Kamis, 27 Mei 2010

HP = HAMPA PEKERTI

Anekdot yang sudah sangat mahfum di Zaman Orde Baru adalah bahwa para anggota Dewan yang terhormat sering terkantuk-kantuk saat bersidang sehingga ketika Ketua Dewan mengetuk palu semua serentak berseru, “Setuju !”.
Di Era Reformasi ini ternyata ada kemajuan, khususnya di Ruang Sidang DPRD Kabupaten Indramayu tanggal 9 Juni 2003. Pada saat Wakil Bupati membacakan Nota Penjelasan Rencana Perubahan APBD Tahun 2003 itu tidak ada satupun anggota Dewan yang sampai pulas. Ruang Sidang yang menjadi penentu masa depan pembangunan Kabupaten Indramayu itu tetap meriah dan sangat ramai, dering ringtone HP ataupun tit-tit-tuit SMS yang masuk silih berganti.
Sungguh suatu kemajuan, dari era tidak sopan menjadi sangat tidak berbudi-pekerti alias HP (Hampa Pekerti).
Hampir dua tahun lalu kami mengkritisi (pada Mingguan DERMAYON) seorang kepala unit kerja yang ongkang-ongkang di meja depan memainkan HP tanpa peduli pentingnya acara tersebut bagi pembangunan Kabupaten Indramayu, apalagi sedikit menghargai rekan-rekan di depannya yang mencoba menghargai posisi Sang Kepala.
Mungkin Sang Kepala masih sangat bangga akan barang kecil di tangannya, mengingat saat itu HP masih baru dimiliki segelintir orang saja. Para pejabat eselon II dan III yang hadir saat itu pun baru beberapa gelintir yang ber-HP dan satu-dua diantaranya sempat berdering meramaikan ruang rapat.
Saat ini, dalam waktu yang sangat singkat HP merebak bak kacang goreng. Bukan lagi pejabat yang sanggup mententengnya. Harganya yang relatif terjun payung menyebabkan semua karyawan sanggup memilikinya, terlepas dari PNS, honorer sampai sukwan sekalipun. Bahkan jangan heran kalau ada pelajar SLTP apalagi SMU/SMK bahkan SD dan TK sekalipun yang mejeng mempertontonkan benda kecil itu di saku jeans ketatnya. Sungguh luar biasa.
Kembali ke Ruang Sidang DPRD tanggal 9 Juni 2003, ring-tone berganti-ganti di sudut belakang tempat hadir. Ada yang tanpa risih langsung menjawabnya di saat hadirin lain berkonsentrasi memikirkan nasib rakyat se-Kabupaten. Sebagian menjawabnya setelah meninggalkan ruang.
Ironisnya, di pojok kiri belakang dua orang anggota yang terhormat justeru ber-SMS dan saling menunjukkan hasilnya satu sama lain.
Pertanyaan yang sampai saat ini belum terjawab adalah adanya kehampaan pekerti dengan memasyarakatnya hand-phone ? Tanpa adanya batas-batas yang menjadi etika maka para pemiliknya bisa menjadi budak dari benda kecil itu, terlepas dari harkat dan derajat yang disandangnya.

PESAN SPONSOR======================================================

Banyak tawaran meraup penghasilan dari internet,
gratis awalnya tetapi ujung-ujungnya bayar juga karena memang
mereka jualan barang atau jasa.
Tetapi untuk yang satu ini benar-benar GRATIS, makanya saya gabung.
Silakan buktikan sendiri dengan mengklik :

http://www.tantangan50juta.com/?r=dinoto

========================================================TERIMAKASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar