Senin, 10 Mei 2010

DEMO

Demo, demo, semua harus diselesaikan dengan aksi massa. Benarkah ?

Setelah aksi mahasiswa dengan aksi demo-demonya yang tanpa diduga sebelumnya dapat menggulingkan pemerintah Orde Baru yang bercokol begitu lama dan tertata secara profesional maka seperti biasa kita jadi latah, seakan-akan segala sesuatu harus diselesaikan dengan yang namanya aksi masa, demo. Demonstrasi menjadi kunci sukses dari segala upaya.
Tidak ketinggalan para sopir AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) jurusan Padang Batusangkar yang beberapa minggu yang lalu juga menggelar unjuk gigi. Mulai dari mogok mengangkut penumpang yang notabene menjadi sumber hidup dari mereka sendiri, aksi yang agak seram (Menjadi lebih ngeri karena dibesar-besarkan oleh yang mengucapkan) terhadap partner bisnis yang untuk sementara dianggap musuh sampai pamer poster yang isinya tidak pantas sama sekali dibaca siapapun apalagi bapak-bapak yang notabene sedang diminta fungsi perlindungan oleh mereka.
Semua pembaca pasti tahu, masalah yang jadi momok adalah adanya bus ANS yang melayani trayek Padang-Batusangkar. Padahal bagi sebagian pembaca, yang sebagian besar tidak lain adalah konsumen AKDP tersebut, kehadiran ANS justru bak Dewa Penolong dari segala kelebihan yang selama ini ada dalam pelayanan YANTI, APB dan SOVIA. Yaitu kelebihan penumpang sehingga berjejal-jejal bak pindah hidup karena masih berkeringat, kelebihan waktu untuk menempuh dua kota yang jaraknya cuma 110 km, kelebihan perlakuan, mulai dari para calo yang merajai terminal sampai oknum awak bus yang kadang-kadang lupa mengontrol ucapan saat meminta ongkos ataupun dengan penuh kuasa menurunkan penumpang yang tiba-tiba harus menjadi tidak berdaya ditengah jalan karena cuma numpang sampai Padangpanjang karena banyak penumpang ke Padang banyak yang belum terangkut misalnya, dan beberapa kelebihan lain yang selama ini menjadi rahasia antara penumpang saja karena tidak ada alternatif lain kecuali tetap menjadi penumpang!
Kelebihan-kelebihan inilah menjadi bahan-bahan celotehan yang banyak dibicarakan sekalipun ada juga yang mendukung aksi mereka karena katanya Batusangkar belum siap menerima oto gadang. Supir-supir jurusan lain, Bukitinggi-Batusangkar misalnya tidak semua setuju aksi mereka. Ada yang menganggap merugikan diri sendiri karena dengan mogok otomastis pemasukan uang untuk dapur juga macet, ada yang menuduh mereka sebagai biang keladi perpecahan persahabatan atau bahkan persahabatan antar awak angkutan disamping ada juga menganggap aksi mereka sangat positif untuk kehidupan di kota Batusangkar yang mereka anggap terlalu dini memasuki perusahaan bus bonafide.
Adapun tanggapan yang ada dan dari siapapun datangnya serta bagaimanapun akibatnya baik terhadap penumpang langganan ataupun pengusaha beserta awak busnya, yang jelas, penikmat untung besardari seminggu mogoknya AKDP Batusangkar – Padang adalah siapa lagi kalau bukan pengusaha travel yang kebanjiran pemesan.
Dari poster yang masih pantas dibaca, misalnya KAMI BELUM SIAP BERSAING, sesungguhnya harus dibaca lagi oleh para demonstrasi itu sendiri. Terus bertanya lahi-lagi bertanya pada diri sendiri,”Kapan bis a bersaing?” Tetapi sebelum menjawab coba berfikir dulu. ”Sejak kapan sich kamu belum siap bersaing?” Tentu saja sudah terlalu lama dan masih sangat lama untuk bisa bersaing serta tidak akan mampu untuk berival. Karena selama ini tidak ada upaya untuk berbenah diri. Dari hari ke hari, dari minggu ke minggu bahkan dari tahun ketahun pelayanan seperti itu-itu juga. Penumpang itu, penumpang yang sekedar menumpang, penguasanya adalah yang menjalankan bus, para awak bus yang tentu saja dibawah kendali pemiliknya.
Jadi, penumpang sebagai orang yang cuma nebeng harus pasrah dan tunduk pada aturan mereka. Suatu konsep pemasaran yang sangat lama sudah harus ditinggalkan karena sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Konsumen adalah Raja, pepatah yang belaku sekarang. Bukan pengusaha yang raja. Sekaya-kayanya seorang pengusaha dia adalah seorang hamba, yang mengumpulkan sekeping demi sekeping pemberian dari sng majikannya bukan pengusaha itu sendiri tetapi Sang Raja, sedangkan Sang Raja itu adalah konsumen dalam konteks ini adalah penumpang yang sudah seharusnyalah mendapat pelayanan layaknya sebagai seorang raja setidaknya pelayanan yang patut bagi orang yang turut memberikan kehidupan bagi nyala api dapur pemilik angkutan.
Terlalu lamanya bercokol menguasi pelayanan penumpang Batusangkar-Padang menyebabkan pengusaha dan awak bus terlena, lalai mendudukkan penumpang sebagai orang yang penting bagi mereka. Sehingga pelayanan jadi sangat memprihatinkan YANTI menjadi angkutan YA N TIdak (baca: Ya end Tidak) alias ya klo mau numpang dan tidak perlu naik kalau tidak mau alias tidak ada pilihan lain di APB penumpangpun sikut kanan sikut kiri, berjejel-jejel mencari celah dibawah ketiak tetengga seperti dalam Angkutan Petai dan Bengkuang dan perjalanan seratus kilo meter lebih menjadi perjalanan yang memakan waktu lama, jauh dari janji-janji calo dan awak bus akan secepatnya pergi dan cepat mencapai tujuan SOVIA (Baca: SOk VIA (lewat) tol.
Nah, kalau sudah demikian parah pelayanan yang diberikan apa tidak salah mengapa mereka berdemo yang katanya menuntut keadilan? Sebab yang seharusnya berdemonstrasi adalah para penumpang yang selama ini manut terus dengan perlakuan awak bus. Apakah para pengusaha dan awak bus tidak pernah berfikir bakal didemo penumpang yang merasa tidak mendapat pelayanan yang layak senilai dengan uang yang mereka bayarkan?.
Di akhir tulisan ini, tak ada salahnya kita petik beberapa hikmah dari masuknya ANS ke kota Budaya, antara lain membangun para pengusaha dan awak bus yang telah terlalu lama terlelap dalam tidur panajng dalam melayani penumpang serta membuka mata penumpang itu sendiri akan pentingnya nilai uang yang harus dibayar awak bus dengan waktu tempuh dan kenyamanan sekalipun uang tidak selalu dapat membeli semu itu. Yang lebih penting adalah membuka jalinan promosi kota kita ke luar daerah yang akan sangat mudah di lakukan ANS via cetak karcis misalnya, bahwa Sumatera ada kota Batusangkar. Karena sekalipun pusat Kerajaan Minangkabau berpusat disini, jarang yang tahu kecuali pusat Kerajaan Minangkabau ya....di Pagaruyung yang ada di Ranah Minang di Provinsi Sumatra Barat sekarang.
Tidak lupa ada ajakan untuk para pengusaha dan awaknya mari berbenah diri. Kapan lagi, sebab bila tidak akan mengahadapi tantangan zaman yang makin menggelebu jangankan bersaing dengan yang lebih dahulu memasuki pasar luas seperti ANS misalnya, bila terus menerus jalan ditemapat akan sangat beruntung kalau cuma ditinggalkan teman tanpa terinjak-injak. Dan demo bukanlah selalu menjadi cara yang baik untuk mencapai tujuan. Apalagi disrtai dengan poster-poster yang nadanya menjatuhkan martabat orang yang mau diminta bantuannya coba kita renungkan bersama, bagaimana kalau anak kita minta dibelikan speaker tapi dia maki-maki kita dulu sebelumnya. Kira-kira kita mau kasih uang? Jangan-jangan malah dengan speaker itu ia makin galak mencaci maki.
Lantas bagaimana caranya? Layani penumang dengan sebaik-baiknya. Manfaatkan potensi yang ada, jalan Padang-Batusangkar yang berkelok dan sempit misalnya. Bukankah jalan yang demikian menguntungkan AKDP untuk berlenggak-lenggok memamerkan kelincahan tubuh mungilnya? Dengan demikian waktu tempuhpun akan menjadi lebih pendek. Suatu keunggulan tersendiri. Bukankah masyarakat sekarang makin menyadari pentingnya ketepatan waktu? Asalkan jangan sampai keunggulan ini dinodai sendiri dengan menambah waktu untuk ngatem dan maju mundur di terminal misalnya.
Kehadiran ANS bukanlah monster yang siap menerkap AKDP tetapi mitra berusaha yang sangat baik. ANS memang datang dengan banyak keunggulan tetapi bukan berarti tanpa kelemahan, sama seperti AKDP yang tidak selalu penuh kekurangan. AKDP dan ANS bisa saling melengkapi. Penumpang yang ingin santai diperjalanan bisa pilih ANS namun kalau memburu waktu AKDP bisa jadi pilihan untuk mengejarnya.
Semua tergantung kepada pengusaha dan awak bus AKDP sendiri. Yang jelas, sebagai penumpang, kami tidak akan meninggalkan kamu kalau kamu tidak meningalkan kami. Selamat berbenah dan semoga sukses!

Tulisan ini dibuat sebagai bukti rasa persaudaraan penulis terhadap saudara-saudara kami pengusaha awak bus di Ranah Minang, dimana kita harus saling mengingatkan karena pada dasarnya kita saling membutuhkan. Kalau ada saran dan sumbang yang menyengat mohon maaf dengan penuh rasa hormat.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar