Kamis, 27 Mei 2010

KIAT TENANG MENGHADAPI PLAGIATOR

Sungguh suatu hal yang sangat mengejutkan, ketika kami membaca sebuah koran nasional, pada kolom artikel muncul sebuah tulisan dengan judul yang sangat akrab di benak. Era .... ! Tercatat sebagai penulis adalah Dr. X, M. Pd.

Lebih sulit dimengerti lagi adalah, bahwa ketika kami baca setiap kata yang tertuang dari awal paragraf pertama sampai tanda baca terakhir, maka hampir semuanya adalah kata-kata yang pernah kami tuangkan dalam tulisan yang dikirim ke beberapa media 5 tahun sebelumnya.

Perasaan gundah gulana menyodok dada. Tentu saja ! Dan puncaknya adalah ketika mengobrak-abrik arsip, maka dari disket tua muncul sebuah tulisan yang persis sama.

Ketika ngobrol kiri-kanan, sebagian orang menyarankan untuk maju ke jalur formal. Mulai menuntut ganti rugi sampai lewat hukum karena kelakuan Sang Intelek itu melanggar hak cipta.

Namun demikian, saran dan pendapat itu hanyalah angin lalu. Karena dalam benak sudah tertanam sebuah pendapat seorang calon pendeta yang masih sangat belia. Pada suatu kesempatan Pelatihan Menulis Buku Ilmiah di ITB, anak muda itu menggugah para hadirin yang umumnya penulis senior untuk mencoba bersyukur atas karunia Tuhan.

“Dari awal pembicaraan, hampir semua hadirin dan pembicara membicarakan soal hubungan isi buku dan isi perut.” Katanya memulai pembicaraan. “Seolah-olah itulah puncak segalanya. Tulisan berarti uang, hak cipta pun ujung-ujungnya tuntutan uang.”

“Tidak kah ada sedikit tersisa dalam hati Saudara-saudara keinginan untuk bersyukur ?” Hadirin senyap. “Bukankah wajar kalau kita bersyukur bahwa kita dikaruniai kemampuan untuk menulis. Ribuan orang tidak memiliki kemampuan itu.”

“Tidak adakah keinginan dalam benak Saudara mencoba untuk bersyukur dan ikhlas kalau orang lain dapat dengan bebas menikmati apa yang Saudara bisa perbuat ?”

Sungguh sulit dipercaya kalau rangkaian kata anak muda itu merupakan karunia bagi kami pribadi, yang saat itu sedang gundah gulana akibat salah satu konsep perencanaan pembangunan untuk Kabupaten Indramayu yang kami buat ternyata di-ekspose orang lain.

Itulah awal bangkitnya kembali perasaan untuk menulis. Tetapi ternyata sulit. Sangat sulit sekali. Berbekal modal ikhlas dan niat baik, alhamdulillah, secara bertahap jari-jemari ini kembali bisa menuangkan isi otak secara bertahap.

Hanya Allah subhana wa taala yang mengakaruniakannya. Terimakasih sahabat, calon pendeta yang tidak pernah saya kenal sebelum dan sesudahnya.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar