Selasa, 11 Mei 2010

MANGGA INDRAMAYU MENANTI KEPUNAHAN

Dulu, nenek moyang kita menamainya Cengkir. Sekarang, nama ini lebih tepat untuk kontrasepsi, kalau …ceng, nyingkir, tidak aka nada kelahiran anak baru ! Sementara Mangga Cengkir kebanggaan masyarakat Indramayu ini sampai sekarang hanya bisa cengar-cengir …


Apabila mendengar kata Indramayu maka yang terbayang di benak pendengarnya adalah mangga, Mangga Indramayu. Mangga berukuran besar, bulat-bentet dengan rasa manis dan penuh dengan tekkstur empuk hampir tak berserat ini di Indramayu sendiri dikenal dengan nama Mangga Cengkir.

Namun zaman kemegahan Mangga Cengkir rupanya sudah di ambang batas kejayaan, Mangga Gedong Gincu secara tiba-tiba menjadi pesaing utama di kebun petani. Melalui Proyek Pengembangan Agribisnis Hortikultura Mangga Gedong Gincu (P2AH-MGG) maka selama 4 tahun berturut-turut sejak tahun 1997/1998 – 2000 telah ditaman 100.000 (seratus ribu) batang Mangga Gedong Gincu pada lahan sawah seluas 1.000 Ha. Menurut prediksi sebelumnya maka pada tahun 2003 sebanyak 3.000 pohon yang ditanam 6 tahun sebelumnya akan mulai menghasilkan buah sebanyak 25 kg/pohon. Tahun berikutnya akan meningkat terus sampai usia produktifnya selesai (umur 30 tahun).

Mangga Gedong Gincu merupakan mangga yang sebelumnya dipandang sebelah mata. Sekalipun rasanya sangat manis dan berbau harum, mangga yang berpoles merah di kulitnya ini (bergincu) kurang menarik masyarakat untuk membudidayakannya. Selain produksinya relatif sedikit juga tidak laku di pasaran sebagaimana Mangga Cengkir. Namun sekarang yang terjadi adalah sebaliknya, harga Mangga Gedong Gincu mencapai Rp. 15.000,-/kg sedangkan Mangga Cengkir hanya sepertiganya.

Malang nian nasib Mangga Indranayu atau Mangga Cengkir, bukan kalah akibat kucuran dana Rp. 10 milyar yang ada di balik gencarnya penyebaran Mangga Gedong Gincu tetapi akibat kerusakan yang terjadi dalam dirinya sendiri. Sudah lebih dari sepuluh tahun lalu, upaya budidaya Mangga Cengkir menggunakan okulasi untuk mempercepat kematangan. Sebagai akibat langsungnya adalah rasa khas tepung dan lembeknya serat tergantikan oleh aroma Mangga Bapang dengan tekstur serat relatif kasar.

Kebanyakan Mangga Cengkir yang ada sekarang berbentuk lonjong dan indah seperti Mangga Harummanis atau Mangga Golek. Tanaman yang lebih muda lagi keadaannya lebih parah, banyak petani kecewa karena Mangga Cengkir yang ditanamnya setelah berbuah hanya sebesar kemiri, persis Mangga Kemiri. Para pedagang asongan pun menyebut jajaannya dengan “Mangga Indramayu” sekalipun bentuknya sudah beraneka rupa. Karena bentuk asli Mangga Cengkir sekarang sudah jarang sekali nampak di pasaran, sudah berubah mirip berbagai jenis mangga yang lain.

Lebih parahnya, bahkan masyarakat yang membutuhkan bibit Mangga Cengkir pun harus membeli hasil okulasinya di Kabupaten Majalengka. Alasannya mudah ditebak, hasil pembibitan di Kabupaten Indramayu tidak mencukupi atau bahkan tidak ada. Satu sisi kegiatan tersebut membudayakan Mangga Cengkir, di sisi lain adalah peniadaan kekhasan mangga itu sendiri.

Upaya penyelamatan plasma nutfah Mangga Cengkir sebagai ciri khas Indramayu sampai saat ini tidak pernah dilakukan. Sementara pohon Mangga Cengkir asli saat ini sudah banyak yang tidak lagi produktif kecuali kayunya beralih mengaktifkan nyala api dapur dan perapian. Kalau hal ini terus berlanjut maka bukan tidak mungkin generasi muda Kabupaten Indramayu di masa datang tidak pernah merasakan nikmatnya cita rasa irisan Mangga Indramayu.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar