Kamis, 27 Mei 2010

MANGGA GEDONG GINCU

Gedong Incu, eh, sekarang mah Gedong Gincu kali ....

Indramayu identik dengan mangga. Itulah sebabnya Mangga Cengkir yang sangat khas pulen-nya di masuarakat luas terkenal dengan nama Mangga Indramayu. Namun budidaya Mangga Gedong Gincu (MGG) dengan dana milyaran rupiah di daerah ini akan mengancam citra Mangga Cengkir menjadi Mangga Cengir (silakan tersenyum).

MGG memang mudah tumbuh, cocok sekali dikembangkan di Indramayu dan Cirebon. Sesuai dengan namanya, pada bagian atas buahnya terdapat bercak merah merata seperti gincu. Baunya harum melebihi Mangga Kweni, seratnya yang sangat lembut menambah kenikmatan waktu disantap. Itulah sebabnya harga MGG relatif tinggi, 3 sampai 5 kali lipat daripada Mangga Cengkir. Namun sayang, populasinya masih sangat sedikit.

Melalui Proyek Pengembangan Agribisnis Hortikultura Mangga Gedong Gincu (P2AH-MGG) yang bekerjasama dengan Pemerintah Jepang, selama 3 tahun terakhir tepatnya sejak tahun 1997/1998 di Kabupaten Indramayu ditanam 100 ribu bibit MGG hasil okulasi pada lahan seribu hektar. Kabupaten Cirebon pun mendapat jatah yang sama. Seorang pejabat Dinas Perkebunan Kabupaten Cirebon membanggakan keberadaan MGG di kedua daerah ini sebagai komoditi unggulan di Kawasan Ciayu Majakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan atau Wilayah III Cirebon).

Namun menjelang tanaman tahun pertama harus belajar berbuah masalah seperti berdatangan, kematian mendadak tak terhindarkan. Sejak Januari 2001 Laju Tingkat Kematian rata-rata MGG di Indramayu mencapai 3,26 prosen yang berarti 6.260 pohon mati tiap bulannya. Nasib MGG di Cirebon lebih memprihatinkan, dengan tambahan sulaman 24 ribu ternyata sekarang hanya tersisa 84 ribu saja. Walaupun 40 ribu tanamannya mati, Pimbagpronya tetap optimis akan keberhasilan proyek mercusuarnya dan memaksakan kehendak untuk segera membangun 2 buah gedung sortir di tahun 2002.

Memang tahun depan mangga yang ditanam tahun pertama akan mulai belajar berbuah, musim buah berikutnya yang lain mengikuti, setahun kemudian tambahan produksi terus meningkat. Itulah harapan sesuai dengan perjanjian dalam proposal. MGG pun akan tercatat sebagai komoditi unggulan jikalau tanaman itu tidak keduluan tercacat dan ditunggulkan (dibiarkan mati dan menjadi monumen ).

Pada akhirnya, nama MGG dipertaruhkan. Apakah tetap Mangga Gedong Gincu sebagai bahasa Indonesia atau beralih asal menjadi bahasa Sunda dengan sedikit meleset, “Mangga, Gedong Incu” (Silakan, rumah untuk cucu) !

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar