Selasa, 01 Juni 2010

KING GRASS ALIAS RUMPUT RAJA

Dua dekade lebih masa itu berlalu. Tetapi kenangan tinggal serta diskusi banyak tentang rumput dan peternakan bersama bule Australia (Christopher Gardener) selama lebih dari 9 bulan di JASTRU (Jonggol Animal Science and Research Unit) tetap terkenang. Lahan bergunung seluas 369 Ha yang semula tandus itu menghampar begitu hijau dan terlalu indah untuk dilupakan. Sebagian hasil riset disana saya tuangkan di sini ....


Salah satu daya tarik untuk dibudidayakan adalah produksinya yang tinggi. Rumput yang berproduksi tinggi atau rumput unggul telah banyak dienal masyarakat. Salah satu diantaranya rumput raja atau yang lebih dikenal dengan sebutan King grass, suatu jenis rumput unggul yang diintroduksikan ke Indonesia menyusul rumput gajah cv Hawaii dan cv Afrika yang telah masuk terlebih dahulu.

Sepintas, secara visual hampir tidak ada perbedaan antara ketiga jenis rumput yang tumbuh tegak seperti tebu atau kaso tersebut. Salah satu cara yang mudah untuk membedakannya ketiganya mudah saja, ambil daunnya dan amati. Rumput raja daunnya dipenuhi bulu, sedangkan rumput gajah cv Hawaii hanya terdapat pada bagian tepi daun dan tidak terdapat bulu pada rumput gajah cv Afrika.


Produksi Bahan Segar
Penelitian yang dilakukan oleh BPT Ciawi pernah membuat tercengang beberapa pakar hijauan dari Australia,sehingga mengatakan “It’s Impossible!’. Adalah terlalu berat untuk memvonis tidak mungkin hasil penelitian orang lain bagi penulis, walaupun penulis sendiri sebenarnya ragu-ragu untuk membenarkan 100%. Hal ini berhubung ada dua sumber yang dihasilkan oleh orang yang sama, dilokasi yang sama dengan produksi yang sama tetapi dengan jarak tanam dosis pemupukannya berbeda!.

Bisa pembaca bandingkan brosur “Apa itu KING GRASS?”” dengan produksi hijauan dan nilai nutrisi tiga jenis rumput pannisetum dengan sistem potong angkut “ yang dimuat di proceedings seminar ruminansia besar, keduanya dikeluarkan BPT Ciawi. Dapat dilihat dibrosur tersebut jarak tanamnya 100x100 cm, sedangkan pada procinding 50x50 cm. Pupuk yang digunakan kalau di proceending tercantum 30 ton pupuk kandang, 900 kg urea, 450 kg KCl dan 450 kg TSP per ha per tahun, maka di brosur tertulis 10 ton pupuk kandang, 50 kg TSP dan 50 kg KCl per ha yang diberikan tiga kali panen sekali dan pupuk urea sebanyak 50 kg per ha diberikan setiap habis panen dan ketika tanaman berumur dua minggu.

Apabila dihitung matematis, maka kebutuhan per tahun yang tercantum di brosur adalah :
Misalkan dalam setahun 9 kali panen (interval devoliasi 6 minggu).
Maka akan diberikan pupuk kandang, TSP dan KCl sebanyak 9:3=3 kali.
Jadi sebanyak :
Pupuk kandang : 3x10 ton/ha = 30 ton/ha/tahun.
TSP : 3x50 kg/ha = 150 kg/ha/tahun.
KCL : 3x50 kg/ha = 150 kg/ha/tahun.
Sedangkan pupuk urea yang diperlukan selama setahun sebanyak :
(*1+9)50 kg/ha = 500 kg/ha/tahun. *) 1 diperoleh dari pemberian pupuk urea pada saat rumput raja berumur dua minggu.

Jadi, kecuali pupuk kandang maka ketiga jenis pupuk yang lain lebih randah dosisnya dari pada yang tertulis di proceedings. Perlu dipertimbangkan juga adalah interval pemotongan, dalam setahun bisa saja 9 kali, (365:7):6 = kurang lebih 9. Tetapi apakah tidak terdapat perbedaan antara musim hujan dan kemarau? Biasanya musim kemarau lebih lama.

Alasan penulis keberatan setuju dengan “ Its imposibble”-nya ilmuwan dari Negri Kanguru adalah mungkin kalau di brosur hanya merupakan anjuran pada masyarakat sedangkan yang tertera di proceeding ‘asli’ sesuai dengan penelitian. Hal yang penting lagi adalah bahwa rumput raja merupakan rumput unggul yang kemungkinan mempunyai potensi genetik tinggi. Sehingga mungkin saja dapat berproduksi sangat tinggi apabila ditanam dilahan yang sesuia, misalnya pada lahan-lahan dengan kesuburan tinggi yang diimbangi dengan pemupukan yang sesuai.

Mungkin pembaca dapat mem -perbandingkan nya dengan ayam broiler. Ayam yang dapat mencapai berat 2 kg dalam waktu 2 bulan ini hanya dapat mencapai beberapa ratu gram saja apabila dibiarkan berkeliaran seperi ayam kampung (ekstensif) selama 2 bulan jadi perlu lingkungan yang sesuai untuk berkembang individu.
Lebih jelasnya mari kita bandingkan dengan hasil penelitian pada ilmuan dilokasi yang beda. (tabel)

Penulis sendiri mendapatkan produksi bahan segar rumput raja yang sangat bervariasi tergantung perlakuan pemupukan dan periode pemupukannya (gambar). Penelitian ini dilakukan dilahan marginal, sehingga kemungkinan produksinya akan lebih tinggi apabila digunakan lahan yang subur.

Terlihat bahwa makin tinggi dosis pupuk kandang yang diberikan (dosis KO
Umur juga berpengaruh terhadap produksi bahan segar, makin tua produksi bahan segarnya makin tinggi. Tetapi perlu diingat bahwa makin tua serat kasarnya makin tinggi. Pada tabel 1 misalny, BPT Ciawi, Natarajan et al. dan Muthuswami et al. masing-masing dengan interval devoliasi 6 minggu, 20 hari dan 40 hari.

Jadi produksi rumput raja sangat tergantung pada kondisi lahan tempat tumbuhnya. Sehingga penulis sarankan untuk budidaya rumput raja bukan hanya diberikan pupuk anorganik (urea, TSP dan KCl) tetapi perlu diberikan pupuk organik (pupuk kandang). Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar