Selasa, 01 Juni 2010

FLU BURUNG DAN BURUNG PELUH

Kalau ditanyakan kepada sekumpulan orang tentang penyakit yang paling menakutkan mereka saat ini, tentu sebagian akan menjawab flu burung. Tetapi jangan sangka, ternyata tidak sedikit yang jauh lebih ketakutan kalau burung peluh yang menyerang.

Burung peluh bukan hanya berarti burung yang berkeringat kecapaian, tetapi bagi beberapa daerah artinya lebih parah dan sangat pribadi. Bahasa asingnya mah impoten alias tidak berdaya.

Impoten dan flu burung sekalipun dapat dikemas dalam judul di atas menjadi kaitan yang sangat mirip, sebenarnya merupakan dua hal yang sangat berbeda. Tetapi, jangan kaget kalau menurut pendapatku ternyata keduanya memang sangat dekat, dekat sekali kaitannya.

Soal flu burung yang jadi makanan harianku saat ini pun, aku tidak pernah mau bergiming dari pola pikir sendiri. Tahun sembilan puluhan, ketika wabah ini merebak di asia daratan, ada berita Indonesia mengimpor ribuan DOC (day old chicken) bibit ayam dari Thailand melalui pelabuhan udara Kota Medan. Waktu itu aku yang masih bertugas di BAPPEDA Kabupaten Tanah Datar, pernah berkomentar bahwa kegiatan itu sama dengan kita sedang berbaik hati membagi derita para korban di daratan Asia. Saking berjiwa sosialnya!

Selang beberapa tahun, ayam petelur pamanku di kampung, Desa Sumbon Kecamatan Kroya Kabupaten Indramayu diberitakan mati mendadak dengan ciri-ciri mengarah ke flu burung. Aku yang sudah pindah ke BAPEDA Kabupaten Indramayu tak dapat berkomentar banyak, apalagi menurut teman dari Dinas Pertanian dan Peternakan belum ada kejadian avian influenza pada unggas di Inonesia.

Tapi aku sama yakinnya dengan penduduk kampungku, bahwa flu burung sudah menyerang ayam-ayam itu. Dua tahun kemudian, pengumuman resmi adanya wabah flu burung pada unggas akhirnya ada juga dari Menteri Pertanian. Menurutku, sudah sangat terlambat.

Selain soal waktu, aku pun tidak sependapat dengan kebijakan pemerintah yang mengkambinghitamkan ayam kampung milik masyarakat sebagai penyebab merebaknya flu burung di Indonesia. Pemeliharaan ayam unggas di masyarakat kita memang sangat sederhana, untuk makan saja sering harus berkeliaran mencari sendiri. Dengan kandang masih sederhana atau bahkan cukup tidur di pepohonan.

Saat aku alih tugas ke Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, kebetulan pada posisi yang paling dekat dengan flu burung, tim kami bukan hanya aktif menjalankan program pemerintah dengan obyek utama ayam kampung milik masyarakat tetapi juga merambah ke broiler yang dipelihara dengan lebih baik. Tidak meleset anggapanku selama ini, setelah banyak diskusi dengan masyarakat pemelihara dan juga Technical Service dari perusahaan inti maka terkuaklah berbagai informasi yang selama ini sangat dirahasiakan dan bagaimana mereka menutup rapat informasi itu.

Kematian broiler sudah sejak tahun 2002 terjadi, tetapi begitu ada kematian dengan gejala mengarah ke flu burung maka pihak perusahaan melarang peternak membuang bangkainya sembarangan atau bahkan menjual bangkai ke peternak lele, apalagi menjual ayam yang sakit ataupun sehat untuk dikonsumsi masyarakat sekitar. Perusahaan akan menanggung kerugian yang diderita, kecuali untuk upah tenaga kerja.

Tetapi yang namanya masyarakat awam, tumpukan ayam yang mati akan membuat kerepotan baru apabila dikubur. Mengali lubang besar bukan biaya yang murah. Dibuang ke kali adalah salah satu alternatif paling mudah dan murah, dijual ke peternak lele yang sudah menunggu di pinggir kandang tentu lebih menguntungkan !

Tidak berapa lama, penyakit yang sangat mudah menular pun berjangkit menjadi wabah bagi ayam kampung dan beberapa jenis unggas yang dipeliharan masyarakat. Mungkin karena sangat percaya dengan sistem sanitasi dan kesehatan hewan di peternakan besar, maka pemerintah begitu saja memvonis bahwa unggas masyarakat ini sebagai kambing hitam wabah flu burung di Indonesia.

Setelah hampir lima tahun penanganan flu burung pada unggas terus dilaksanakan tanpa penyelesaian yang pasti, barulah pada akhirnya kecurigaan terhadap peternak besar diakui. Unggas milik masyarakat kecil yang selama ini naik kelas menjadi kambing hitam dan jutaan diantaranya harus dikurbankan tidak pada “Hari Raya Qurban dan Hari Tasyrik”.

Belum terlambat untuk mengubah keputusan.... Daripada terus menerus bertindak dalam kesalahan.

Soal penularan flu burung dari unggas kepada manusia yang membuat Menteri Kesehatan dan jajarannya ngotot membumihanguskan unggas, secara pribadi aku menolak. Bahkan sampai sekarang pun aku tetap tidak percaya datang dari unggas yang dipelihara masyarakat. Kalau ada kasus kematian manusia, aku selalu melihat ada kejanggalan yang lebih sering cukup disimpan dalam hati. Namun tentu aku sangat menghargai pendapat itu, bahkan menjalankan kebijakan yang ditempuh pemerintah.

Pertengahan Januari 2006, pemusnahan massal (stamping out) unggas yang ada di dua blok di Desa Cipedang Kecamatan Bongas Kabupaten Indramayu harus terjadi. Ribuan unggas yang terdiri dari ayam kampung, itik, entog, angsa dan burung disembelih sebelum akhirnya masuk ke dalam lubang untuk dibumihanguskan. Aku adalah salah satu penanggung-dosa dari kegiatan yang menunjukkan ke-impotenan bangsa merdeka ini dalam menghadapi tekanan pihak luar.

Perwakilan badan dunia datang, WHO dan FAO, bahkan NAMRU yang pernah bersitegang dengan Ibu Menteri Kesehatan juga. Apa yang dilakukan mereka ?

Aku merasa benar-benar impoten ketika dapat telepon dari rekan di luar Jawa tentang kebenaran bahwa kucing dari Indramayu ada yang mengindap H5N1. Barulah ingat, bahwa staf NAMRU itu ketika di Bongas menangkap kucing dan mengambil darahnya.

Soal NAMRU ini, jangankan orang kecil kaya aku, Bu Menteri Kesehatan pun sebenarnya hanya menunjukkan ke-impotenannya ketika gembar-gembor soal sample darah penderita flu burung dari Indonesia yang harus menjadi milik kita. Buktinya, sekarang beberapa produsen vaksin flu burung yang sesuai dengan strain di Indonesia sudah siap beredar. Salah satu diantaranya, bahkan mau memberi ribuan sample secara gratis.

Percaya kan, kalau flu burung dengan burung peluh ternyata sangat dekat?

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar