Jumat, 12 Februari 2010

KISRUHNYA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN INDRAMAYU

.... ini opini pribadi hampir satu dasa warsa yang lalu ....


Dermayon belum lama ini memberitakan bahwa mutu pendidikan di Indramayu ada di urutan terakhir. Sebuah harian dengan telak mencaci penentu SDM Jawa Barat sebagai paling buncit diantara propinsi lain, termasuk yang sepintas terbelakang sekalipun. Kalau demikian, sudah bisa ditebak dimana kira-kira posisi kambang-kampulnya mutu pendidikan Indramayu diantara kabupaten/kota sehamparan pulau-pulau negeri gemah ripah-repeh loh jinawi ini.

Kondisi seperti ini sebenarnya bukan hal baru tetapi merupakan warisan leluhur ketika pendidikan masih berada dalam pengelolaan instansi Pemda Dinas P & K dan Kandepdiknas sebagai unsur vertikal. Ketika sampai pada waktunya, bom waktu itu pada akhirnya meledak. Kepemimpinan terakhir adalah kambing hitam yang dianggap membuat kualitas pendidikan burak-santak.

Banyak kalangan, termasuk sebagian anggota DPRD dengan suara lantang melalui corong pers menghendaki Agus Kurnia sebagai bagian dari Kabinet Yance ditinjau kembali keberhasilan kepemimpinannya. Ironisnya hal ini lebih dititikberatkan karena beliau berkarir bukan dari unsur pendidikan. Dengan kata lain, Agus Kurnia adalah orang drop-an, pendatang baru yang tidak pernah tahu menahu masalah yang diurusinya.

Posisi Agus Kurnia benar-benar di ujung tanduk, dua tanduk tajam siap mencongkelnya. Sungu bekas unsur vertikal yang sekarang bercokol di bawahnya dan tanduk sesama unsur Pemda yang merasa tidak puas laju karirnya.

Tidak heran kalau akhirnya kondisi pendidikan yang selama ini sebatas tiarap akhirnya diperparah oleh tidak jalannya organisasi sebagaimana yang diharapkan.

Sebagai salah satu contoh adalah masalah kenaikan pangkat. Para pegawai Dinas P & K yang periode kenaikan pangkatnya Oktober 2001 ternyata sampai sekarang belum menerima SK baru. Di masa sebelum otonomi diberlakukan, jalurnya jauh lebih berbelit namun satu bulan sebelum TMT pegawai Depdiknas sudah menerima SK itu. Hal ini tentu saja sangat mencemaskan, terutama mereka yang biasa berurusan dengan kinerja Depdiknas yang saat itu relatif lebih solid daripada departemen lain.

Bila tida diantisipasi maka keterlambatan serupa akan pula dialami oleh pegawai yang kenaikan pangkatnya periode April 2002. Ironisnya hal ini terjadi karena unsur yang mengurus di tubuh Dinas P & K tidak saling tahu.

Berdasarkan salah satu surat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu tahun 2001 yang ditandatangani Wakil a.n. Kepala, maka batas akhir penyerahan berkas-berkas kenaikan pangkat paling lambat tanggal 20 Oktober 2001. Namun ketika berkas-berkas dimaksud sampai kepada petugas yang mengurusi hal itu “Kepegawaian Umum” ternyata ditolak mentah-mentah.

Alasan yang yang disampaikan cukup masuk akal, “Dulu jalurnya masih panjang, sekarang Cuma sebatas kabupaten saja.” Tetapi ketika didesak lebih jauh lagi maka muncul umpatan, “Mereka bikin surat tidak koordinasi dulu dengan saya !”

Sepintas hal terakhir ini menggelikan, tetapi sebenarnya memberi gambaran bahwa kuku-kuku kubu-kubu yang berkuasa masih sangat kuat.

Dari depan SMU ! Sindang setiap hari masih dapat dilihat bahwa diantara puluhan pegawai yang keluar-masuk Dinas P & K terseliwer seragam abu-abu, identitas kebanggaan instansi vertikal yang merekrutnya.

Kalau Shakespeare masih hidup, mungkin dia akan melanjutkan amanatnya, “Apa arti sebuah pakaian.” Namun demikian, telah sekian lama warna pakaian telah ampuh menggalang kebersamaan dan kekompakan, sekaligus kesederhanaan.

Kebersamaan Dinas P & K pernah diuji ketika Kepala Dinasnya harus memaparkan Rencana Strategis di hadapan forum tingkat kabupaten. Agus Kurnia yang relatif lebih baik dalam penyampaian materi dan penguasaan bahan daripada Kepala Dinas/instansi yang lebih dahulu tampil ternyata harus terganjal. Transparan yang ditampilkan jauh dari mendukung. Agara seiring dengan yang dibicarakan maka tampilan di layar harus diseleksi.

Ketidaksiapan dalam acara yang sangat penting itu menunjukkan adanya ketidakselarasan pemikiran antara Kepala Dinas dengan Kaur PRK yang sangat bertanggungjawab terhadap persiapan ekspose itu.

Apalagi secara kasat mata semua yang hadir disa menebak adanya ketidakserasian itu sebelumnya. Kaur PRK dengan sangat mencolok tampil dalam seragam kebesarannya diantara lautan warna khaki. Bila dipikir lebih jauh, mengganti warna baju saja tidak mau apalagi menyelaraskan pikiran dengan institusi baru bernama Pemda Kabupaten Indramayu. Padahal Kaur PRK merupakan posisi strategis yang menjadi kunci keberhasilan program-progran kependidikan di tanah mangga cengkir ini, agar generasi mudanya tidak hanya hidup dengan mangga cengir !


Tubuh dalam Badan

Adalah kebijakan yang relatif tepat ketika menggabungkan dua instansi yang masing-masing berfanatisme tinggi diambil pemimpin dari unsur lain. Hal ini dimaksudkan agar sang pemimpin baru diharapkan selain dapat berfungsi sebagai pengayom tetapi juga menjadi perekat diantara keduanya. Namun hal ini sungguh merupakan hal yang sangat tidak mudah. Ketidaktepatan dalam mengambil langkah menjauhkan harapan, bahkan sangat memungkinkan munculnya kubu baru.

Sepertinya hal terakhir ini yang terjadi di Dinas P & K sekarang. Dari dua kubu yang semula berebut posisi empuk dan saling curiga, Dinas P & K lama dan Kandepdiknas, sekarang muncul kubu yang dihengkangkan oleh keduanya yaitu orang luar tepatnya Pemda (sekalipun keduanya sekarang berstatus Pegawai pemda).

Kalau tiga tubuh yang menganggap dirinya mandiri berada dalam satu badan maka semulus-mulusnya dan sejelas-jelasnya jalan yang akan dilalui maka hanya akan mencang-mencong bahkan nyelonong ke jurang. Masih untuk kalau bisa berjalan … sekalipun harus terseak-seok.

Bagaimana Si Tommy bisa bekerja dengan baik bila otaknya berpikir cepat seperti Einstein sementara gerak tangannya gemulai seperti Ni Ketut menarikan tari Bali, sedangkan kondisi badannya rapuh tak bertenaga.

Sebagai gambaran, diperlukan kerja keras dan teknik tertentu agar ide dan pemikiran brilian John Hopkins yang sudah tidak bisa labi bicara tersampaikan dari atas kursi roda yang selalu setia menemaninya.

Demikian juga dengan upaya menyelamatkan Dinas P & K yang merupakan kunci kualitas SDM Kabupaten Indramayu, diperlukan seni kepemimpinan yang bukan hanya bisa mengayomo tetapi juga mempersatukan kedua kubu yang berseberangan. Bukan malah mendorong munculnya blok baru yang akan memperparah suasana.


Penutup

Kepada inti semua kubu dan siapapun yang akhirnya menjadi orang nomor satu di Dinas P & K Kabupaten Indramayu, sebetik pesan Benyamin Franklin layak disimak.

“Jika tuan berdebat, bertengkar dan berbantah, barangkali sekali-sekali tuan mencapai juga kemenangan. Akan tetapi itu hanya kemenangan khayal belaka. Kemenangan tipuan, sebab tuan tidak menarik kerelaan hati lawan tuan.”

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar