Jumat, 12 Februari 2010

MATA KULIAH KHUSUS : AYAM KAMPUS

.... sewindu lalu, masih sangat di-tabu-kan, eh malah jadi tabuh yang diikuti oleh yang lain ....



“Punya kaset ?”
“Ada. Mahasiswa.”

Dua butir kata itu terucap lepas dari dua orangtua atau lebih tepat disebut kakek-kakek sebelum suatu acara tahlilan dimulai.

Ahmad dan Nanda yang menjadi bintang utama dalam VCD dimaksud Sang Kakek merupakan pendatang baru yang langsung melejit menembus populeritas bintang kawakan sekalipun. Penggemarnya tidak terbatas pada kalangan ABG atau seusianya, kakek-nenek pun tidak jarang memutar berulangkali aksi di depan kameranya. Walaupun selalu disertai dengan satu catatan khusus : Para cucu tidak boleh tahu !

Kedua insan kampus yang tehempas badai cinta dan tenggelam dalam lautan asmara menjadi buah bibir yang sebenarnya. Bibir-bibir yang bergetar membicarakannya. Bibir-bibir mencibir sinis mengomentari adegan yang dijalankan. Bibir-bibir yang berteriak lantang mencaci maki mereka, “Memalukan !” Bibir-bibir yang berbisik, “Punya Itenas, nggak ?”

Ahmad dan Nanda tiba-tiba menjadi dosen terbang Universitas Tanpa Batas untuk mata kuliah khusus : Ayam Kampus.

Sebagaimana biasa, cacian dan makian sudah pasti dilontarkan kepada mereka yang sedang tertimpa bencana. Tidak lagi tampak sisi baik yang telah mereka bentuk sepanjang umur. Semua hancur berantakan dan musnah diterpa hujan hujatan yang tiada kenal ampun.

Cari-mencari kambing hitam dan berlanjut ke acara mayoran sudah menjadi bagian dari keseharian. Ahmad dan Nanda pun disate beramai-ramai .…

Gigi masyarakat sudah tidak gemercit lagi menyaksikan daging keduanya disayat hidup-hidup. Bahkan ketika sebilah belati menelusuri usus dua belas jari, sebelum akhirnya bersarang di hati.

Sebenarnya, di balik aksi sate habis kedua kambing hitam kampus itu ada satu pesan terselubung, “Sudahkah kita dengar suara hati kita sendiri ?” Jangan-jangan baru pandai menjadi “juri”. Penilai kinerja orang lain yang tidak pernah tahu sama sekali kelakuan sendiri.

Masyarakat penilai, begitu gelar yang tepat diberikan. Pintar berkoar bahwa kelakuan mereka sangat kurang ajar. Pandai menilai mereka sebagai intelektual muda keparat dan masuk dalam kategori membahayakan kelangsungan hidup generasi penerus bangsa. Lihai menunjukkan kalau mereka berdua tidak lain adalah binatang jalang yang tidak layak hidup di negeri beradab.

Namun sebelum itu, agar penilaian benar-benar akurat maka harus tahu lebih dahulu aksi kedua ayam kampus secara detail. Kalau belum pernah menonton, bagaimana bisa komentar ….

Masyarakat tidak pernah mengambil makna dari ketelanjangan mereka berdua sebagai simbol bahwa masyarakat pun seharusnya telanjang. Bukan hanya bisa dengan mata telanjang menelanjangi mereka yang sudah telanjang dalam peran telanjangnya, tetapi sudah saatnya bisa menelanjangi kemunafikan yang selama ini sering diubah menjadi senjata untuk menelanjangi pihak lain.

Diperlukan dada terbuka lebar dan ketelanjangan hati yang dalam untuk bisa merasakan penderitaan Ahmad dan Nanda yang sekarang sedang didera bencana, menjadi adonan akibat tubrukan dua muatan yang saling bertentangan. Satu kutub mencaci-maki dan kutub yang lain sangat menikmati ! Pada satu individu.

Dipoyok dilebok, kata urang Sunda.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar