Kamis, 27 Mei 2010

NIKMATNYA PETAI

Bau hangseur petai memang sudah dari sononya. Bahkan begitu baunya melintas di ujung hidung, nikmat petai sudah terasa di sudut bibir. Bau khas ini sudah ada sebelum nenek moyang manusia menjadi penggemarnya.
Bau tajam petai memang bukan hanya sebatas urusan mulut. Sisa terakhirnya pun harus dibuang dengan hati-hati. Apalagi kalau di tempat umum atau sedang bertandang di rumah orang. Bisa membuat repot tuan rumah.
“Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.” Adegium lama yang sangat dipatuhi penggemar petai. Walaupun sikap seperti itu kadang-kadang menjadi bumerang yang dapat memalukan diri sendiri.
Namun demikian penggemar petai tidak berkurang karena termakan zaman, malah terus berkembang. Padahal pergaulan sekarang berbanding terbalik dengan bau pesing itu. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk meredam bom bau yang ditimbulkan sementara kenikmatan petai tetap dirasakan.
Dengan rekayasa genetika mungkin suatu saat bisa tercipta petai dengan bau yang lebih dikehendaki. Tapi akan sangat mahal dan masih perlu menunggu waktu. Atau mungkin juga akan mengurangi cita rasa yang menjadi makna dasar petai itu sendiri. Petai tanpa bau adalah bukan petai, hanya serupa.
Sambil menunggu teknologi terapan itu mencapai sasaran, maka untuk menikmati petai dengan bau yang agak berkurang dapat ditempuh dengan berbagai cara, baik sebelum petai dikonsumsi maupun sesudah remah di dalam perut.

Untuk mengurangi ketajaman bau petai dengan sedikit mungkin mengurangi daya tarik selera maka dapat dilakukan beberapa cara seperti :

a. Petai Bakar
Petai segar dibakar secara langsung di perapian sampai timbul gelembung kecil bagian luar kulitnya dan terbakar. Bau tajamnya semakin berkurang dengan menghitamnya kulit petai. Hati-hati saja, kalau kelewat hitam bisa menjadi arang.

b. Petai Panggang
Untuk menghindari terlalu matangnya petai maka dapat dilakukan dengan memanggang baik dengan cara seperti membakar sate ataupun mmenaruhnya di atas seng tanpa diberi minyak seperti mensangrai. Selain menghindarkan hangusnya petai, cara sederhana dengan cara kedua ini menghasilkan petai yang lebih renyah.

c. Petai Goreng
Masyarakat Sumatera Barat biasa menggoreng petai berkulit yang telah dipotong-potong dan menuanginya dengan tumbukan cabai keriting. Jadilah sambal bumbu petai yang sangat lezat. Apalagi bila ditaburi dengan ikan bilih yang sudah dikeringkan, atau setidaknya ikan teri yang tidak asin.
Untuk menjadikannya sebagai teman sambal maka sebelum digoreng dikupas dulu kulitnya. Selain tidak terlalu mengubah cita rasa, baunya pun relatif berkurang dengan sedikit resiko kegosongan. Kematangan petainya pun dapat disesuaikan dengan selera.

d. Petai Kukus
Cara ini merupakan metode pengurangan bau petai yang paling sering dilakukan di Pulau Jawa, termasuk di Jawa Barat yang dikenal doyan mentahan. Pengukusan bukan hanya mengurangi bau hangseur tetapi juga menghilangkan rasa renyah. Petai kukusan melepes. Tapi kalau anda suka, apa salahnya.

Bagi sebagian orang, keempat perlakuan seperti di atas akan dapat mengganggu selera. Petai segar memang sangat menggoda walalupun baunya sering tidak dapat dihindarkan. Bahkan setelah petai dikukus, dibakar ataupun digoreng maka problema belumlah berakhir, bahkan merupakan awal dari permasalahan bau selanjutnya.
Ada beberapa cara agar problema bau ini dapat dikurangi, baik efeknya yang langsung terasa sebagai bau mulut ataupun kelanjutannya yang berhubungan dengan kamar kecil, yaitu dengan mengkonsumsi atau hanya mengunyah bahan makanan lain yang sudah akrab di sekitar kita seperti :

a. Teh
Teh dapat mengurangi bau yang ditinggalkan petai. Dapat sebagai seduhan kental setelah mengkonsumsi petai atau hanya menguyahnya mentah-mentah seperti sirih. Rasa pahit yang ditimbulkan sebanding dengan bau mulut yang kembali segar dan berkurangnya bau yang mengganggu kamar kecil.

b. Kopi
Selain teh maka kopi pun dapat digunakan dengan cara yang sama bila anda menyukainya dan tidak ada masalah kesehatan. Bahkan masyarakat telah terbiasa menggunakan kopi untuk menumpas bau yang tidak sedap, bukan hanya urusan petai.

c. Mentimun
Sambil menyelam minum susui, begitulah kalau kita memadu lalapan petai dengan mentimun. Bukan hanya keduanya menimbulkan cita rasa baru tetapi juga bau yang biasanya timbul setelah makan petai sirna. Bau mulut tidak lagi menjadi masalah, demikian juga problema kamar kecil.
Bila tidak suka dengan paduan keduanya, mentimun pun dapat dilalap secara tunggal di akhir hidangan. Bahkan walaupun dikonsumsi beberapa jam setelah petai bersarang di perut, pengaruh mentimun menumpas bau masih sangat kuat.
Kalau tidak suka mentimun segar bisa juga dibuat acar ataupun mengukusnya. Namun kalau ada permasalahan kesehatan, hati-hati sedikit.

d. Kacang panjang
Kalau tak ada rotan, akar pun berguna. Bila tidak ada mentimun atau karena alasan lain maka kacang panjang akan sangat membantu menghilangkan bau petai. Sama seperti mentimun, kacang panjang tidak harus dikonsumsi bersamaan dengan petai.

Beberapa cara sederhana di atas terbukti dapat mengurangi bau petai baik sebelum dikonsumsi ataupun bila sudah terlanjur masuk perut. Jangan ragu untuk mencobanya.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar