmalaya, Bandung, Bandung Barat, Bandung Selatan, Bandung Utara, Cimahi dan Banjar.
Pada pendaftaran tahun SMD 2009, beberapa calon SMD dari Kabupaten Indramayu ngotot untuk mendaftar ke Unpad. Alasan yang utama adalah, sangat picik, “Saya alumni Unpad, kalau daftar ke IPB tidak akan diterima !” Alasan yang lain adalah bahwa dosennya pun menganjurkan agar mereka daftar ke Unpad, “Tidak masalah, sama saja !”
Karena saya selaku pembantu pimpinan tidak mau merekomendasi bagi yang daftar ke Unpad, mereka pun menempuh berbagai upaya, yang penting mendapatkan rekomendasi untuk daftar sesuai anjuran dosennya itu. Merekapun lolos untuk daftar SMD via almamater tercintanya.
Seleksi pun dilaksanakan, dari 4 (empat) orang calon SMD, salah satunya dinyatakan lulus. Sikap optimis terpancar di wajahnya, wajah merona penuh kegembiraan. Sementara 3 orang yang lain meratapi kegagalan dalam persaingan yang menimbulkan tanda tanya besar, “Mengapa saya gagal, padahal semua pertanyaan saya jawab dengan benar !”
Tetapi, keceriaan itupun pada akhirnya harus berakhir pedih. Calon yang lulus dari seleksi di Unpad itu dinyatakan tidak layak oleh tim dari IPB. IPB melakukan seleksi hanya terhadap calon yang diusulkan Unpad ini, yang 3 lagi tidak, karena berkasnya pun hanya sampai di Unpad.
Ketika keputusan kelulusan sudah dipastikan, tim IPB dipimpin oleh Dekan Fakultas Peternakan berkunjung ke Kabupaten Indramayu untuk suatu kegiatan. Beliau terkesan sekali dengan kelompok sapi potong di Desa Cikawung Kecamatan Terisi, bukan hanya perkandangan dan potensi hijauan yang sudah siap tetapi juga pengalaman nyata dan jiwa kewirausahaan ketua kelompok akan sangat berarti dalam mengantar kemandirian SMD. Pola pikir peternak pun akan sangat berarti jika dilengkapi dengan keilmuan teoritik dari SMD. Kebetulan sekali salah satu kelompok ternak yang dikunjungi adalah calon binaan calon SMD yang gagal.
Tentu hal ini tidak perlu terjadi jika calon SMD itu mendaftarkan dirinya ke PTN yang memang menjadi pembinanya. Bukan gagal di tengah jalan, diseleksi oleh pihak yang tidak berwenang menyeleksinya !
Oleh karena itu, kepada calon SMD, jangan segan-segan untuk daftar ke lain almamater. Asal sesuai dengan aturan yang berlaku. Bagi alumni PTN/S lain, jangan takut daftar ke IPB, kata seorang teman, “IPB itu perguruan tinggi nasional yang didirikan seorang nasionalis bernama Soekarno. Oleh karena itu, pola pikirnya pun nasional, bukan terkotak-kotak dalam kedaerahan dan kesukuan !”
Banyak ketentuan lain yang dapat dipetik menjadi pedoman dan juga pengetahuan tambahan yang dapat menjadi bekal dalam seleksi SMD yang dilakukan PTN Pembina terurai panjang lebar di buku kecil itu. Oleh karena itu, kuasai isinya sebelum memutuskan melamar menjadi SMD !
Sebagai catatan, bagi yang ingin mendapatkan Petunjuk Pelaksanaan SMD Tahun 2009 bisa kirim e-mail ke dinoto.indramayu@gmail.com.

2. Kenali diri dan kelompok ternak binaan
Tidak dapat dipungkiri, sekalipun calon SMD adalah orang asli yang sedaerah dengan kelompok ternak yang akan dibinanya sering sekali keduanya tidak saling mengenal secara dekat. Berbagai perbedaan dan jarak tempat tinggal menyebabkan keduanya menjadi pihak yang berbeda satu dengan yang lain.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pendekatan terhadap kelompok yang akan dibina. Pendekatan formal sedapat mungkin dihindarkan, kecuali terpaksa. Memahami berbagai faktor yang berhubungan dengan menjadi sangat penting. Bahkan sekedar mengetahui keanggotaan kelompok tetapi juga harus menjadi bagian tak terpisahkan dari kelompok itu sendiri.
Sebelum mengenal orang lain, tentu yang paling penting adalah seorang calon SMD dapat mengenali dirinya sendiri dengan baik. Mulai dari tingkat kemampuan, pengetahuan sampai soal minat berwirausaha dan komoditi yang disenanginya. Persoalan jenis ternak misalnya, jangan dianggap sepele, jika minatnya condong ke budidaya itik maka jangan sekali-sekali mengubah pikiran untuk membina kelompok ternak sapi dengan asumsi dana yang diterima 2 kali lipat lebih banyak ataupun alasan lainnya.
Jadilah calon SMD yang sudah mengenali diri dan kelompok ternaknya sebelum orang lain menanyakan tentang hubungan keduanya. Calon SMD dan kelompok ternak harus satu bahasa dan kesepahaman, karena tim seleksi bukan hanya menyeleksi calon SMD tetapi juga memverifikasi ke lapangan bertemu dengan kelompok ternak dan masyarakat sekitarnya.

3. Bersikaplah wajar-wajar saja
Dalam menghadapi tim seleksi, banyak upaya dilakukan untuk menjadi lebih unggul dibandingkan peserta lain. Boleh saja, tetapi jangan berlebihan. Dalam wawancara, selalu hindarkan bahwa calon mempunyai kesan jelek terhadap pihak lain, misalnya terhadap birokrasi, teman yang lain, apalagi kelompok ternak yang akan dibinanya.
Dalam menerima tim verifikasi pun jangan terlalu berlebihan sekalipun memang sudah melekat di masyarakat untuk menghormati tamu bak raja. Bahkan jangan kaget jika mereka tidak mau dijamu, apalagi diberi amplop (tentu berisi uang) untuk bekal pulang !
Penerimaan yang berlebihan hanya akan menambah kecurigaan akan banyaknya factor X yang disembunyikan. Hargailah mereka sewajarnya, sebagai tamu yang sudah dibekali semua kebutuhannya oleh Departemen Pertanian yang mengutusnya.

4. Persiapkan diri dengan baik
Bekal teoritis tentu sudah banyak diperoleh dari kampus, bahkan praktek dalam bentuk yang terbatas pun sudah sering dilakukan. Pelajari kembali bagian-bagian yang berhubungan dengan komotitas ternak yang akan dipelihara kelpompok ternak binaan. Beberapa pengetahuan tambahan, pasca panen dan pengolahan limbah tentu akan sangat berarti. Jangan lupa bahwa pengetahuan tambahan yang diperoleh dari kelompok ternak akan sangat berarti dalam menambah wawasan.

5. Jaga hubungan baik dengan birokrasi
Birokrasi selalu dianalogkan dengan kata menyulitkan. Sekalipun mungkin memang senyatanya demikian, calon SMD harus menerima keadaan ini dengan lapang dada. “Itulah birokrasi !” Memang sesungguhnya,birokrasi tidaklah mempersulit tetapi menyesuaikan dengan aturan yang berlaku. Namun sikap birokrat ini tidaklah selalu dapat diterima, apalagi oleh mereka yang biasa aktif mengurus kegiatan kampus yang tanpa harus bertele-tele bisa langsung terlaksana sesuai proposal dan harapan.
Hubungan dinas yang membidangi peternakan harus baik sejak seorang calon SMD memutuskan untu melamar program ini. Sebuah rekomendasi dari pihak birokrasi diperlukan waktu melamar dan akan menjadi pertimbangan utama terpilihnya seorang calon SMD.
Mungkin ada pengalaman SMD yang sudah terpilih tanpa adanya rekomendasi dari birokrasi, mungkin ada, tetapi janganlah hal tersebut ditiru. Jika perbuatan melanggar aturan ini dilaksanakan maka birokrasi bisa lakukan skak-ster, mengirim surat ke panitia dan Departemen Pertanian tentang pelanggaran yang dilakukan calon SMD. Akibatnya, cuma satu, paling banter, gagal.
Hubungan pun harus tetap baik setelah semua dana cair dan program yang dilaksanakan berjalan. Laporan bulanan dan triwulanan menjadi kewajiban SMD untuk membuat dan melaporkannya. Kinerja seorang SMD dan kelompoknya tidak bisa dihindarkan dari kesaksian brokrasi yang membinanya.

Selain ke-lima hal tersebut di atas, program yang sangat baik ini ternyata di lapangan menuai beberapa opini yang harus disikapi secara arif, diantaranya :
1. SMD adalah program PKS
Tidak dipungkiri kalau dua periode kepemimpinan SBY diwarnai dengan hadirnya Menteri Pertanian yang selalu dari PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Mungkin juga erat kaitannya dengan asal PTN mereka berasal, IPB. Jika menterinya berasal dari PKS maka bukan rahasia kalau semua jajaran eselon I dan dua di bawahnya berasal dari partai yang sama, sekalipun cuma simpatisan. Oleh karena itu, program-programnya pun tidak akan jauh dari program partai, memberdayakan partai !
Anggapan di atas bukanlah sebuah opini yang benar, oleh karena itu calon SMD harus mengenyahkan anggapan itu jauh-jauh. Apalagi kalau sampai pada kalimat, “Gampang jadi SMD asal dapat rekomendasi dari Ketua PKS kabupaten/kota. “
Seorang calon SMD harus berpikiran luas. SMD adalah program pemerintah yang harus diperebutkan secara professional, hanya yang memiliki berbagai keunggulanlah yang dapat meraihnya.

2. Dosen menjadikan SMD pekerja
Beredar kabar tak sedap yang berhembus bahwa para penyeleksi menjanjikan kepada seseorang untuk lulus menjadi SMD asalkan nantinya modal yang diperoleh digunakan untuk usaha yang dikehendaki oleh penyeleksi. Toch, honor SMD selama setahun saja sudah cukup besar, Rp. 15.000.000,- an.
Jangan pedulikan opini buruk itu, kalaupun hal itu memang terjadi, maka beranilah untuk menolak sekalipun resikonya tidak diluluskan.
Jangan takut pada ancaman karena jika penyeleksi melakukan pelanggaran seperti itu, ketegasan dari calon SMD akan jauh lebih menakutkan mereka. Misalnya melaporkan perilaku tak terpuji itu kepada Departemen Pertanian.
Berjalanlah di atas rel yang sudah ditentukan, kreativitas memang diperlukan tetapi bukan dengan cara menjalankan kereta api di atas jalanan berhotmik atau melayarkannya ke lautan ataupun menerbangkannya ke udara bebas .
Jika saja tahun ini direncanakan 6.000 orang SMD akan diberdayakan oleh Departemen pertanian maka peluang ini bukan hanya menjadi tantangan bagi alumi Fakultas Peternakan dan Fakultas Kedokteran Hewan tetapi juga berdampak luas bagi pemerataan kesejahteraan masyarakat petani ternak serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari grass-root yang selama ini sangat kecil kontribusinya. Selain itu, Tim Seleksi dari setiap PTN yang diberi kepercayaan pun harus memposisikan diri sebagai professional dalam menjalankan tugasnya, lepas dari keinginan dan berbagai kepentingan sesaat yang sering menyesatkan.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

QUO VADIS,PAHLAWAN TANPA TANDA JASA

"Umar Bakri, Umar Bakri, Pegawai Negeri ...."

Lirik di atas tentu sangat dekat dengan masyarakat Indonesia selama puluhan tahun. Iwan Fals membawakannya dengan penuh perasaan diiringi melodi yang sangat menunjang, sangat menyentuh siapapun yang mendengarkannya.
Ketika zaman berubah, teknologi semakin murah, motor menggantikan sepeda kumbang terlalu mahal untuk dipedal.
“Ojek, Mas !”
Tanpa basa-basi aku pun nyelonong duduk di jok, motor menderu kencang meninggalkan pangkalan ojek di sisi jalan pantura Pulau Jawa. Tidak ada kata terucap, tujuan sekalipun, tetapi Mas Ojek sangat tahu jalan mana harus dilalui dan dimana berhenti. Pas di depan rumahku.
Aku sangat terkejut, ternyata beliau adalah guru SD kami.

Cerita di atas hanyalah sebagian kecil dari gunungan balada kehidupan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa di negeri ini. Berbagai suratkabar memberitakannya dengan bahasa mendayu dan menyayat hati. Pahlawan seakan terlupakan, terkubur jasanya sendiri yang tak ternilai.
Tetapi tidak semua orang setuju dengan balada yang banyak dijadikan bahan cerita itu. PNS selain guru banyak yang merasa iri dengan barbagai fasilitas yang diberikan kepada mereka. Mereka bukan hanya dapat gaji tetapi juga tunjangan fungsional. Sekarang, bagi yang lolos sertifikasi ada tambahan setara gaji. Kenaikan pangkat pun bisa ngebut dua tahun sekali.
Bila dihitung-hitung maka seorang guru tamatan sarjana pendidikan akan menikmati fasilitas finansial mendekati 4 juta sebulan. Dua tahun berikutnya akan naik pangkat dan golongannya menjadi III/b. Sewindu usia bekerjanya, maka golongan IV/a sudah di tangan.
Sarjana yang berkarir di non guru tentu tidak sedemikian beruntung. Pangkat IV/a hanya akan dicapai apabila yang bersangkutan sudah duduk di jabatan setara eselon III (Kasubdin, Kabag, Kabid, Sekretaris, Camat, dll). Puncak pangkat hanya sampai III/d kalau hanya sampai duduk di eselon IV (Kasi, Kasubag, Kasubid, Kaur, Lurah, dll). Kenaikan pangkat 4 tahun sekali, sehingga ketika rekan guru sudah IV/a maka pegawai non-guru baru merangkak ke III/c. Pangkat III/c ini sering mentok kalau tidak punya jabatan.
Soal gaji, jangan tanya, bisa hanya sepertiga guru! Kalau ada jabatan tentu ditambah tunjangan jabatan. Kan ada tunjangan jarahan ???
Akh, bahasanya terlalu vulgar. Kalau soal itu sudah bukan rahasia lagi, baik non-guru maupun guru punya cara sendiri untuk mendapatkan rezeki yang seimbang dengan kebutuhan. Tidak mengherankan kalau banyak PNS bergaji minimal atau bahkan minus setiap bulannya tetapi tetap bisa hidup layak sebagaimana para tetangganya yang harus bercucuran keringat untuk dapat sesuap emas.
Berbicara soal fasilitas guru, memang tidak bisa dipukul rata. Guru PNS sangat berbeda fasilitasnya dengan yang masih honor dan sukwan. Tidak mengherankan kalau sebagian besar guru yang mengajar di lembaga bonafid sekalipun ingin mendapat status PNS. Terdapat jurang yang sangat dalam antara dua status satu profesi ini.
Kalau guru PNS penuh fasilitas seperti yang disampaikan terdahulu, sebaliknya guru non-PNS umumnya tidaklah demikian. Honor bulanan yang menyentuh angka jutaan, tentu sangat jauh dari mereka yang menjalankan tugas di pedesaan. Upah Rp. 100.000,- sebulan pun masih banyak yang menjalani, dengan satu harapan, suatu saat diangkat menjadi PNS.
Dua kubu yang sangat bertolak belakang ini sering dimanfaatkan secara tidak seimbang. Ketika bicara peningkatan kesejahteraan guru, maka nasib para sukwan dan honorer sering dicatut. Penderitaan mereka punya nilai jual yang tinggi untuk menggugah hati siapapun.
Begitu kebijakan pemerintah turun, nasib mereka tetap seperti semula. Kesejahteraan bertengger di titik nadir kesengsaraan. Nasib tetap dalam ketidak berdayaan. Manfaat hanya dinikmati mereka yang sudah mempunyai NIP.
Tetapi, bukankan tidak sedikit guru PNS yang harus kerja keras di luar jam mengajar? Bahkan harus menarik ojek demi dapat mencicil motor?
Jawaban seloroh yang sangat mengena adalah, “Salah penempatan. SK mereka ditempatkan di Bank Jabar atau BRI atau bank lainnya, tetapi ditugaskan sebagai guru.”
Bukankah kalau menurut SK ditempatkan di bank, semestinya mereka juga kerjanya harus lembaga keuangan itu? Bukan sebagai guru atau profesi lainnya. Ketidaksesuaian antara SK dan tugas inilah yang menyebabkan hidup oknum guru itu menderita batin.
Tentu saja dua paragraf di atas hanya seloroh, tetapi sangat mengena. Tidak sedikit para guru yang menyekolahkan SK-nya di bank untuk dapat kucuran dana segar. Ketika ada kenaikan pangkat atau fasilitas lain maka pihak lembaga keuangan sangat jeli, segera mendatangi mereka dan menawarkan pinjaman yang jauh lebih banyak dan berbagai keuntungan lainnya sehingga sangat disayangkan untuk tidak diambil.
Jeratan ini berlangsung terus, tidak sedikit yang tergoda sampai usia pensiun tiba. Bukan rahasia umum kalau banyak guru yang SK pensiunnya terbit bersamaan dengan selesainya SK wisuda dari bank. Lembaga keuangan juga tidak mau menanggung resiko kalau mereka sudah pensiun.
Tetapi tidak selalu begitu, SK pensiun pun masih laku untuk menarik dana segar. Masih ada jaminan untuk membayar bulanan, biarpun sudah tua masih ada saja yang memburu. Banyak bank bersaing meraih peluang.
Ketajaman lembaga keuangan akan kepastian nasib pegawai negeri, sekarang SK calon PNS saja sudah dapat dijadikan agunan berbagai macam pinjaman. Mulai dari dana segara sampai barang-barang konsumtif.
“KHUSUS GURU, BEBAS UANG MUKA!” Iklan sebuah merek sepeda motor tampil secar mencolok. Tentu hal ini bukan semata penghargaan perusahaan terhadap jasa para Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, tetapi salah satu pancingan yang akan menyeret mereka ke dalam lembah kehidupan konsumtif. Banyak sekali rayuan, salah-salah bisa terjerumus dalam lembah hutang yang tak terbayarkan.
Kebijakan pemerintah yang selalu memanjakan para guru dengan fasilitas finansial yang terus bertambah sudah saatnya diiringi pendidikan mental menuju kehidupan yang realistis. Para guru juga manusia yang tidak boleh berhenti berguru.....
Pendidikan mental inilah yang akan mempu menghalau berbagai ajakan ke arah kehidupan konsumtif yang selalu datang menggoda. Sebab penghasilan mereka, khusus yang PNS lho, jauh di atas UMR daerah manapun. Tinggal pemanfaatannya, paling tidak, kalau uang gaji dan fasilitas lainnya itu sempat mampir ke rumah tentu akan berbeda ceritanya. Sebagian telah merasakannya, sangat berlebih, bahasa sopannya, “cukuplah!”
Selamat ulang tahun para guru, “tanpa engkau, aku bukan apa-apa” tetapi aku lebih takut kalau para Pahlawan Tanpa Tanda Jasa ini terjebak dalam kurungan kehidupan konsumtif yang berani menghardik “tanpa aku, engkau bukan apa-apa!”

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

TUHAN SETENGAH SENTI SAJA

Mohon maaf kalau judul yang digunakan disini terinspirasi dari Tuhan Sembilan Sentimeter-nya Uda Taufik Ismail. Keduanya samasama telah menjadi bagian dari masyarakat, juga akan dapat mencabut nyawa sebagian dari mereka.
Benda kecil itu terbuat dari karet, hitam, kenyal dan berbentuk silinder dengan tinggi kurang dari satu sentimeter, tidak jauh dari setengah sentimeter saja. Tempatnya yang pas di muara keluarnya gas alam dari tabung gas program konversi minyak tanah dan sejenisnya.
Tetapi jangan disangka, karet kecil itu sanggup mencabut puluhan nyawa yang mengabaikan tugas dan fungsinya, yaitu menyambung-rapatkan antara tabung gas dengan kompor melalui regulator dan selang.
Bukankah pengalaman menunjukkan penggunaan kompor gas sangat selain nyaman juga aman ? Itu masa lalu, ketika kompor gas masih jadi barang langka. Pemakainya relatif terbatas pada kalangan tertentu, paling tidak mereka yang berpendidikan atau pengalaman. Saat itu sebagian besar masyarakat Indonesia masih bergaul dengan tungku atau paling banternya kepulan kompor minyak tanah.
Sekarang, kompor gas sudah menjadi bagian yang terpaksa harus ada di setiap rumah tangga. Produksi massal ini bukan hanya menghadapi kendala internal institusi penghasilnya tetapi juga masyarakat awam belum siap dengan bahan mudah terbakar ini. Kebanyakan mereka beralih ke gas karena terpaksa, terpaksa karena tidak ada lagi minyak tanah setelah terpaksa menerima pemberian gratis dari pemerintah.
Tidak mengherankan, baru beberapa hari tabung gas 3 kg dibagikan sudah ada berita tentang meledaknya satu-dua kompor gas. Korban jiwa dan harta tak terhindarkan. Siapa yang bertanggungjawab?
Pertamina melalui beberapa iklannya terkesan membela diri, penggunaan gas bukan hanya aman tetapi juga lebih hemat daripada menggunakan kompor minyak tanah. Bukan hanya itu, perabotan memasak juga jadi bersih dan lingkungan bebas dari jelaga. Itu, kalau diiringi dengan pendidikan yang baik kepada masyarakat. Pertamina dan stasiun pengisian gas juga harus mau dikoreksi untuk perbaikan terhadap pelayanan. Kalau tidak maka kejadian yang menelan korban tidak akan berhenti.
Tanpa bermaksud menyudutkan pihak tertentu, kami belum 2 bulan menggunakan tabung gas 3 kg, sudah beberapa kali mengalami hal yang tidak diinginkan, yaitu :
1. Ketika regulator dipasangkan maka terdengar suara gas dengan kencangnya. Bau gas begitu menyengat memenuhi ruang dapur. Kejadian ini sudah 2 kali terjadi.
2. Kompor gas tidak menyala padahal tabung gas yang dipakai baru saja dibuka segelnya.
Menghadapi kejadian pertama, kami sangat kaget. Beruntung kompor tidak terus dinyalakan dan ventilasi udara dapur menggunakan exchaust sehingga bau gas segera hilang. Lebih beruntung lagi, kami punya 2 tabung sehingga ketika salah satunya mengalami kendala seperti ini dapat melihat apa gerangan penyebabnya. Ternyata ada karet, kemungkinan dari situlah permasalahan. Ternyata benar, setelah karetnya ditukar, suara gas tidak muncul lagi.
Ternyata hal ini tidak hanya dialami kami, teman di kantor juga mengalami hal yang sama. Dia panik sehingga memanggil beberapa tetangga. Kejadian ini juga terulang dua minggu kemudian. Karetnya ternyata sudah agak encer melekat di dalam mulut tabung.
Kalau saja saat itu kompor gas dibiarkan menyala, ledakan tak akan terhindarkan. Mungkin beberapa kasus meledaknya tabung gas yang terjadi disebabkan oleh tidak rapatnya karet dengan regulator, ditunjang oleh tidak adanya batas antara tabung gas dengan letak kompor.
Kasus tidak keluarnya gas dari tabung juga ternyata tidak sendiri. Ketika kami hendak mengembalikan tabung yang masih penu itu kepada penjualnya, ternyata sudah ada 2 orang ibu yang juga kebingungan karena kompor gasnya tidak mau menyala padahal tabung gasnya yang masih penuh.
Penjual yang kebetulan menyediakan kelengkapan kompor gas, dengan semangat menawarkan regulator yang terbaik. Tetapi si ibu tidak langsung menerima karena sudah 2 regulator tetangganya dicoba tetapi tidak juga menyala. Namun akhirnya mengalah juga, membeli regulator merek terkenal.
Kamipun dikecoh dengan anggapan kemungkinan kendala berasal dari regulator. Tetapi segera kami sanggah, kompor dan regulator yang kami pakai adalah merek terkenal dengan garansi seumur hidup. Penjual terkejut, sehingga dia segera mengambil tabung gas kami dan menusukan obeng. Gas menyembur keras, bau menyengat. Setelah itu dicobanya ke kompor miliknya.
“Sudah beres, pak!”
Mudah saja. Dia menjelaskan kalau terjadi kasus gas macet seperti itu, tusuk saja jalan keluar gas dengan obeng. Katanya, suka ada penyumbatan di pintu keluar. Jangan sampai mengarah ke badan karena tekanan sangat kuat.
Sampai di rumah, ketika diterapkan ternyata kompor gas tidak juga menyala. Maka kami melakukan saran penjual. Menyemburkan gas beberapa detik. Menyalalah kompor sekalipun beberapa menit tetap tidak normal, satu jam kemudia menyala sebgaimana mestinya.
Kejadian-kejadian di atas sudah pasti merupakan kendala dan solusinya harus diketahui oleh masyarakat. Pertamina dan para mitranya juga semestinya berusaha memberikan pelayanan terbaik.
Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka kami sarankan :
1. Masyarakat komsumen hendaknya mempunyai tabung gas lebih dari satu. Minimal 2, sehingga ketika satu tabung kosong maka yang satunya bisa segera mengganti. Atau kalau yang satu misalnya karetnya rusak, maka dapat digunakan karet dari tabung gas satunya lagi. Dengan demikian kegiatan di dapur tidak terganggu apabila di tengah aktivitas, gas tiba-tiba habis.
2. Ketika gas sudah kosong, maka dengan bantuan obeng kecil, keluarkan karet penyumbat. Disimpan untuk pengganti kalau-kalau suatu saat kebagian tabung gas yang sumbat karetnya rusak yang ditandai dengan suara desis gas dari ujung bawah regulator. Hal ini juga dimaksudkan agar stasiun pengisi gas menggunakan sumbat karet yang selalu baru. Dengan mencabut sumbat karet ini berarti kita telah menyelamatkan beberapa nyawa yang suatu saat akan kegiliran menggunakan tabung gas yang pernah kita gunakan.
3. Tempatkan tabung gas dengan jarak maksimal, tergantung panjang selang. Kalau bisas ada pembatas antara tabung gas dengan kompor. Sehingga apabila terjadi gas nyasar tidak langsung disambar api.
4. Ventilasi dapur diusahakan sebaik mungkin. Udara bersih setelah menggunakan kompor gas seiring dengan tingkat bahaya yang tingg apabila ventilasi diabaikan. Bila masih ada bau gas di ruangan, jangan sekali-sekali menyalakan api, termasuk kompor gas.
Demikian beberapa pengalaman yang kiranya dapat menjadi pelajaran berharga bagi para pemakai tabung gas. Tentu saja masih banyak persoalan lain yang akan dihadapi masyarakat pengguna kompor gas program konversi, misalnya ketersediaan gas yang suka tiba-tiba lenyap dari pasaran. Jangan disangka, kami yang tinggal 5 km saja dari pengolahan minyak dan gas tidak lepas dari permasalahan ini.
Selain itu, dengan adanya pembagian tabung gas, kompor dan regulator gratis dari pemerintah ternyata menyebabkan beberapa perusahaan yang selama ini menjadi penyedia perlengkapan itu sedikit gerah. Sehingga, kebijakan yang seharusnya dipandang sebagai potensi (masyarakat menjadi terbiasa dengan kompor gas) dianggap sebagai ancaman.
Oknum pemasar yang demikian, dengan otak liciknya mendatangi pengguna dengan berbagai motif, mulai dari sebagai petugas pertamina atau lainnya. Mereka mencoba mengotak-atik regulator yang terpasang, sampai akhirnya dicobakan regulator yang dibawanya dan pengguna dipaksa membeli regulator tersebut dengan harga yang relatif tinggi.
Sungguh banyak tantangan masyarakat obyek konversi minyak tanah ke gas ini dan menjadi tugas kita semua untuk tidak membiarkan masyarakat menjadi korban secara terus-terusan.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

MANGGA GEDONG GINCU

Gedong Incu, eh, sekarang mah Gedong Gincu kali ....

Indramayu identik dengan mangga. Itulah sebabnya Mangga Cengkir yang sangat khas pulen-nya di masuarakat luas terkenal dengan nama Mangga Indramayu. Namun budidaya Mangga Gedong Gincu (MGG) dengan dana milyaran rupiah di daerah ini akan mengancam citra Mangga Cengkir menjadi Mangga Cengir (silakan tersenyum).

MGG memang mudah tumbuh, cocok sekali dikembangkan di Indramayu dan Cirebon. Sesuai dengan namanya, pada bagian atas buahnya terdapat bercak merah merata seperti gincu. Baunya harum melebihi Mangga Kweni, seratnya yang sangat lembut menambah kenikmatan waktu disantap. Itulah sebabnya harga MGG relatif tinggi, 3 sampai 5 kali lipat daripada Mangga Cengkir. Namun sayang, populasinya masih sangat sedikit.

Melalui Proyek Pengembangan Agribisnis Hortikultura Mangga Gedong Gincu (P2AH-MGG) yang bekerjasama dengan Pemerintah Jepang, selama 3 tahun terakhir tepatnya sejak tahun 1997/1998 di Kabupaten Indramayu ditanam 100 ribu bibit MGG hasil okulasi pada lahan seribu hektar. Kabupaten Cirebon pun mendapat jatah yang sama. Seorang pejabat Dinas Perkebunan Kabupaten Cirebon membanggakan keberadaan MGG di kedua daerah ini sebagai komoditi unggulan di Kawasan Ciayu Majakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan atau Wilayah III Cirebon).

Namun menjelang tanaman tahun pertama harus belajar berbuah masalah seperti berdatangan, kematian mendadak tak terhindarkan. Sejak Januari 2001 Laju Tingkat Kematian rata-rata MGG di Indramayu mencapai 3,26 prosen yang berarti 6.260 pohon mati tiap bulannya. Nasib MGG di Cirebon lebih memprihatinkan, dengan tambahan sulaman 24 ribu ternyata sekarang hanya tersisa 84 ribu saja. Walaupun 40 ribu tanamannya mati, Pimbagpronya tetap optimis akan keberhasilan proyek mercusuarnya dan memaksakan kehendak untuk segera membangun 2 buah gedung sortir di tahun 2002.

Memang tahun depan mangga yang ditanam tahun pertama akan mulai belajar berbuah, musim buah berikutnya yang lain mengikuti, setahun kemudian tambahan produksi terus meningkat. Itulah harapan sesuai dengan perjanjian dalam proposal. MGG pun akan tercatat sebagai komoditi unggulan jikalau tanaman itu tidak keduluan tercacat dan ditunggulkan (dibiarkan mati dan menjadi monumen ).

Pada akhirnya, nama MGG dipertaruhkan. Apakah tetap Mangga Gedong Gincu sebagai bahasa Indonesia atau beralih asal menjadi bahasa Sunda dengan sedikit meleset, “Mangga, Gedong Incu” (Silakan, rumah untuk cucu) !

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

MIRASGATEL-MIRASGAET-MIRASGATE

Anomali kehidupan ini dulu pernah terjadi ….

Perang terhadap minuman keras juga terjadi di Indramayu seperti halnya daerah lain. Di wilayah paling barat, ribuan miras sitaan Polsek Haurgeulis dihancurkan. Demikian juga di tingkatan polsek kecamatan yang lain, aksi serupa bukan hal yang baru.

Tetapi ceritanya menjadi lain ketika dua bak truk besar miras sitaan diamankan di ingkungan Kantor Bupati, tepatnya di gudang bekas kantor Bagian Perlengkapan. Pada kawasan yang 24 jam dijaga ketat Satpol PP ini, sekitar 5.000 dus berisi 50.000 botol miras lenyap tanpa krana. Padahal upacara pemusnahan tumpukan botol miras itu rencananya akan dilaksanakan oktober lalu, langsung dipimpin Bupati.

Selidik punya selidik, ternyata timbunan botol itu membuat gatel oknum yang mesti menjaganya akibat alergi Mirasgatel. Satu dua kali garukan belum terasa dampaknya. Dengan dukungan seorang oknum pejabat, bakat Mirasgaet-nya pun tumbuh dan berkembang, satu demi satu dus digaet sampai ludes.

Media lokal membombardir kasus ini dengan berbagai pemberitaanya sehingga masyarakat Indramayu menjadi akrab dengan kata Mirasgate.

Hasilnya tidak sia-sia, Bupati Indramayu H. Irianto M. S. menepati janjinya. Setelah melalui proses yang cukup lama, palu diketuk. Oknum Satpol PP yang berstatus sukwan dipecat, Kasubag Ratel yang menggoda mereka dicopot jabatannya, ada juga yang ditunda kenaikan pangkatnya satu tahun dan teguran tertulis disampaikan kepada pejabat yang berkaitan sampai dengan level Asisten I.

Penyitaan miras memang selalu identik dengan menghilangnya botol itu dari peredaran yang berbanding terbalik dengan membludaknya permintaan sering menyebabkan alergi Mirasgatel. Kalau sudah terkena penyakit ini orang-baik-baik pun akan kejangkitan Mirasgaet. Masih akan ada hasilnya kalau akhirnya berkembang menjadi Mirasgate. Kalau tidak, nasibnya akan lama terkatung-katung seperti Bulogate.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

BAHASA ASING : BASA SUNDA

Amit-amit, jabang bayi, yang seperti ini tak boleh terulang lagi ….

Walaupun Indramayu secara administratif berada di wilayah Jawa Barat yang selalu identik dengan budaya Sunda, namun sebagian terbesar masyarakatnya berbahasa Jawa.

Dengan berlakunya Perda Propinsi Jawa Barat No. 6 Tahun 1996 yang menjadikan Basa Sunda sebagai pelajaran wajib muatan lokal maka jadilah anak-anak SD di Indramayu mengenal bahasa asing sejak dini. Palajar SLTP dan SLTA harus melahapnya bersamaan Bahasa Inggeris atau Bahasa Arab sekaligus. Bahasa asing dimaksud tidak lain adalah bahasa yang paling dekat dengan masyarakat Jawa Barat, yaitu Basa Sunda.

Lucunya Basa Sunda bukan hanya asing bagi siswa yang lahir dan besar dalam budaya Jawa totok tetapi juga para guru yang kebanyakan berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta atau bahkan guru senior dari daerah Pasundan sendiri seperti Ciamis, Bandung, Majalengka dan Kuningan. Apalagi bagi masyarakat yang jadi tumpuan bertanya anak-anaknya. Jadilah Basa Sunda bahasa asing untuk semua.

Tidak heran kalau pembelajaran Basa Sunda di Indramayu gagal total, kecuali berhasil membentuk image bahwa Bahasa Jawa Indramayu sangat kasar ! Anak-anak Indramayu sekarang hanya bisa Jawa Ngoko, tidak bisa mengerti ketika mendengar orang-orang tua Bebasan (bertegur sapa dengan Jawa Krama). Padahal dulu, bahasa jenis ini yang dibekalkan kepada para siswa.

Saking asingnya Basa Sunda bagi masyarakat Indramayu, pengamat budaya Hendro pernah menulis pada Dwimingguan lokal Dermayon, “Salah satu peristiwa cukup menggelikan di sebuah SD ketika diselenggarakan TPB akhir caturwulan. Murid-murid kelas VI SD tersebut menerima lembar naskah soal Bahasa Daerah Sunda dengan perintah, “Eusian titik-titik dihadapan ieu !” yang jumlahnya 10 soal. Tetapi yang terjadi kemudian membuat guru bersangkutan kebingungan, pasalnya bagaimana guru akan memberikan nilai atas pekerjaan siswanya, apabila dari kesepuluh soal tersebut hanya diisi dengan titik-titik ( … ) belaka.”

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

HP = HANJAKAL PISAN

Sungguh luar biasa perkembangan teknologi handphone sekaran ini. Teknologinya yang makin canggih dan lengkap dihadirkan dalam bentuk yang makin praktis dan manis dipandang. Sementara itu, daya beli penduduk Indonesia sangat bisa mengimbanginya.
Soal daya beli, ada yang meragukan karena berdasarkan hasil survey lembaga berwenang. Di banyak daerah, salah satu komponen IPM (Indeks Pembangunan Manusia) ini ternyata relatif rendah. Ironisnya di daerah tersebut sebagian besar masyarakat sudah berkomunikasi dengan HP dan tentu saja perlu pulsa yang tidak ssedikit.
Sekalipun harga alat komunikasi yang satu ini semakin murah menyentuh tanah, bahkan ada yang “gratis” sehingga hanya dengan membeli pulsa dapat HP. Namun tidak pernah ada penelitian resmi yang mencoba meneliti besarnya biaya ikutan yang didapatkan setelah memiliki handphone.
Biaya yang paling dekat adalah pembelian pulsa. Sekalipun ada operator seluler yang tidak memberikan batas waktu pemberlakuan kartu yang dijualnya, masih banyak yang membatasi sehingga jika tidak diisi ulang pada jangka waktu tertentu akan tidak berlaku lagi.
Untuk permasalahan di atas, mudah saja pemecahannya. Cukup dengan uang sedikit bisa dapat kartu perdana lagi. Biaya yang jauh lebih besar adalah pembelian pulsa yang dilakukan untuk berkomunikasi, baik SMS, MMS ataupun bicara serta keperluan lainnya seperti ber-internet-an.
Sekalipun besarnya biaya pembelian pulsa ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan, setelah sekian kali isi ulang maka nominalnya bisa melebihi harga perangkat HP itu sendiri. Sesungguhnya kebutuhan pulsa sering tidak dapat menyesuaikan, baik kebutuhan ataupun keadaan isi saku sekalipun.
Sering dijumpai, masyarakat dengan ekonomi pas-pasan asyik-masyuk tenggelam dalam pembicaraan dengan perangkat canggih ini. Mungkin gratis, tetapi banyak waktu yangdimilikinya tersita untuk ngobrol berkepanjangan sehingga lupa bahwa ada keluarga yang mesti dihidupi. Keadaan tentu akan menjadi parah ketika untuk berkomunikasi itu diperlukan biaya tambahan.
Banyak orang yang selalu mengaku serba kurang dan harus kerja keras untuk sesuap nasi anak dan isteri, ternyata untuk memanggil anaknya yang hanya beberapa meter saja melalui SMS. Mungkin gratis, tetapi tidak akan selamanya gratis dan yng paling tidak gratis adalah bahwa orangtua itu telah mendidik anaknya untuk konsumtif. Disamping itu, tentu tidak ada operator seluler yang selamanya mau merugi. Promosi terus sampai bangkrut !
Tidak sedikit anak-anak menderita gizi buruk harus masuk ke rumah sakit dengan biaya dari pemerintah daerah setempat. Sementara ibunya selalu berhubungan baik dengan para tetangga menggunakan handphone. Mereka tidak mampu membelikan anaknya makanan bergizi karena sangat tidak tahan tidak unjuk gigi. Orangtua itu tidak sempat mencari bahan pangan bergizi buat anaknya tetapi banyak kesempatan menerima telepon dan menjawab SMS.
Budaya berkomunkasi dengan barang kecil ini sudah semakin merajalela. Berhubungan dengan sesama menjadi sangat mudah, sambil duduk, berdiri, berjalan, berlari sampai bermobil dan berkendaraan motor lainnya.
Biaya tidak sedikit harus dibayar akibat kebiasaan berkendara sambil ber-HP. Pencopetan perangkat komunikasi yang sedang digunakan sudah hal yang lumrah, termasuk relatif beruntung karena kerugiannya hanya seharga HP. Tidak sedikit mereka yang terjebak dalam keasyikan berkomunikasi dan mengalami kecelakaan.
Awal tahun 2009, seorang pelajar tewas di Indramayu setelah handphone-nya digasak pencopet. Tentu bukan karena kaget dan jantungan, tetapi gadis itu mengejar pencopet yang menkabret HP-nya. Kejar-kejaran terjadi di jalan sepanjang pinggir Sungai Cimanuk, dari jalan hotmix ke jalan berbatu dan bertanah. Ketika jalan menyempit maka penjambret menggunakan tendangan ampuh sehingga pengejarnya terpelanting. Masyarkat yang ada segera menolong korban, mengangkatnya dari sisi sungai. Alhamdulillah, siuman.
“Pak, mana teman saya ?” Sebuah pertanyaan yang membuat kaget semua keluarga besar yang sedang berkumpul.
Mayat seorang gadis itu terbujur kaku di sungai yang tidak mengalir lagi setelah semalam harus meregang nyawa dalam hampa. Tanpa teman dan saudara. Sebuah pengorbanan yang tidak sedikit sebagai dampak dari penggunaan teknologi yang tidak pada tempatnya.
Dua Orang Tewas Disambar Truk ! Judul suatu berita. Alhamdulillah salah. Isi berita mengingkari judul. Astagfirullah ! Justeru motornya yang menyambar truk. Pengendara berhelm itu terpecah perhatiannya, menjawab SMS dalam keadaan laju kendaraan yang kencang. Oleng dan menyambar truk yang ada di posisi tengah jalan.
Kemudahan berkomunikasi juga telah sedemikian mudah merasuk ke dalam keluarga. Suami tidak lagi harus tahu dengan siapa isterinya berkomunikasi, apalagi teman anak-anak dan pembicaraan diantara mereka. Keakraban seperti dulu seakan punah dengan adanya teknologi yang bukan hanya bisa menyambungkan tetapi juga menyembunyikan ini.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa banyak keluarga yang bisa berhubungan dengan sanak keluarga yang jauh di sana seakan menjadi sangat dekan cuma sedikit pulsa. Sahabat dan kawan lama atau yang tidak pernah dikenal sama sekalipun dengan mudah bisa mudah tersambung menjadi dekat dan bersaudara. Manfaat handphone sangat banyak dalam menjalin komunikasi lebih baik dan efektif.
Tetapi, banyak juga keluarga yang hancur berantakan setelah benda kecil ini menjadi bagian penting dari seisi rumah. Ketidaksalingtahuan komunikasi yang berlangsung telah mengubah makna SMS menjadi Sangat Mudah Selingkuh. Tidak sedikit pengaduan dari tetangga, “Suami Mu Selingkuh !” Banyak juga permintaan maaf dan penyesalan, “Sayang, Mamah Selingkuh.”
Tanpa perlu biaya pulsa tambahan, gambar mati dan bergerak pun dapat bertukar. MMS, Memperindah Makna Selingkuh. Fasilitas blue-tooth pun menjadi sarana pertukaran blue-film dan sebangsanya.
Mungkin tidak ada kerugian finansial sedikitpun bagi masyarakat kalau melihat di layar televisi, para anggota Dewan yang terhormat sedang asyik masyuk dalam tawa di ruang sidang. Bahkan ketika berlangsung acara pun, banyak yang masih tenggelam dalam komunikasi, bicara dan SMS.
Tetapi sesungguhnya, kerugian yang tidak tampak itulah yang sesungguhnya sangat besar. Produk gedung setengah telur itu merupakan acuan yang menentukan maju mundurnya bangsa ini. Bisa dibayangkan, kualitas produknya akan seperti apa kalau dihasilkan oleh mereka yang konsentrasinya terpecah belah seperti itu.
Pajak dan pendapatan lain yang digunakan untuk menggaji dan memenuhi berbagai fasilitas mereka sangatlah tidak seberapa dibandingkan dengan banyaknya biaya dan dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan berbagai produk aturan yang dihasilkan dengan setengah konsentrasi.
Tidak sedikit perilaku mereka dijadikan pijakan, menjadi alasan pembenaran perilaku berkomunikasi dengan HP yang tidak terkendali di masyarakat.
“Anggota Dewan saja begitu !”
Handphone memang sangat dibutuhkan, sangat banyak manfaatnya, tidak sedikit membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah. Operator seluler pun telah sangat kreatif bercipta, sesuatu yang tidak mungkin dapat dengan mudah menjadi mungkin. Semuanya membawa manusia ke kehidupan baru penuh kemudahan mencapai keindahan.
Satu hal yang harus dibatasi adalah mencegah agar budaya konsumerisme tercipta untuk kebutuhan yang satu ini dengan mengabaikan kebutuhan lain yang lebih pokok. Bukan semata-mata kebutuhan yang berkaitan dengan perut tetapi juga kebutuhan hidup yang utuh, bersama anak-anak dan keluarga. Keluarga besar bangsa Indonesia.
Jika hal ini terus berlangsung, maka bangsa ini hanya akan tenggelam dalam teknologi yang tidak pernah dipahami masyarakat dengan sebenarnya. Ketidaktahuan akan arti dan makna kehadirannya, akan membawa masyarakat Indonesia suatu saat dalam penyesalan mendalam. Penyesalan yang terlambat, teramat dalam, menyesal sekali, Hanjakal Pisan !

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

HP = HAMPA PEKERTI

Anekdot yang sudah sangat mahfum di Zaman Orde Baru adalah bahwa para anggota Dewan yang terhormat sering terkantuk-kantuk saat bersidang sehingga ketika Ketua Dewan mengetuk palu semua serentak berseru, “Setuju !”.
Di Era Reformasi ini ternyata ada kemajuan, khususnya di Ruang Sidang DPRD Kabupaten Indramayu tanggal 9 Juni 2003. Pada saat Wakil Bupati membacakan Nota Penjelasan Rencana Perubahan APBD Tahun 2003 itu tidak ada satupun anggota Dewan yang sampai pulas. Ruang Sidang yang menjadi penentu masa depan pembangunan Kabupaten Indramayu itu tetap meriah dan sangat ramai, dering ringtone HP ataupun tit-tit-tuit SMS yang masuk silih berganti.
Sungguh suatu kemajuan, dari era tidak sopan menjadi sangat tidak berbudi-pekerti alias HP (Hampa Pekerti).
Hampir dua tahun lalu kami mengkritisi (pada Mingguan DERMAYON) seorang kepala unit kerja yang ongkang-ongkang di meja depan memainkan HP tanpa peduli pentingnya acara tersebut bagi pembangunan Kabupaten Indramayu, apalagi sedikit menghargai rekan-rekan di depannya yang mencoba menghargai posisi Sang Kepala.
Mungkin Sang Kepala masih sangat bangga akan barang kecil di tangannya, mengingat saat itu HP masih baru dimiliki segelintir orang saja. Para pejabat eselon II dan III yang hadir saat itu pun baru beberapa gelintir yang ber-HP dan satu-dua diantaranya sempat berdering meramaikan ruang rapat.
Saat ini, dalam waktu yang sangat singkat HP merebak bak kacang goreng. Bukan lagi pejabat yang sanggup mententengnya. Harganya yang relatif terjun payung menyebabkan semua karyawan sanggup memilikinya, terlepas dari PNS, honorer sampai sukwan sekalipun. Bahkan jangan heran kalau ada pelajar SLTP apalagi SMU/SMK bahkan SD dan TK sekalipun yang mejeng mempertontonkan benda kecil itu di saku jeans ketatnya. Sungguh luar biasa.
Kembali ke Ruang Sidang DPRD tanggal 9 Juni 2003, ring-tone berganti-ganti di sudut belakang tempat hadir. Ada yang tanpa risih langsung menjawabnya di saat hadirin lain berkonsentrasi memikirkan nasib rakyat se-Kabupaten. Sebagian menjawabnya setelah meninggalkan ruang.
Ironisnya, di pojok kiri belakang dua orang anggota yang terhormat justeru ber-SMS dan saling menunjukkan hasilnya satu sama lain.
Pertanyaan yang sampai saat ini belum terjawab adalah adanya kehampaan pekerti dengan memasyarakatnya hand-phone ? Tanpa adanya batas-batas yang menjadi etika maka para pemiliknya bisa menjadi budak dari benda kecil itu, terlepas dari harkat dan derajat yang disandangnya.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

NIKMATNYA PETAI

Bau hangseur petai memang sudah dari sononya. Bahkan begitu baunya melintas di ujung hidung, nikmat petai sudah terasa di sudut bibir. Bau khas ini sudah ada sebelum nenek moyang manusia menjadi penggemarnya.
Bau tajam petai memang bukan hanya sebatas urusan mulut. Sisa terakhirnya pun harus dibuang dengan hati-hati. Apalagi kalau di tempat umum atau sedang bertandang di rumah orang. Bisa membuat repot tuan rumah.
“Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.” Adegium lama yang sangat dipatuhi penggemar petai. Walaupun sikap seperti itu kadang-kadang menjadi bumerang yang dapat memalukan diri sendiri.
Namun demikian penggemar petai tidak berkurang karena termakan zaman, malah terus berkembang. Padahal pergaulan sekarang berbanding terbalik dengan bau pesing itu. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk meredam bom bau yang ditimbulkan sementara kenikmatan petai tetap dirasakan.
Dengan rekayasa genetika mungkin suatu saat bisa tercipta petai dengan bau yang lebih dikehendaki. Tapi akan sangat mahal dan masih perlu menunggu waktu. Atau mungkin juga akan mengurangi cita rasa yang menjadi makna dasar petai itu sendiri. Petai tanpa bau adalah bukan petai, hanya serupa.
Sambil menunggu teknologi terapan itu mencapai sasaran, maka untuk menikmati petai dengan bau yang agak berkurang dapat ditempuh dengan berbagai cara, baik sebelum petai dikonsumsi maupun sesudah remah di dalam perut.

Untuk mengurangi ketajaman bau petai dengan sedikit mungkin mengurangi daya tarik selera maka dapat dilakukan beberapa cara seperti :

a. Petai Bakar
Petai segar dibakar secara langsung di perapian sampai timbul gelembung kecil bagian luar kulitnya dan terbakar. Bau tajamnya semakin berkurang dengan menghitamnya kulit petai. Hati-hati saja, kalau kelewat hitam bisa menjadi arang.

b. Petai Panggang
Untuk menghindari terlalu matangnya petai maka dapat dilakukan dengan memanggang baik dengan cara seperti membakar sate ataupun mmenaruhnya di atas seng tanpa diberi minyak seperti mensangrai. Selain menghindarkan hangusnya petai, cara sederhana dengan cara kedua ini menghasilkan petai yang lebih renyah.

c. Petai Goreng
Masyarakat Sumatera Barat biasa menggoreng petai berkulit yang telah dipotong-potong dan menuanginya dengan tumbukan cabai keriting. Jadilah sambal bumbu petai yang sangat lezat. Apalagi bila ditaburi dengan ikan bilih yang sudah dikeringkan, atau setidaknya ikan teri yang tidak asin.
Untuk menjadikannya sebagai teman sambal maka sebelum digoreng dikupas dulu kulitnya. Selain tidak terlalu mengubah cita rasa, baunya pun relatif berkurang dengan sedikit resiko kegosongan. Kematangan petainya pun dapat disesuaikan dengan selera.

d. Petai Kukus
Cara ini merupakan metode pengurangan bau petai yang paling sering dilakukan di Pulau Jawa, termasuk di Jawa Barat yang dikenal doyan mentahan. Pengukusan bukan hanya mengurangi bau hangseur tetapi juga menghilangkan rasa renyah. Petai kukusan melepes. Tapi kalau anda suka, apa salahnya.

Bagi sebagian orang, keempat perlakuan seperti di atas akan dapat mengganggu selera. Petai segar memang sangat menggoda walalupun baunya sering tidak dapat dihindarkan. Bahkan setelah petai dikukus, dibakar ataupun digoreng maka problema belumlah berakhir, bahkan merupakan awal dari permasalahan bau selanjutnya.
Ada beberapa cara agar problema bau ini dapat dikurangi, baik efeknya yang langsung terasa sebagai bau mulut ataupun kelanjutannya yang berhubungan dengan kamar kecil, yaitu dengan mengkonsumsi atau hanya mengunyah bahan makanan lain yang sudah akrab di sekitar kita seperti :

a. Teh
Teh dapat mengurangi bau yang ditinggalkan petai. Dapat sebagai seduhan kental setelah mengkonsumsi petai atau hanya menguyahnya mentah-mentah seperti sirih. Rasa pahit yang ditimbulkan sebanding dengan bau mulut yang kembali segar dan berkurangnya bau yang mengganggu kamar kecil.

b. Kopi
Selain teh maka kopi pun dapat digunakan dengan cara yang sama bila anda menyukainya dan tidak ada masalah kesehatan. Bahkan masyarakat telah terbiasa menggunakan kopi untuk menumpas bau yang tidak sedap, bukan hanya urusan petai.

c. Mentimun
Sambil menyelam minum susui, begitulah kalau kita memadu lalapan petai dengan mentimun. Bukan hanya keduanya menimbulkan cita rasa baru tetapi juga bau yang biasanya timbul setelah makan petai sirna. Bau mulut tidak lagi menjadi masalah, demikian juga problema kamar kecil.
Bila tidak suka dengan paduan keduanya, mentimun pun dapat dilalap secara tunggal di akhir hidangan. Bahkan walaupun dikonsumsi beberapa jam setelah petai bersarang di perut, pengaruh mentimun menumpas bau masih sangat kuat.
Kalau tidak suka mentimun segar bisa juga dibuat acar ataupun mengukusnya. Namun kalau ada permasalahan kesehatan, hati-hati sedikit.

d. Kacang panjang
Kalau tak ada rotan, akar pun berguna. Bila tidak ada mentimun atau karena alasan lain maka kacang panjang akan sangat membantu menghilangkan bau petai. Sama seperti mentimun, kacang panjang tidak harus dikonsumsi bersamaan dengan petai.

Beberapa cara sederhana di atas terbukti dapat mengurangi bau petai baik sebelum dikonsumsi ataupun bila sudah terlanjur masuk perut. Jangan ragu untuk mencobanya.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

Selasa, 11 Mei 2010

PERWUJUDAN INDRAMAYU MULIH HARJA MELALUI POLA PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

Tulisan ini dibuat akhir 2001, saya kirim juga konsepnya ke BAPPENAS. Walau awalnya sangat menyakitkan, karena di-plagiat seorang pejabat. Namun saya bersyukur, karena pemikiran seperti ini akhirnya menjadi program nasional. (Maaf saya tidak mengaku ADD adalah pemikiran saya lho !)
Satu kegundahan yang sejak awal saya sampaikan untuk dipertajam, soal monitoring dan evaluasi. Kenyataan di lapangan, banyak Kuwu/Kepala Desa yang menjadikan alokasi dana ini -sebutan sekarang Alokasi Dana Desa(ADD)- sebagai jaminan hutang.



A. PENDAHULUAN

Tidak dapat dipungkiri bahwa pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Indramayu yang dilaksanakan selama ini masih jauh dari adil dan merata seperti yang diharapkan. Keterbatasan dana menyebabkan program pembangunan baik fisik maupun sosial, ekonomi dan kebudayaan tidak dapat dinikmati oleh masyarakat desa/kelurahan secara merata dan menyeluruh. Di sisi lain, diberlakukannya otonomi daerah sebagaimana diatur dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah menjadikan masyarakat makin sadar akan potensi dan kekayaan alam yang dimiliki serta hak-haknya sehingga menaruh harapan yang tinggi terhadap pemerintah daerah untuk terwujudnya suatu masyarakat yang adil dan makmur.

Untuk dapat mewujudkan harapan masyarakat tersebut maka perlu dilakukan perubahan pola pembangunan dari kondisi sekarang yang masih cenderung condong kepada sentralistik ke arah pola pembangunan yang dirancang sesuai dengan prinsip desentralisasi dan partisipasi sesuai dengan nafas otonomi daerah. Oleh karena itu pemerintahan Desa/Kelurahan sebagai bagian terkecil dari sistem pemerintahan di daerah yang secara langsung bersentuhan dengan masyarakat juga harus makin diberdayakan.

Indramayu Mulih Harja merupakan bahasa Jawa Kuno yang berarti Indramayu Kembali Sejahtera, selain menjadi semboyan yang tercantum pada lambang kabupaten Indramayu dan tertulis pada prasasti Wiralodra. Suatu tujuan mulia yang kan dicapai kembali ketika tanda-tanda zaman berbicara, seperti adanya api yang tak kunjung padan, ada ular meyeberang sungai Cimanuk dan lain-lain pertanda sebagaimana diucapkan pendiri Indramayu itu.

Perwujudan Indramayu Mulih Harja Melalui Pola Pembangunan Partisipatif merupakan suatu pola pembangunan dengan memberdayakan masyarakat desa/kelurahan dalam perencanaan dan pelaksanaan serta pengawasan sehingga pembangunan yang diterapkan benar-benar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat. Selain itu, dana yang dialokasikan kepada setiap desa/kelurahan pada dasarnya merupakan perangsang untuk tumbuhnya swadaya murni masyarakat.


B. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan utama dari program ini meliputi :
a. Memberdayakan Pemerintahan Desa/Kelurahan sebagai bagian terkecil dari pemerintahan di daerah yang langsung menyentuh masyarakat.
b. Melaksanakan pembangunan daerah secara partisipatif sehingga masyarakat terlibat secara langsung baik pada perencanaan, palaksanaan maupun pengawasannya.
c. Meningkatkan peranserta masyarakat dalam pembangunan terutama dalam hal pendanaan.

Sedangkan sasarannya adalah :

a. Sasaran Lokasi
Sasaran lokasi adalah 310 desa/kelurahan yang berada dalam wilayah Kabupaten Indramayu.

b. Sasaran Kegiatan
Kegiatan yang dapat dilaksanakan pada hakekatnya fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kondisi setempat berupa kegiatan pembangunan fisik yang dapat mendukung kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat ataupun bantuan modal untuk usaha ekonomi produktif.

Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain berupa :
a. Perbaikan dan pembuatan jalan desa
b. Perbaikan sarana pendidikan
c. Perbaikan sarana kesehatan
d. Perbaikan dan pembuatan sarana usaha ekonomi produktif
e. Bantuan modal usaha ekonomi produktif seperti di bidang pertanian, industri kecil dan perdagangan.

C. PENGELOLAAN PROGRAM

1. Prinsip Pengelolaan Program
Pengelolaan Program Perwujudan Indramayu Mulih Harja menganut beberapa prinsip dasar yang meliputi ;
a. Transparancy, semua kegiatan dapat diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka.
b. Participation, seluruh anggota masyarakat harus berperan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan dengan berpegang teguh bahwa musyawarah desa/kelurahan sebagai forum pengambil keputusan tertinggi.
c. Accountability, seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara teknis maupun administrasi.
d. Sustainability, hasil kegiatan dapat dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat setempat.

2. Organisasi Pengelolaan Program
Dalam rangka pengelolaan kegiatan dan perwujudan prinsip-prinsip utama pengelolaan dibentuk suatu organisasi manajemen pengelolaan yang terdiri dari Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten (TPTKab), Tim Pelaksana Tingkat Kecamatan (TPTKec) dan Tim Pelaksana Tingkat Desa/Kelurahan (TPTD/K).

a. Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten
Dalam rangka mengendalikan dan membina pelaksanaan dibentuk Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten yang ditetapkan oleh Bupati yang terdiri dari unsur Bapeda serta dinas terkait.

b. Tim Pelaksana Tingkat Kecamatan
Di tingkat kecamatan dibentuk Tim Pelaksana Tingkat Kecamatan yang ditetapkan oleh Bupati. Tim Pelaksana Tingkat Kecamatan bertugas menyebarkan informasi, mengkoordinasikan, mengendalikan, memperlancar pelaksanaan program dan memantau pelaksanaan kegiatan program di seluruh desa/kelurahan di wilayah kecamatan.

c. Tim Pelaksana Tingkat Desa/Kelurahan
Tim Pelaksana Tingkat Desa/Kelurahan berfungsi untuk melaksanakan seluruh Program Perwujudan Indramayu Mulih Harja di tingkat desa/kelurahan, yang meliputi tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelestarian. TPTD/K dibentuk dalam musyawarah dan pengurusnya dipilih oleh masyarakat secara terbuka dan demokratis.


D. ALOKASI DAN PENYALURAN DANA

1. Alokasi Dana

a. Dana Bantuan Langsung ke Desa/Kelurahan
Alokasi dana ditetapkan di tingkat kabupaten dengan mempertimbangkan besarnya Dana Alokasi Umum (DAU) yang diterima. Terdapat 3 (tiga) alternatif pengalokasian dana per desa/kelurahan, yaitu :
i. Setiap desa/kelurahan mendapatkan alokasi dana yang sama, misalnya Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) per desa/kelurahan, sehingga untuk 310 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Indramayu dibutuhkan dana sebesar Rp. 31.000.000.000,- (tiga puluh satu milyar rupiah) per tahun.
ii. Terlebih dahulu ditetapkan biaya tetap minimal per desa/kelurahan (fixed-cost, misalnya Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) per desa/kelurahan. Sedangkan dana tambahan untuk tiap desa/kelurahan yang dihitung berdasarkan kriteria luas wilayah dan jumlah penduduk. Makin luas wilayah dan banyak jumlah penduduk maka alokasi dananya makin tinggi.
Apabila dana langsung untuk desa/kelurahan seluruh Kabupaten Indramayu sebesar Z rupiah, dengan minimal dana langsung per-desa/kelurahan (fixed cost) ditentukan Rp. 100.000.000,- per desa/kelurahan yang berarti dana minimal yang harus dialokasikan untuk 310 desa/kelurahan di Indramayu sebanyak Rp. 31.000.000.000,- maka Alokasi Dana Langsung per Desa/Kelurahan A mengikuti formula :

Rp. 100.000.000,- +
( Luas A / Luas Kab + ∑ Penduduk A / ∑ Penduduk Kab ) x ( Z – Rp. 31.000.000.000,- )


iii. Alokasi dana per desa/kelurahan ditetapkan berdasarkan perhitungan luas wilayah dan jumlah penduduk, tanpa ada batas minimal.
Apabila yang ditentukan hanya plafon dana untuk seluruh Desa/Kelurahan sebesar Z rupiah, maka Alokasi Dana Langsung Desa/Kelurahan A adalah :


( Luas A / Luas Kab + ∑ Penduduk A / ∑ Penduduk Kab ) x Z



b. Dana Operasional Pelaksanaan
Dalam rangka pembinaan dan pengendalian disediakan Dana Operasional Kegiatan untuk Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten, Tim Pelaksana Tingkat Kecamatan dan Tim Pelaksana Tingkat Desa/Kelurahan yang ditetapkan oleh Bupati.

Dana langsung untuk desa/kelurahan dan Dana Operasional Kegiatan bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU).


2. Penyaluran Dana

Penyaluran dana dilaksanakan setelah Tim Pelaksana Tingkat Desa/Kelurahan menyerahkan Daftar Rencana Kegiatan kepada Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten. Dana disetorkan langsung kepada rekening Ketua Tim Pelaksana Tingkat Desa/Kelurahan melalui lembaga keuangan terdekat.

Sedangkan Dana Operasional disalurkan langsung kepada Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten, Tim Pelaksana Tingkat Kecamatan dan Tim Pelaksana Tingkat Desa/Kelurahan.


E. PELAKSANAAN KEGIATAN

Beberapa kegiatan yang harus dilaksananakan untuk tercapainya Program Perwujudan Indramayu Mulih Harja sesuai dengan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

1. Pembentukan Pengelola Program
Pembentukan Tim Pelaksana Tingkat Desa/Kelurahan (TPTD/K) diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat melalui musyawarah desa/kelurahan secara terbuka dengan memberdayakan kelembagaan yang sudah ada. Tim pelaksana kegiatan tersebut harus bersedia mencurahkan waktu untuk pelaksanaan program di desa/kelurahan.

2. Identifikasi dan Penetapan Jenis Kegiatan
Identifikasi jenis kegiatan diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat melalui musyawarah desa/kelurahan. Masyarakat diberi kesempatan untuk mengajukan berbagai usulan kegiatan yang dianggap penting sesuai dengan tujuan pelaksanaan program. Dalam proses identifikasi ini juga dilaksanakan penilaian kelayakan teknis oleh dinas teknis terkait.

Penetapan jenis kegiatan dilakukan melalui musyawarah desa/kelurahan secara terbuka. Penetapan jenis kegiatan harus didasarkan pada kriteria-kriteria yang jelas dan diketahui oleh masyarakat.

3. Pola Pelaksanaan Kegiatan
Untuk pelaksanaan kegiatan berupa pembangunan dan rehabilitasi fisik dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu :
a. Swakelola, dimana pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh masyarakat lokal dalam wadah organisasi masyarakat setempat.
b. Jika masyarakat melalui wadah organisasi lokal tidak mampu, dapat ditempuh Kerjasama Operasional (KSO) antara organisasi masyarakat lokal dengan kontraktor berspesifikasi C2-GEL.

Sedangkan besaran dana bantuan dan jenis usaha ekonomi produktif disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat yang diputuskan melalui jalur musyawarah untuk mufakat.

4. Pemantauan, Pelaporan dan Evaluasi
Pemantauan dilaksanakan secara internal maupun eksternal terhadap seluruh proses pelaksanaan program, agar pencapaian kinerja dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Pemantauan internal dapat dilakukan secara berkala maupun insidentil yang selanjutnya dilakukan pelaporan. Tim Pelaksana Tingkat Desa/Kelurahan bertanggungjawab untuk melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan secara periodik kepada Bupati c/q Tim Pelaksana Kegiatan Tingkat Kabupaten melalui Camat. Disamping laporan tersebut juga dilakukan pelaporan penggunaan keuangan Dana Operasional Kegiatan. Berlandaskan pelaporan selanjutnya dilakukan langkah tindakan guna memperlancar pelaksanaan kegiatan dan pencapaian sasaran.

Dilakukan pula pemantauan dan evaluasi kinerja program selama proses pelaksanaan dengan kriteria :
(i) tingkat pencairan dana
(ii) proporsi kegiatan fisik dengan upah
(iii) tingkat partisipasi masyarakat
(iv) tingkat penyelesaian pengaduan

Proses evaluasi dilakukan melalui forum-forum rapat koordinasi, musywarah antar desa atau forum-forum lain yang relevan di masing-masing tingkatan lokasi.

5. Pengawasan dan Pengendalian
Pengawasan dilakukan secara periodik, insidentil dan terbuka oleh masyarakat, aparat pengawasan fungsional pemerintah dan lembaga-lembaga independen terhadap pengelolaan program.

Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten melakukan pengawasan secara periodik terhadap tugas aparat desa/kelurahan dan kecamatan yang mencakup pelaksanaan program dan administrasi penyaluran dana. Sedangkan pengawasan pelaksanaan di tingkat desa/kelurahan dilakukan oleh masyarakat sendiri (kontrol sosial). Transparansi pelaksanaan serta penyebaran informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang dibiayai program ini harus dilakukan.

6. Saran dan Pengaduan
Untuk menampung saran dan pengaduan dibentuk Unit Pengaduan Masyarakat di tingkat Kabupaten yang berfungsi untuk mengetahui, menanggapi dan menyelesaikan permasalahan secara cepat, dengan menyediakan Alamat Surat, Kotak Pos, Nomor Telepon, Nomor Faximilie dan Alamat e-mail. Di tingkat desa/kelurahan tidak dibentuk unit pengaduan tersendiri melainkan tim pelakasana kegiatan berfungsi sebagai tim penanganan pengaduan dengan tugas yang sama dengan Unit Pengaduan Masyarakat.

Keberadaan Unit Pengaduan Masyarakat ini harus disosialisasikan secara luas agar seluruh masyarakat mengetahuinya. Dengan demikian seluruh komponen dan potensi masyarakat, baik LSM, swasta, pemerintah, lembaga dan masyarakat sendiri, baik secara kelompok maupun sendiri dapat memberikan saran dan pengaduan dengan mudah dan jelas.

Setiap saran dan pengaduan yang jelas asal dan tujuannya harus ditanggapi secara serius. Saran dan pengaduan yang membutuhkan penjelasan program diberikan jawaban tertulis. Sedangkan saran dan pengaduan yang membutuhkan penyelidikan, dilakukan analisis dan penyelidikan awal serta pembahasan dan penilaian status permasalahannya sesuai dengan tingkatan permasalahan untuk kemudian ditindaklanjuti guna mencapai penyelesaian masalah.

Tindak korektif akan diberikan terhadap setiap pelanggaran yang terjadi sesuai dengan tingkatan dan kadarnya. Tindak korektif terhadap pelanggaran prosedur pencairan dana dan kesalahan pelaksanaan program dilakukan sesuai kesepakatan bersama di tingkat desa/kelurahan dan kabupaten dengan dilakukan secara tertulis dan disahkan oleh instansi berwenang serta diumumkan secara terbuka. Tindak korektif terhadap pelanggaran penyalahgunaan dana dapat berupa pengembalian dana, pernyataan dan permintaan maaf, sanksi administratif, dan pelimpahan kasus kepada tindak penyidikan lebih lanjut.

Sanksi hukum diberikan kepada siapapun yang melakukan pelanggaran yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk dalam kategori pelanggaran hukum.

Bagi desa/kelurahan yang kinerjanya buruk pada pelaksanaan tahun pertama, seperti bangunan sarana/prasarana yang berkualitas rendah, tidak dipelihara dan tidak bermanfaat atau masalah-masalah lainnya maka pendanaan tahun berikutnya ditunda sampai dengan permasalahan-permasalahan tersebut terselesaikan.

7. Penyebarluasan Informasi
Penyebarluasan informasi mengenai seluruh aspek dan proses program merupakan tanggungjawab seluruh jajaran aparat pemerintah dan masyarakat yang dilakukan baik secara formal maupun informal.

Secara formal, penyebarluasan informasi merupakan tanggungjawab Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten, Tim Pelaksana Tingkat Kecamatan dan Tim Pelaksana Tingkat Desa/Kelurahan. Penyebarluasan informasi ini dilakukan melalui berbagai media cetak, brosur, buletin, radio, spanduk, poster dan papan pengumuman. Media penyebarluasan informasi harus memuat materi-materi informasi yang meliputi tahap persiapan, perencanaan dan pelaksanaan Perwujudan Indramayu Mulih Harja Melalui Pola Pembangunan Partisipatif.

Guna menunjang penyebarluasan dan keterbukaan informasi maka di TPTKab akan disediakan data dan informasi yang dapat diminta oleh siapa saja, tanpa ditunda-tunda dan tanpa dipungut biaya. Informasi yang tersedia meliputi seluruh data mengenai Perwujudan Indramayu Mulih Harja Melalui Pola Pembangunan Parisipatif.

Secara informal pelaksanaan penyebaran informasi dilakukan melaui pengumuman di tempat-tempat ibadah, gedung pertemuan dan lain-lain serta pada kesempatan-kesempatan lainnya seperti arisan, perayaan, pertemuan-pertemuan warga dan lain-lain.

F. PENUTUP

Agar Perwujudan Indramayu Mulih Harja Melalui Pola Pembangunan Partisipatif dapat terlaksana sebagaimana diharapkan perlu disusun Pedoman Umum yang kemudian ditindaklanjuti dengan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis oleh Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten.

Pedoman Umum, Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis desebarkan ke seluruh aparat dan masyarakat untuk diketahui secara luas. Penyampaiannya agar dilakukan dalam format dan bahasa yang mudah difahami oleh masyarakat.

Informasi berbagai kegiatan dari program ini disebarluaskan kepada masyarakat secara terbuka untuk mendorong partisipasi dan kontrol oleh masyarakat terhadap pelaksanaan program.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

KADO DARI PENYAMUN

Sampai sekarang masih banyak yang tertipu oleh orang-orang kreatif seperti ini. Maaf bukan kreatif lagi ya, cara seperti ini sudah saya kenal seperempat abad yang lalu kok ….


Sebuah surat kilat khusus datang dari PT Global Promotion, memberitahukan tentang sebuah pengumuman undian yang pernah anda ikuti. Hadiah yang diraih tidak tanggung-tanggung, sebuah mobil Hyundai Atoz !

Bukti dan data yang dilampirkan semuanya asli, termasuk identitas diri yang pernah anda ditulis sewaktu mengikuti undian Baygon beberapa tahun lalu yang di-setempel Notaris. Dokumen lainnya adalah Faktur pembelian dari PT Hyundai Atoz, Surat Izin Undian dari Direktur Pemberdayaan Sumber Dana Sosial Depsos, Surat Keterangan dari Kepala Dinas Penerangan Polda Metro Jaya dan Ketentuan Pembayaran Pajak Undian 25 % dari Kakanwil Pelayanan Pajak IV Jakarta Raya 1. Sekali lagi kesemua dokumen itu asli baik kop surat maupun tandatangan dan setempelnya.

Sesaat tentu anda akan terhenyak atas besarnya hadiah yang sudah lama dinanti, apalagi menyaksikan bahwa dokumen yang semuanya asli. Sehingga dengan serta merta ingin segera menyambar pesawat telepon untuk menghubungi nama yang ditunjuk (Ir. Arif Rahman Hakim) di hand phone-nya 081 74805227.

“Besok siang, kami dan pejabat dari PT Bayer Indonesia produsen Baygon serta peliput dari SCTV akan mendatangi rumah anda. Anda akan dijadikan bintang iklan Baygon pada saat penyerahan Hyundai Atoz.” Suara di seberang begitu menjanjikan. “Atas nama siapa BPKB Hyundai Atoz-nya ?”

Pucuk dicinta, ulam tiba ! Pajak 25 % seperti yang ditetapkan tentu bukan hambatan dan dengan segera diusahakan untuk mengirimkannya via rekening di BNI atau BCA yang diberitahukan, yaitu :
1) 198.187.68.28
Bank BCA Cabang Jakarta Barat
a.n. MULYADI S

2) 547.10.136.990
Bank Lippo Cabang Jakarta Barat
a.n. MULYADI S

Sebagai catatan, PT Bayer Indonesia akan membantu anda Rp. 15 juta untuk pajak tersebut apabila anda termasuk ekonomi lemah ke bawah. Sementara pihak SCTV wanti-wanti tidak mau kalau nanti terlalu banyak orang, “Jangan diberitahukan dulu kepada tetangga kiri-kanan.” Suara HP itu lagi-lagi mengamanatkan.

Esok paginya, segala persiapan dilakukan. Terutama dandanan dan dekorasi diri sebagai bintang iklan. Namun hingga panas terik matahari pupus menjadi kegelapan senja, ternyata tamu tak diundang itu tak pernah kunjung datang. Apalagi Hyundai Atoz seperti yang sudah dijanjikan.

Saat itu anda baru berpikir gamang, “Apakah saya tertipu ?” Tetapi malam itu dapat dipastikan anda tak akan bisa tidur akibat dua godaan, menunggu hadiah datang atau menyesali kecerobohan ?

Besoknya lagi anda tak akan sabar mengangkat pesawat dan menghubunginya lagi. Namun sudah tidak lagi aktif. Saat itu anda sangat yakin, tertipu.

Memang sudah tertipu. Surat-surat itupun merupakan produk mafia penyamun yang sangat terencana. Aksi yang dilakukan PT Global Promotion di atas adalah salah satu dari sekian banyak tindak kejahatan intelektual sejenis yang sekarang dilakukan para penyamun dengan menjual nama besar perusahaan disertai pemalusuan dokumen-dokumen dari instansi pemerintah/TNI/Polri.

Itulah sebabnya segala kehati-hatian harus selalu dipasang dalam menerima segala bentuk pemberitahuan perolehan kado, hadiah atau sejenisnya, jangan-jangan justeru malah tertipu.

Beberapa cara yang bisa dilakukan apabila tiba-tiba mendapat emas jatuh dari langit itu adalah :
a. Tetap tenang, kuasai emosi yang sangat mudah tergoda oleh iming-iming. Sampai di sini, kalau bisa anda boleh melupakan segala macam hadiah itu begitu saja.
b. Jangan sekali-sekali tergoda untuk segera menghubungi nomor telepon yang ditunjuk atau alamat-alamat lainnya yang ada di surat itu. Namun siapkan diri anda dengan nomor telepon perusahaan penyelenggara (untuk kasus di atas PT Bayer Indonesia) yang diperoleh dari Buku Telepon atau Penerangan PT Telkom 108, hubungi sumber asli dari perusahaan tersebut untuk konfirmasi kebenaran informasinya.
c. Kesalahan yang sangat fatal akan terjadi kalau anda dengan senang hati menyetorkan sejumlah dana (untuk pajak atau lainnya) melalui nomor rekening yang telah ditentukan. Namun anda akan menyelematkan banyak orang lain apabila melaporkan aksi yang dilakukan pemilik nomor rekening tersebut kepada pihak kepolisian (misalnya Polda Metro Jaya di telepon (021) 5234000.

Intelektual dalam menjalankan aksinya itu tidak lepas dari keteledoran penyelenggara, PT Bayer Indonesia misalnya, yang seharusnya memusnahkan seluruh dokumen sisa undian Baygon. Ada kemungkinan hal ini juga melibatkan orang dalam, baik pada saat pengumpulan dan pengambilan surat ataupun pemusnahannya dan sudah sepatutnya pihak berwajib menyelidikinya.

Di zaman yang makin susah ini ternyata kejahatan kerah putih makin menjadi-jadi, sikap tenang dalam menghadapi segala sesuatu adalah kunci utamanya. Yakinlah bahwa pihak berwajib bisa melakukan tindakan hukum dengan baik sekalipun “Kalau polisi punya 5 strategi melawan kejahatan maka penyamun minimal memiliki 7 taktik. 5 startegi yang sama dimiliki polisi, satu langkah untuk menembus titik lemah dan satu taktik lagi untuk menghindar dari jeratan 5 strategi jajaran kepolisian itu !.”

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

SULIT AIR

Sumatera Barat adalah tempat untuk belajar. Saya bangga pernah menjadi bagian dari mereka. Lebih dari 4 tahun hidup bersama dan menjadi bagian orang-orang yang haus untuk selalu belajar ….

“Suli Aie !” Orang Minang melafalkan dua kata di atas. Kata-kata pedas itu merupakan nama sebuah Nagari yang tersuruk di perbukitan Danau Singkarak Kabupaten Solok – Sumatera Barat.

Mendengar namanya saja, bullu kuduk segera berdiri. Membayangkan sebuah perkampungan kumuh di perbukitan batu cadas yang tandus dengan sawah-sawah dikotori rumput-rumput liar yang juga tak sanggup hidup lagi. Masyarakat penghuninya tinggal di gubug-gubug reot berlantai tanah. Perkampungan hanya dihuni laki-laki tua dan wanita renta serta anak-anak caludih berkulit legam terpanggang matahari. Anak-anak kecil bermain dalam simbahan debu tanpa alas, mereka yang lebih besar membawa tempayan di kepala, menuruni perbukitan terjal menuju sumber air, Danau Singkarak.

Lain dulu lain sekarang, kata pepatah. Demikian juga dengan Nagari Sulit Air, tidak ada lagi kelangkaan benda cair sekalipun kemarau melanda teramat panjang. Sawah dan huma dapat menghasilkan padi serta tanaman khas seprti kulit manis (sebutan untuk kayu manis, karena memang yang dijual di pasar dan rasanya manis adalah kulitna bukan kayunya) dan tanaman kebun lainnya.

Sulit Air bukanlah tanah yang gersang seperti namanya melainkan perbukitan yang subur makmur. Pembangunannya melebihi nagari-nagari lain di Sumatera Barat.

Berbaliknya rupa wajah dengan nama yang melekat sampai sekarang itu ternyata tidak lepas dari peran perantau asal Nagari Sulit Air yang tersebar di seantero tanah air dan juga luar negeri. Sulit Air Sepakat (SAS) adalah organisasi yang mempunyai cabang seratusan di seluruh Indonesia dan beberapa di luar negeri.

Jauh-jauh hari sebelum krismon, aset orang rantau itu mencapai Rp. 12 milyar (data tahun 1995). Bisa dihitung sendiri sekarang, kalau kurs dollar saat itu belum lebih dari Rp. 2.000,-/US dollar. Bila sampai sekarang Nagari Sulit Air dihuni 80.000 orang maka setiap bayi yang lahir sudah punya tabungan hampir mencapai Rp. 1 juta.

Sekarang, sulit air yang sebenarnya sedang melanda Kabupaten Indramayu. Di sebelah barat, para petani gagal panen atau bahkan tanam winih sekalipun gara-gara irigasi kering. Tanah pun tidak ramah lagi untuk disedot, selain airnya kelicir kecil juga berakibat langsung terhadap krisis air di perkampungan.

Sepanjang pengetahuan penulis, baru saat ini sumur bor di Desa Sumbon Kecamatan Kroya hampir tidak mengeluarkan air. Padahal rata-rata sumur bor dibuat dengan menancapkan 18 pipa. Tahun 70-an, sumur bor sedalam itu sudah bisa mengeluarkan air tanpa disedot pompa Dragon, apalagi jet-pump.

Petani yang sudah pasrah dengan kegagalan panen pun harus menyerah pasrah kalau biang kerok kesulitan air itu dituduhkan kepada mereka. Sebagian berpendapat lain, kesulitan air di Indramayu Bagian Barat yang dampaknya langsung dirasakan penduduk pengguna sumur bor di Kroya, Gabuswetan, Bongas, Anjatan dan Haurgeulis itu tidak lain akibat ribuan liter air yang terus mengucur dari sumur artesis Pesantren Al-Zaitun. Krisis air bersih mereka alami beberapa bulan lebih dulu sebelum masyarakat Indramayu Bagian Timur berteriak, “PDAM macet !”

Sulit Air tetap ada di Ranah Minang sementara masyarakat Kabupaten Indramayu saat ini benar-benar lagi sulit air. Kata media, merupakan yang terparah diseantero Jawa Barat.

Belajar dari Sulit Air di Ranah Minang, maka kebersamaan akan kuat mengatasi permasalahan sesulit apapun. Termasuk kesulitan yang sudah melekat erat dan menjadi prototype nama daerah sekalipun. Dengan kekompakan warganya, baik di rantau maupun yang tetap tinggal di Kampuang, Sulit Air berubah menjadi daerah yang sama sekali lain dari arti kata nama daerah itu sendiri.

Akhir bulan agustus tahun ini, 60-an pejabat Kabupaten Indramayu, termasuk Bupati Indramayu, akan menunaikan umroh ke Tanah Suci. Kata sebagaian orang, do’a di Tanah Haram itu akan sangat dekat dengan Yang Maha Kuasa sehingga, selalu terkabul.

Dapat ditebak kalau berbagai macam permintaan sudah ada di benak masing-masing peserta. Permintaan-permintaan pribadi sampai sangat privacy sehingga tidak boleh diketahui siapapun, tak terkecuali sang isteri. Bagaimana dengan do’a untuk kemaslahatan bersama ?

Berdo’a di Tanah Haram bagi masyarakat Indramayu khususnya, yang sama sekali tidak punya sumber air baku sendiri kecuali bergantung kepada daerah sekitarnya. Posisinya mirip Nagari Sulit Air yang keberadaannya dikelilingi sumber air berlimpah namun selama bertahun-tahun terus kesulitan air. Mudah-mudahan do’a bersama di Tanah Suci akan memberi jalan keluar bagi Indramayu yang selama secara terus menerus bergantung kepada sumber-sumber air daerah sekitarnya untuk dikaruniai mata air yang berlimpah.

Kalau di tengah padang pasir bisa keluar air yang deras seperti halnya Zam Zam, mengapa di daerah yang dikelilingi sumber air ini dianggap mustahil ? Semua adalah karunia Yang Maha Kuasa yang harus diiringi dengan ikhtiar kita bersama. Amien.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

URANG AYU

Sepuluh tahun lalu kejadian ini sangat nyata terjadi, sekarang tidak. Tidak jauh, hanya bergeser. Di beberapa area pertambakan udang yang tenang, banyak Urang Ayu asyik masyuk bersama pasangannya. Tanpa malu, bahkan bergiming sedikit ketika ada yang lewat. Tidak sedikit diantara mereka masih berseragam sekolah.
Sebuah peluang usaha baru, Beternak Urang Ayu !



Ketika masyarakat dihebohkan oleh goyangan Inul Daratista yang sekali geol honornya setara dengan kilau berlian di giginya, maka Warna (nama sembarang, 37 tahun) berujar dengan ringannya, “Yang lebih wah dari Inul, banyak. Murah-meriah, paling-paling cuma 3 kilo !”

Jawaban Warna memang neko-neko, sepintas jauh dari permasalahan yang dibicarakan. Tapi begitulah kenyataan yang dialami petambak udang itu awal krisis sekitar lima tahun lalu. Udang di Indramayu benar-benar boom, hasil perhektarnya tinggi dengan kualitas bagus, sedangkan harganya menembus Rp. 100.000,-/kg. Dan, yang dibicarakan Warna adalah kesetaraan antara harga udang itu dengan service full body contact Urang Ayu di Warung 5 Watt.

Warna adalah pribadi sukses yang polos, sukses ketika masih sangat muda dan mau mengutarakan pengalaman makmurnya yang bergelimang banyak godaan. Tentu hal ini menjadi rahasia tersendiri bagi yang lain.

Rupanya Allah murka dengan perilaku insan pertambakan rekan se-hobby Warna, harga menjulang itu hanya dapat dinikmati sesaat. Sedangkan kutukan-Nya tidak berhenti sampai disitu, white spot menyerang habis-habisan.

Benur yang baru disebar banyak yang tidak pernah muncul lagi, yang umur satu-dua bulan mati drastis dalam waktu sangat singkat, udang yang selamat harganya sangat rendah dan rentan permainan tengkulak.

Petambak udang mati klesek ! Keadaan ini bukan baru satu dua kali, tetapi sudah mencapai 4 tahunan. Tambak udang di Indramayu selalu mengorot keuangan masyarakat milyaran rupiah setiap tahun, hanyut bersama air payau menuju laut. Kebangkrutan ini pula yang mengakibatkan munculnya lahan-lahan kritis baru.

Bila kita sedikit merenung, maka budidaya udang di Indramayu selama ini identik dengan budidaya nafsu !

Kaya mendadak para petambak telah membuat mereka lupa sehingga harus merambah sawah-sawah produktif secara membabi-buta. Nafsu untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak lagi juga menyebabkan mereka terus menambah jumlah benur dalam petakannya, dari dua puluh ribuan sampai sangat padat di atas enam puluh ribu ! Dalam kerugian yang beruntun pun mereka masih dipenuhi dengan nafsu, selalu setia pada prinsip, “Sekali udang tetap udang !”

Nafsu, nafsu, nafsu yang lain banyak mengikuti kisah sukses mereka sampai akhirnya kebangkrutan beruntun dialami setiap periode.

Kalaulah mereka sedikit meredam nafsu, terutama yang mengelola tambak milik pribadi, maka kerugian beruntun tidak perlu dialami. Tambak bukanlah lahan hidup monopoli udang. Spesies lain pun bisa hidup di sana. Bandeng, misalnya. Keuntungan bandeng memang tidak akan sanggup menjadi pelipur, sangat rendah. Namun pasti !

Itu pula yang mengakibatkan para petambak tidak melirik Si Sisik Perak itu. Banyak anekdot lahir, misalnya, “Daripada panen 3 ton bandeng lebih baik panen se-kuintal udang !”, “Lebih baik udang terus, soalnya, biar tujuh kali gagal sekali sukses juga tetap untung !”, “Lebih baik kosong daripada bendeng !” Dan banyak alagi anekdot yang menyepelekan bandeng sebagai makhluk Allah yang bisa memberi manfaat.

Anekdot ini terus dianut sekalipun kejatuhan beruntun udang terus dialami.

Kalaulah kita tengok ke belakang, maka kalau menanam nafsu maka yang akan ditunai pun pastilah nafsu atawa nothing kecuali kerugian yang makin beruntun.

Sedikit petambak berlapang dada mencoba mengahragai bandeng, ribuan benih ditebar dalam hamparan. Dibiarkan hidup dengan pakan alami, ada juga yang melengkapinya dengan pakan pabrik dan juga sumber pakan alami bauatan. Beda keuntungan keduanya lebih condong ke arah waktu, alternatif kedua tentu lebih unggul.

Ada juga yang justeru menjadikan udang sebagai pelengkap. Bandeng ditebar sebagai penghuni utama yang sudah tentu diberi pakan pabrik, dua puluh ribu benur dibiarkan meratap atau terpaksa menyantap pakan bandeng yang tersisa. Hasilnya ..........

Petambak yang mempraktekan cara di atas tidak lain tetangga Warna, sama-sama warga Luwunggeusik Kecamatan Krangkeng, ditemui ketika menjual hasil panennya di rumah H. Kamsudi Desa Bungko Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon. Dengan rasa bangga dia mengungkapkan bahwa perolehannya hanya 3 ton bendeng dan beberapa blong penuh udang size 27.

Bila dihitung-hitung nilai rupiahnya, maka tetangga Warna memperoleh Rp. 16.500.000,- dari bandeng (3.000 kg X Rp. 5.500,0/kg) dan dari penjualan udang yang dijadikan usaha sampingan sungguh luar biasa, Rp. 25.000.000,-. Dengan budidaya bandeng berseling udang yang diusahakannya maka tetangga Warna itu mengantongi hasil lebih dari Rp. 40 juta.

Tentu hasil sebesar itu belum bisa menembus keuntungan fantastis bila diisi udang secara keseluruhan, bila sukses atau setidaknya dalam perhitungan. Namun ada sesuatu yang secara sederhana bisa diambil dari cara budidaya tetangga Warna, ternyata ada semacam simbiosa mutualisme antara bandeng dan udang yang akhirnya menguntungkan petambak itu sendiri.

Hal ini senada dengan saran para pakar budidaya air payau dari Balai Besar Air Payau Jepara yang menyarankan agar petani tambak Kabupaten Indramayu memutuskan siklus white spot, dengan cara secara bersama-sama mebudidayakan bandeng. Dengan demikian siklus hidup virus tersebut terputus dan budidaya udang selanjutnya mudah-mudahan aman.

Pemutusan siklus bibit penyakit sudah lama dilakukan oleh petani sayur Pangalengan Kabupaten Bandung. Setelah panen kubis mereka tanam kentang dan berikutnya tidak akan ditanami tomat atau jenis tanaman sayuran lainnya tetapi dapat dipastikan jagung jadi pilihan. Pola yang sudah tercipta adalah sayur-sayur-jagung. Kalau dihitung secara ekonomis maka jagung ibarat bandeng di tambak, secara langsung sungguh relatif tak menguntungkan.

Itulah sebabnya setelah manja benih jagung, para juragan sayur itu tidak pernah menengok tanamannya lagi. Bahkan sampai panen pada umum 100 – 115 hari pun seringkali tidak tahu menahu wujud jagungnya, hanya tengkulak yang memanen dan membawa jagung mudanya ke pasar serta daun dan batang jagungnya diikat untuk dijual kepada bandar rumput yang menyediakan pakan hijau untuk sapi perah.

Sekali lagi, secara langsung jagung sungguh tidak berarti secara ekonomis. Namun berdasarkan pengalaman mereka selama puluhan tahun, justeru manfaat tidak langsungnya yang menyembulkan keuntungan luar biasa. Tanaman sayur seperti kubis, tomat, wortel dan lain-lain yang dibudidayakan aman setelah siklus bibit penyakitnya terputus oleh jagung.

Mungkin ada persamaan dua makhluk yang dianggap tidak berharga (karena nilai langsung ekonomisnya) itu, bandeng dan jagung. Peran penting jagung sudah terbukti lama dipraktekan petani sayur sedangkan bandeng baru saran Balai Besar Air Payau Jepara dan sedikit bukti praktek budidaya kombinasi yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Bukti real di lapangan kadang berbeda, beberapa orang petani tambak di Karanganyar Ilir Kecamatan Sindang juga mencoba mengkombinasikan bandeng dengan selingan udang. Nmun ketika dipanen udangnya entah kemana. Mati dalam perjalanan menuju dewasa.

Pertanyaan yang masih belum terjawab adalah, apakah kita akan terus menjadikan udang sebagai suatu usaha penuh nafsu atau mau membudidayakan udang untuk memperoleh manfaat secara ekonomi yang rasional ?

Pilihan pertama seperti dikemukakan terdahulu hanya akan menghasilkan nafsu-nafsu baru, seperti halnya pepatah “Siapa menabur angin maka akan menuai badai !” Sebaliknya apabila pilihan kedua digunakan disepakati, maka pola budidaya pun perlu disusun secara realistis.

Upaya mengembalikan udang ditambak sebagai usaha yang sangat menguntungkan tentu perlu waktu dan kekonsistenan para petambak. Arahan Dinas Perikanan dan Kelautan sebagai perpanjangan tangan Pemerintah Daerah tentu sangat diperlukan agar petambak tidak terus menggali sumur kerugian yang makin dalam.

Adalah kesalahan luar biasa menjadikan derita dan kerugian beruntun petambak ini sebagai bahan anekdot dan debat publik yang tiada ujung. Kecuali mereka mengharapkan olok-olok dari masyarakat petambak udang yang makin merugi.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

MANGGA INDRAMAYU MENANTI KEPUNAHAN

Dulu, nenek moyang kita menamainya Cengkir. Sekarang, nama ini lebih tepat untuk kontrasepsi, kalau …ceng, nyingkir, tidak aka nada kelahiran anak baru ! Sementara Mangga Cengkir kebanggaan masyarakat Indramayu ini sampai sekarang hanya bisa cengar-cengir …


Apabila mendengar kata Indramayu maka yang terbayang di benak pendengarnya adalah mangga, Mangga Indramayu. Mangga berukuran besar, bulat-bentet dengan rasa manis dan penuh dengan tekkstur empuk hampir tak berserat ini di Indramayu sendiri dikenal dengan nama Mangga Cengkir.

Namun zaman kemegahan Mangga Cengkir rupanya sudah di ambang batas kejayaan, Mangga Gedong Gincu secara tiba-tiba menjadi pesaing utama di kebun petani. Melalui Proyek Pengembangan Agribisnis Hortikultura Mangga Gedong Gincu (P2AH-MGG) maka selama 4 tahun berturut-turut sejak tahun 1997/1998 – 2000 telah ditaman 100.000 (seratus ribu) batang Mangga Gedong Gincu pada lahan sawah seluas 1.000 Ha. Menurut prediksi sebelumnya maka pada tahun 2003 sebanyak 3.000 pohon yang ditanam 6 tahun sebelumnya akan mulai menghasilkan buah sebanyak 25 kg/pohon. Tahun berikutnya akan meningkat terus sampai usia produktifnya selesai (umur 30 tahun).

Mangga Gedong Gincu merupakan mangga yang sebelumnya dipandang sebelah mata. Sekalipun rasanya sangat manis dan berbau harum, mangga yang berpoles merah di kulitnya ini (bergincu) kurang menarik masyarakat untuk membudidayakannya. Selain produksinya relatif sedikit juga tidak laku di pasaran sebagaimana Mangga Cengkir. Namun sekarang yang terjadi adalah sebaliknya, harga Mangga Gedong Gincu mencapai Rp. 15.000,-/kg sedangkan Mangga Cengkir hanya sepertiganya.

Malang nian nasib Mangga Indranayu atau Mangga Cengkir, bukan kalah akibat kucuran dana Rp. 10 milyar yang ada di balik gencarnya penyebaran Mangga Gedong Gincu tetapi akibat kerusakan yang terjadi dalam dirinya sendiri. Sudah lebih dari sepuluh tahun lalu, upaya budidaya Mangga Cengkir menggunakan okulasi untuk mempercepat kematangan. Sebagai akibat langsungnya adalah rasa khas tepung dan lembeknya serat tergantikan oleh aroma Mangga Bapang dengan tekstur serat relatif kasar.

Kebanyakan Mangga Cengkir yang ada sekarang berbentuk lonjong dan indah seperti Mangga Harummanis atau Mangga Golek. Tanaman yang lebih muda lagi keadaannya lebih parah, banyak petani kecewa karena Mangga Cengkir yang ditanamnya setelah berbuah hanya sebesar kemiri, persis Mangga Kemiri. Para pedagang asongan pun menyebut jajaannya dengan “Mangga Indramayu” sekalipun bentuknya sudah beraneka rupa. Karena bentuk asli Mangga Cengkir sekarang sudah jarang sekali nampak di pasaran, sudah berubah mirip berbagai jenis mangga yang lain.

Lebih parahnya, bahkan masyarakat yang membutuhkan bibit Mangga Cengkir pun harus membeli hasil okulasinya di Kabupaten Majalengka. Alasannya mudah ditebak, hasil pembibitan di Kabupaten Indramayu tidak mencukupi atau bahkan tidak ada. Satu sisi kegiatan tersebut membudayakan Mangga Cengkir, di sisi lain adalah peniadaan kekhasan mangga itu sendiri.

Upaya penyelamatan plasma nutfah Mangga Cengkir sebagai ciri khas Indramayu sampai saat ini tidak pernah dilakukan. Sementara pohon Mangga Cengkir asli saat ini sudah banyak yang tidak lagi produktif kecuali kayunya beralih mengaktifkan nyala api dapur dan perapian. Kalau hal ini terus berlanjut maka bukan tidak mungkin generasi muda Kabupaten Indramayu di masa datang tidak pernah merasakan nikmatnya cita rasa irisan Mangga Indramayu.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH