Selasa, 01 Juni 2010

BALADA LOKOMOTIF KERETAAPI

Antara Rencana dan Bahaya


Kecelakaan keretaapi pada abad 21 ini semakin marak. Awal milenium dibuka dengan berbagai kecelakaan yang sangat menyayat hati. Tahun 2001 diawali dengan anjloknya KA Sapujagat, selanjutnya rentetan kecelakaan seperti rangkaian gerbong yang sambung-menyambung. Apakah PT Keretaapi akan menuai nasib serupa menjelang kesibukkan Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru 2002 ?

Suatu yang khas dalam setiap terjadi kecelakaan keretaapi adalah munculnya pertanyaan inti yang tidak pernah terjawab secara gamblang, “Apa penyebabnya ?” Kalau begitu, “Siapa yang salah ?” Ketidakjelasan ini lebih sering berakhir dengan pengkambinghitaman masinis, padahal kesalahan inti belum tentu pada pengendali handle itu.

Ada anekdot yang dapat menjawab pertanyaan itu secara pasti : General Electric sebagai produsen lokomotif tidak pernah melengkapi lokomotif dengan stang (setir, kemudi). Hal ini menyebabkan masinis mendapat kesulitan untuk membelokkan arah ketika bahaya menghadang di depannya.

“Ah, masa !” Mungkin itu sebagian komentar. Mereka yang lebih berfikir logis cukup mengungkapkannya dengan, “O-o ….”

Lokomotif memang tidak dilengkapi dengan kemudi sebagaimana layaknya kendaraan lain. Sebagai kendali arah adalah konstruksi roda baja yang khas sehingga sangat sulit untuk melenceng dari lintasan rel. Wesel merupakan faktor luar yang menentukan keretaapi harus melalui rel yang ditentukan.

Keadaan akan menjadi sangat membahayakan apabila lokomotif dilengkapi dengan stang. Keretaapi akan mudah keluar dari lintasan dan tabrakan antar keretaapi pun akan lebih marak.


Lokomotif dan Kelengkapannya

Lokomotif terbagi menjadi dua sisi, masinis berada di sisi kanan dan keretaapi melaju di lintasan kanan. Untuk menjalankan keretaapi dengan arah berlawanan lokomotif tidak perlu berputar haluan tetapi cukup dengan pindah kedudukan ke sisi yang lain. Kedua sisi sama sekali tidak dilengkapi dengan kemudi.

Di balik ketiadaan kemudi yang sebenarnya sangat menguntungkan, terdapat banyak peralatan dan perlengkapan administrasi yang dirancang pendahulu untuk keselamatan dan kelancaran ular besi itu.


Peralatan yang ada pada lokomotif antara lain :

1. R e m

Pada satu sisi lokomotif terdapat 3 (tiga) macam rem 2 buah rem angin, rem dynamic dan lokomotif merah masiih dilengkapi dengan sebuah rem tangan. Khusus yang terakhir sangat jarang digunakan, cara pengoperasiannya perlu pengalaman dan keahlian khusus.

2. Radio

Layaknya pada setiap lokomotif terdapat 2 radio duduk yang ada pada masing-masing handle. Radio SIMOCO ini merupakan alat komunikasi antara masinis dengan Pengatur Keretaapi (PK) yang suaranya dapat terdengan oleh masinis di lokomotif lain yang sedang melintas di daerah komunikasi yang sama. Namun, satu masinis dengan yang lain tidak dapat berkomunikasi secara langsung.

Pada setiap radio terdapat jam digital sehingga sebagai alat komunikasi, radiopun berperan sebagai penunjuk waktu.

Masinis yang membawa rangkaian eksekutif biasanya dilengkapi juga dengan handy talky (HT). Alat komunikasi bermerek MOTOROLLA ini hanya digunakan untuk berkomunikasi intern, antara masinis dengan Pimpinan Perjalanan Keretaapi (PPKA) yang ada di gerbong belakangnya.

3. Speedometer

Speedometer merupakan alat yang sangat vital keberadaannya di lokomotif. Hanya dengan alat pengukur kecepatan inilah masinis akan tahu secara pasti apakah keretaapi yang dikendalikannya melaju dalam batas-batas yang ditetapkan. Saat melintasi belokan, tanjakan atau lintasan tertentu ada batas maksimal. Bila ketentuan yang terdapat di Tabel Keretaapi (T-100) ini dilanggar dapat berakibat fatal seperti selip, anjlok dan lainnya.

Ketika sinyal menyala kuning, maksimal kecepatan yang dibolehkan hanya 20 km/jam untuk lokomotif dan KRD/KRL masih boleh melaju dengan kecepatan 40 km/jam. Sedangkan rambu darurat, sinyal merah dan segitiga putih menyala, hanya boleh dirambah dengan kecepatan tidak lebih dari 5 km/jam. Hal itu hanya tidak akan pernah dilanggar apabila di lokomotif terdapat speedometer yang normal.

Idealnya speedometer di-set oleh teknisi Dipo, sehingga apabila kecepatan keretaapi ekonomi melebihi 80 km/jam akan terdengar alarm. Demikian juga ketika jarum speedometer lokomotif yang membawa rangkaian eksekutif menyentuh angka 110.

Ada dua tipe speedometer yang biasanya terdapat di lokomotif, Speedometer dynamic bermerek HASLER dan PUSAKA yang digital. Pada kedua speedometer juga terdapat penunjuk waktu.

4. Dead Man Pedal

Dari namanya saja dapat diduga betapa fatal akibat yang ditimbulkan apabila peralatan ini diabaikan. Namun demikian, bentuknya tidak se-serem namanya. Imut-imut seperti anak kura-kura dan selalu bersembunyi di balik alas kaki masinis.

Masinis memang tidak boleh mengabaikan alat kecil ini, Kadaop I mengingatkan seperti tertulis pada pamflet, “Selama Dinas Keretaapi Dilarang Menon-aktifkan Dead Man Pedal !” Bila masinis melanggar maka akan sangat berat sanksinya, mulai peringatan keras, penurunan pangkat sampai pemecatan dari jabatan.

Idealnya Dead Man Pedal telah di-set oleh teknisi Dipo sepedikian rupa, sehingga apabila tidak diinjak atau terus menerus diinjak selama 60 detik misalnya akan terdengar alarm. Apabila kesalahan ini tidak digubris maka keretaapi akan berhenti dengan sendirinya. Dengan keberadaan alat ini, masinis harus tetap terjaga selama menjalankan tugasnya.

5. Handle

Untuk mengatur kecepatan dan kenyamanan perjalanan, gas, kopling dan gigi menyatu dalam satu handle. Pada setiap lokomotif terdapat dua handle yang terdapat di kedua sisi. Biasanya yang digunakan adalah handle kanan kecuali kalau ada kerusakan.

Hanya masinis yang boleh memegang kendali handdle. Tepat di depan tempat duduk masinis terpampang peringatan, “Masinis yang Baik tidak pernak Menyerahkan Handle kepada asisten Masinis !”

Ketika keretaapi masih benar-benar keretaapi, asisten masinis adalah juru api. Tugas mereka sekarang jauh lebih ringan, tidak lagi harus bergumul dengan abu dan terpanggang panas api.

6. Pemadam Kebakaran

Seperti halnya sarana lain yang rawan api, maka pada setiap lokomotif dilengkapi juga dengan alat pemadam kebakaran beserta petunjuk penggunaannya. Mainis pun sudah dibekali kealian menggunakan perlengkapan ini.

7. Administrasi dan Bentuk Tertulis

Bila dilihat dari segi kelengkapan maka mungkin tinggal keretaapi-lah warisan penjajah Belanda yang masih tulen kolonial. Berbagai hal yang dalam era sekarang “bisa diabaikan” masih tertera dalam format tertulis sehingga lokomotif penuh dengan administrasi yang menghendaki konsentrasi. Hal detail seperti itu merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkab kecelakaan keretaapi sangat langka di jaman penjajahan.

Kelengakapan administrasi dan peringatan yang ada di lokomotif antara lain :

a. Tabel Keretaapi (T-100)
Tabel Keretaapi merupakan tabel yang menunjukkan nomor keretaapi yang dibawa, stasiun yang dilalui ataupun harus didinggahi. Lengkap dengan waktu tempuh dari satu stasiun ke stasiun dalam hitungan menit. Kecepatan maksimum pada setiap lintasan juga tertera jelas. Tidak luput dari tabel ini adalah tempat harus bersilangan atau mendahului keretaapi lain.

b. Buku Riwayat Lokomotif
Seperti halnya sebuah biodata maka buku ini memuat kondisi dalam lokomotif seperti data pribadi, jenis dan nomor lokomotif. Ukuran tekanan bahan bakar, tekanan angin pada rem dan lain-lain turut melengkapi. Selain itu terdapat juga catatan tentang gangguan dan perbaikan yang pernah dialami.


c. Catatan Harian Masinis
Setiap masinis yang bertugas di lokomotif harus mencatatkan identitas diri, asisten masinis yang mendapingi, rangkaian keretaapi yang dibawa dan catatan lain tentang kondisi lokomotif.

Selain itu asisten masinis juga harus mencatat pada lembaran khusus waktu dan tempat mendahului atau disusul atau bersilangan dengan keretaapi lain sampai hal detail seperti sinyal-sinyal yang tidak aman yang dilalui.

d. Pada dinding lokomotif banyak terdapat peringatan dan petunjuk praktis yang sangat bermanfaat bagi masinis, seprti :
i. Himbauan Kasi traksi Daeraha Operasi III Cirebon :
1. Berdo’alah selalu sebelum Saudara menjalankan keretaapi/tugas
2. Jagalah selalu kebersihan kabin lokomotif Saudara. Kebersihan adalah sebagian dari iman.
3. Insan yang bijak selalu taat peraturan-peraturan yang berlaku.

ii. Peringatan dari Kepala daerah Operasi VI Yogyakarta :
Awas …!
Yakinkan semboyan 40 – 41 sebelum Keretaapi berangkat
iii. Peetunjuk praktis untuk masinis dari Kepala Daerah Operasi I Jakarta :
……….. 6) Apabila keretaapi terganggu/mogok, melalui radio segera lapor PPKA terdekat. Hubungi masinis keretaapi di depan dan belakang.

Masih banyak lagi catatan yang tidak boleh diabaikan. Namun dengan bagi oknum masinis hal ini sangat mengganggu sehingga tidak jarang yang menyobeknya ataupun mengubah isinya dengan kata-kata yang dikehendaki.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar